Rabu, 01 Juni 2011

:) Waspada akan Bisikan Ghaib


Banyak orang yang mengaku telah mendapatkan wahyu atau suatu amanah tertentu. Padahal, belum tentu kegaiban yang mereka alami itu sebagai suatu kebenaran. Waspadalah, banyak pembisik gaib yang menyesatkan ummat manusia dari akidahnya…!

Akhir-akhir ini marak sekali bermunculan aliran-aliran yang sifatnya sesat dan menyesatkan. Terjadinya penyimpangan ini sudah barang tentu dipelopori oleh orang-orang yang mengaku telah mendapatkan bisikan gaib, atau semacam wahyu, yang diyakininya dari malaikat Jibril, atau sumber-sumber lain yang sifatnya tak kasat mata. Fenomena inilah yang kemudian diklaim sebagai bentuk pengangkatan atau pentasbihan orang-orang terkait sebagai nabi, ruhul kudus, atau titisan dari tokoh-tokoh tertentu semacam Bung Karno.

Tanpa keimanan, ilmu yang memadai, serta tanpa saringan informasin yang benar, maka orang-orang murtad itu akan dengan mudah menyeret banyak menjadi korban kemurtadan mereka. Orang-orang seperti ini selalu mengaku benar menurut dirinya sendiri tanpa berpikir akibatnya, atau kurangnya berpedoman pada hukum serta ajaran agama. Wabil khusus risalah yang telah dibawa oleh Baginda Rasulullah SAW, yaitu Al-Quran dan Hadits, disamping juga kaidah yang terkandung di dalamnya.Imam Ibnu Atho Illah berkata, “Orang yang paling patut dijauhi adalah mereka yang mengaku dirinya ulama, ahli kitab, ahli dakwah, ahli hukum dan mengaku sebagai pengayom umat, namun ilmu dan pemahaman Islamnya selalu memakai khayali (logika semata), dan bukan berpegang pada hukum kitabullah, maka orang seperti itu lebih sangat ditakutkan daripada Dajjal.”

Lanjutnya pula, “Tidak dibenarkan orang yang mengaku dirinya nabi, (secara keseluruhan ) mengaku sebagai titisan, penyampai wahyu, pemegang hujjah dari para malaikat dan lainnya, kecuali orang orang seperti ini tak lain dan tak bukan adalah generasi penerus Dajjal yang dilaknat.”

Nah, sebagai pemahaman lebih luas, kitab Khomsinal Aqoid menjelaskan secara panjang lebar, di antaranya seputar “kelembutan bujuk rayu setan” sebagai sang pembisik gaib.

Setan adalah mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai pembawa mudilun atau kerusakan bagi umat manusia. Mereka tercipta dari keturunan api lewat silsilah iblis yang dilaknat. Dengan kelebihannya, setan yang ditangguhkan ajalnya sampai akhir zaman senantiasa banyak membawa kemurtadan bagi umat manusia lewat kelembutan dan bujuk rayunya.

Seperti apakah bujuk rayu yang banyak diterapkan untuk menjebloskan umat manusia itu?
Dalam pembedaran kitab Tibyanil Asmaul Husna diterangkan, bahwasannya bangsa setan seringkali menyesatkan makhluk yang berakal dengan cara pembodohan, yakni lewat media mimpi dan iming-iming amanat yang menggiurkan bagi anak manusia. Sebagai contoh, penjelmaan yang diterapkan dalam makna mimpi yang mengamanatkan pada seseorang menjadi satrio piningit, titisan Bung Karno, pemegang harta karun, dan berbagai gelar dari salah satu tokoh legendaris yang pernah ada di belahan jagat raya. Termasuk juga sebagai nabi atau pengemban amanat wahyu dari Jibril.

Cara tipu daya setan seperti ini memang terbuti sangat jitu mempengaruhu orang-orang yang kurang bisa memahami arti keyakinan dan akidah ketauhidan. Mereka hanya melalap habis segala isyaroh atau mimpi yang diterimanya tanpa terlebih dahulu melakukan penelaahan benar atau tidaknya berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan, khususnya risalah keagamaan.

Rupanya, bukan hanya sampai disini para wadyabala setan membisiki dan merayu umat manusia. Mereka juga kerap membikin terlena dengan perangkap halusnya, sehingga jiwa orang-orang yang menjadi sasarannya haus akan kebanggaan semu lewat iming-iming yang menyatakan bahwa, seakan-akan mereka adalah orang yang telah ditunjuk sebagai titisan, pemegang wahyu, pembuka harta gaib, dan lain sebagainya.

Nah, orang-orang yang pikirannya telah dicekoki oleh bangsa setan ini pada akhirnya akan berupaya mengambil suatu peranan penting, yang membawa diri mereka seolah paling sakti dan benar menurut ukutan dirinya sendiri. Pada puncak hayalannya nanti, orang-orang seperti ini akan melahirkan banyak hujjah yang sangat menyimpang dari ajaran yang normative, khususnya yang bersinggungan dengan akidah Islam.

Bila sudah seperti ini kejadiannya, maka segala kewajiban yang menyangkut sanak saudara serta keluarga dari orang-orang tersebut akan ditinggalkan. Lewat jaringan tertentu, nama besar serta kedudukannya akan terus dicari. Berbagai pengikut bodoh akan terus direkrut sebagai tameng dirinya , dan ajaran sesat pun mulai dibuka secara transparans.

Waspadalah! Kita sebagai umat Muhammad SAW jangan sampai terpedaya dengan segala tipu muslihat orang-orang semacam itu, apalagi dijadikan sebagai tameng dirinya. Karena itu, perbanyaklah pengetahuan agama, sehingga dengan keluasan ilmu kita akan banyak membantu diri kita, khususnya dalam memelihara jalan hidup yang benar.

ada hakikatnya ilmu adalah satu, yaitu diciptakan oleh Allah SWT , sebagai wasilah hidup dalam suatu pemahaman. Dan penimbaan ilmu yang bermanfaat, penuh magfiroh, syafakoh dan derajat dunia akherat, patut menjadi tujuan hidup kita selaku ummat yang beragama.

Sebagai bahan perenungan, berikut ini kami nukilkan satu kisah dari Waliyullah Quthbul Ghoist, Syekh Abdul Qodir Al Jailani…:
Kala itu sang Waliyullah baru saja menerima derajat tertinggi sebagai raja Waliyullah sedunia. Ketika Syekh sedang menyendiri dengan kekhusyukannya di salah satu areal gunung Tursina, datanglah kepadanya seorang pemuda tampan rupawan.

“Wahai Waliyulloh agung, saya datang ke sini jauh jauh dari langit, dengan tujuan tiada lain sekedar untuk menyampaikan salam hormat dan amanat dari bangsa malaikat, bahwa dengan derajatmu saat ini