Rabu, 20 Juli 2011

Urgensi Doa

Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa untuk melakukan apa saja. Akan tetapi, Allah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk mengajukan permohonan , keinginan, dan harapan-harapannya kepada_Nya. Walaupun manusia tidak memanjatkan doa kepada-Nya, namun Allah tetap akan memberikan kepada manusia apa yang sudah menjadi bagiannya. Allah tidak membiarkan manusia berada dalam kebingungan dan kecemasan pada saat menghadapi permasalahan hidupnya di dunia ini. Manusia membutuhkan kesadaran , tempat ia mengadukan nasib; membutuhkan pijakan, tempat ia menyatakan keluh kesahnya, yaitu kepada pemegang kekuasaan yang tak terkalahkan keperkasaan-Nya, yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dan segenap mahluk yang ada di alam ini.

Allah memang tidak memerlukan pemberitahuan dari manusia apa yang menjadi kebutuhan dan harapannya dalam kehidupan di dunia ini, sebab Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar apa yang terjadi di seluruh jagad raya ini. Akan tetapi, mengapa Allah memberikan tuntunan kepada manusia untuk berdoa; dan apa pentingnya doa ini bagi kehidupan manusia dan kesehatan mental serta jasmaninya? Apakah kalau manusia tidak mau berdoa kepada Allah saat berada dalam kesulitan, penderitaan, malapetaka, atau kesenangan, maka Allah akan merasa rugi dan sedih? Jawabnya, sama sekali tidak. Keagungan dan kemuliaan Allah tidak akan bertambah karena manusia memuliakan dan mengagungkan-Nya dengan permohonan dan doa kepada-Nya. Jadi, pentingnya doa ini sebenarnya adalah untuk diri manusia dan kehidupannya sendiri, baik jasmani, rohani, maupun intelektualnya.

Apakah sebenarnya keuntungan yang diperoleh manusia dengan memanjatkan doa, mengahrapkan pertolongan dan rahmat dari Allah? Pentingnya manusia memanjatnya doa bagi kehidupan adalah :

Manusia sangat memerlukan sandaran yang dapat memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat dia lemah, ketika segala kekuatan di luar dirinya tidak mampu lagi menopang dan menunjang dirinya. Pada saat semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk dapat menentramkan diri , menenangkan hati, dan menjernihkan pikirannya, selain hanya mengadukan nasib dan keadaaannya kepada Yang Mahamutlak mengatur dan menentukan jalan hidupnya. Jalan untuk mendekatkan diri kepada Yang Mahamutlak ini adalah melalui mediu doa. Jadi, doa berfungsi sebgaai sarana pengaduan manusia yang tengah tercekam oleh kemelut, kesusahan, dan penderitaan. Disini yang mempunyai kepentingan adalah manusia , bukan Allah. (Bagaimana dengan kebahagiaan, kegembiraan dan keadaan yang tentram?)
Doa tidak semata-mata dimaksudkan untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan. Doa juga dimaksudkan sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. Untuk mencapai maksud semacam ini, manusia tidak mampu bersandar pada kekuatan dirinya atau bantuan sesama manusia, sebab rintangan yang dihadapinya ternyata jauh lebih besar daripada kekuatan yang dimiliki dirinya dan manusia lainnya. Dalam keadaan semacam ini manusia menyandarkan segalanya kepada rahmat dan pertolongan Allah. Bagaimana cara manusia menyandarkan hal ini kepada Allah? Caranya antara lain dengan berdoa. Disini doa bukanlah merupakan kepentingan Allah, melainkan merupakan kepentingan manusia itu sendiri agar dirinya memeproleh kemampuan dalam mengatasi problem dan meningkatkan kemampuannya untuk menyelesaikan problem yang dihadapinya.

Doa mutlak diperlukan oleh manusia , karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan akan datang, padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menagkal hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya saat ini atau nanti, ia memerlukan adanya kekuasaan dan kekuatan di luar dirinya untuk menyelesaikan maslaah-masalah itu. Siapakah yang diharapkan dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah semacam itu? Dan bagaimana cara pertolonga itu bisa didapat oleh dirinya?

Dalam hal ini Allah memberikan petunjuk agar manusia memanjatkan doa kepada-Nya. Dengan doa inilah Allah memberikan jalan dan pertolongan kepadanya dengan cara yang sama sekali tidak diketahui sebelumnya dan dari arah yang sama sekali tidak terduga oleh yang bersangkutan. Hal ini membuktikan bahwa doa itu merupakan sarana yang menjadi kepentingan manusia sendiri dan bukan menjadi kepentingan Allah.

Dengan uraian diatas menjadi jelaslah betapa doa itu sangat penting , bahkan mutlak penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-harinya di dunia ini. Rasulullah SAW telah mengajarkan doa-doa untuk setiap masalah yang dihadapi manusia dalam bidang apa pun, sehingga terserah kepada yang berkepentingan untuk mempergunakannya atau tidak. Allah telah memberikan peluang kepada manusia untuk mengeluh dan mengadukan nasibnya kepada-Nya melalui sarana doa.
Jadi doa antara lain dimaksudkan agar manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah dan mengenal-Nya sehingga tidak menjadi mahluk yang mengalami kebingungan, kekacauan, penuh kegelisahan, dan tekana batin yang tak kunjung dapat diselesaikan. Doa yang kita panjatkan kepada Allah insya Allah akan menghilangkan semua bentuk kekacauan batin, pikiran, dan perasaan kita pada saat kit atidak lagi dapat mencari jalan mengatasinya. Pada sat itulah jiwa kita hanya bisa menyandarkan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Menguasai, dan Maha Menentukan jalan kehidupan mahluk-Nya.
Dengan menyadari pentingnya doa sebagaimana diuraikan sebagiannya di atas, mudah-mudahan kita menjadi sadar akan pentingnya doa bagi setiap orang sehingga kita tidak merasa berat dan malas untuk berdoa kapan saja dan dimana saja denga hati ikhlas

Ketika seseorang duduk untuk berdoa, sesungguhnya dia duduk di hadapan Al-Khaliq Azza wa Jalla yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, dan yang lebih dekat kepada manusia daripada dirinya sendiri. Dia Yang Mahasuci, “mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi” (QS.20:7). Maka manusia senantiasa penuh gentar, dan berharap doanya dikabulkan.

Oleh karena itu hendaklah dia melaksanakan adab berdoa yang telah diajarkan kepada kita oleh Rasul yang mulia SAW. Rasulullah telah menjelaskan secara rinci dan jelas mengenai adab dan syarat berdoa, khususnya yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
Adab dan syarat berdoa
Waktu makbu (mustajab) untuk berdoa
Tempat-tempat berdo’a yang makbul
Sifat dan sikap orang yang dikabulkan doanya
Orang-orang yang dikabulkan doanya
Orang-orang yang tidak dikabulkan doanya
Adab pertama dalam mengajukan permintaan kepada seorang yang berkuasa adalah menghadapkan wajah Anda kepada orang yang kepadanya Anda meminta dan berharap. Maka, di antara adab berdoa adalah hendaknya orang yang bersangkutan menghadapkan wajahnya ke kiblat yang telah diperintahkan Allah SWT untuk menghadap kepada-Nya. Dalam Firman Allah SWT disebutkan: “Dan darimana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah tidak sekali-kali lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan darimana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka , dan takutlah kepada-Ku. Dan agar kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. 2:149-150).”
Jadi, menghadapkan wajah ke arah Masjidil Haram merupakan kewajiban dalam shalat dan disunnahkan dalam berdoa.

Membaca Hamdalah dan Pujian

Manakala seseorang meminta sesuatu kepada sesama manusia yang berkedudukan tinggi ataupun rendah, penguasa, pemimpin atau pemegang otoritas, niscaya sebelum mengajukan permintaannya dia mengucapkan suatu pujian kepada orang yang dimintainya itu. Sedangkan Allah SWT yang tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya, dan yang menciptakan manusia dan menjadikannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memberikan kepadanya harta benda, anak-anak, dan rezeki tanpa adanya keutamaan di pihak manusia, Dia tentu lebih berhak untuk dipuji dengan puji-pujian yang baik. Allah SWT berfirman: “Maka bertasbihlah dengan meuji Tuhanmu, dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (shalat).”(QS. 15:98). “Dan katakanlah :’Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak.’”(QS 17:111) “…dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS 20:130) “Katakanlah:’Segala puji bagi Allah’, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(QS 31:25) “Dan bertawakalah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.”(Qs 25:58)

Allah SWT telah menyifati orang-orang Mukmin dengan firman-Nya: “Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku’ dan yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar, dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang Mukmin itu.”(QS 9:112). Mahabenarlah Allah yang Maha Agung.

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kita agar memuji Allah, bersyukur kepada-Nya, serta memuji-muji-Nya setiap saat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair r.a. bahwa Rasulullah SAW mengucapkan pada setiap kali selesai shalat, sesudah malam: [arab] “La ilaha illa Allah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa’ala kulli syai’in qadir. La hawla wala quwwata illa billah. La ilaha illa Allah wala na’budu illa iyyah, lahunni’matu walahul fadhlu walahuts-tsna’ul hasanu, La ilaha illa Allah mukhlishina lahuddin walau karihal kafirun” Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya segala nikmat dan bagi-Nya keutamaan, dan bagi-Nya pujian yang terbaik. Tidak ada Tuhan selain Allah, dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya sekalipun orang-orang kafir benci”.

Berkata Ibnu Zubair:”Rasulullah SAW bertahlil dengan kalimat-kalimat diatas pada setiap selesai shalat fardhu.” (HR. Muslim). Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ r.a. “”Aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW mengawali doa kecuali dengan kata-kata: [arab] “Subhana rabbiyal a’la al’aliyyul wahhab ” Artinya: “Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi, Maha Pemberi”. (HR. Ibnu Abi Syaibah).

Diriwayatkan dari Fadhalah bin ‘Ubaid r.a. :”Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah SWT dan tanpa bershalawat kepada Nabi SAW. Maka berkatalah Rasulullah SAW:” Orang ini terlalu tergesa-gesa”. Kemudian beliau memanggil laki-laki itu dan berkata kepadanya, atau kepada orang lainnya:’Jika salah seorang diantaramu berdoa, hendaklah ia memulainya dengan memuji Tuhannya Yang Mahasuci, kemudian bershalawat kepada Nabi, setelah itu silahkan dia berdoa apa saja yang dikehendakinya.” (Hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dia berkata:”hadis ini hasan sahih.”).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. , dari Rasulullah SAW:”Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan Hamdalah, akan terputus.” (hadis hasan riwayat Abu Dawud dan lainnya).

Diriwayatkan dari Anas r.a.:”Rasulullah SAW telah bersabda:’Sesunguhnya Allah meridhai hamba-Nya yang memakan makanan kemudian memuji-Nya karena-Nya, atau meminum minuman dan memuji-Nya karenanya.’”(HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Aisyah r.a.:” Pada suatu malam aku kehilangan Nabi SAW , lalu aku meraba-raba dan kutemukan beliau sedang ruku’, atau sujud, sambil mengucapkan: [arab] “Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta ” Artinya: “Mahasuci Engkau, dan dengan segala puji-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau”.
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan: ” Maka tanganku menyentuh bagian bawah telapak kaki beliau yang tegak, sedang beliau mengucapkan: [arab] “Allahumma inni a’udzu bi-ridhaka min sakhatikha wa bimu’afatika min ‘uqubatika, wa a’udzu bika minka, La uhshi tsana’an ‘alaika, anta kama atsnaita ‘ala nafsika”. Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tak bisa menghitung pujian bagi-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu”. (HR. Muslim).
Istighfar (Mohon Ampunan)

Diantara adab berdoa berdoa adalah, hendaknya orang yang berdoa itu memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya, baik yang diingatnya maupun yang dilupakannya, sebab bagi Allah SWT, segala sesuatu itu tersimpan di sisi-Nya di dalam Kitab yang tersimpan hingga Hari Pembalasan, dan Dia mengetahui apa yang ada di Langit dan apa yang ada di Bumi, dan apa yang ada diantara keduanya. Dia juga mengetahu apa yang kita rahasiakan dari urusan kita, dan apa yang kita nyatakan. Dia mengetahui apa yang rahasia dan tersembunyi, dan setiap jiwa mengetahui apa yang disembunyikanya, dan Dia-lah yang akan memperlihatkan kepada jiwa-jiwa kita, akal kita, serta apa yang kita kira tersembunyi, karena disisi-Nya hal itu diketahui. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di Bumi, dan tidak (pula) di Langit.”(QS 3:5). “Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.”(QS 2:284). “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS 40:19). Memohon ampun disertai dengan tobat yang benar dan niat yang ikhlas demi Allah SWT akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari dosa-dosa. Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk beristighfar dengan firman-Nya: “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang banyak, dan mohonlah ampun kepada Allah.”(QS 2:199). “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, (Jika kamu mengerjakan yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) .”(QS 11:3). “Dan Mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS 73:20).

Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan, sebelum menyampaikan permohonan atau do’a kepada Allah SWT. Mulailah dengan bacaan-bacaan kalimah thayyibah sebagai berikut:
Surat Al Fatihah
Surat Al Ikhlas
Surat Al Falaq
Surat An-Naas
Jantung Zikir yaitu bacaan:
Subhaanallaah wal hamdu lillah wala illa ha illallah, wallaa hu akbar. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil aliyyil azhiim.
Shalawat Nabi:
Allaahumma sholli alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammad.
Allaahumma lakal asmaaul husnaaa nad’uuka bihaa.




Semoga Bermanfaat
Salam Djimodji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar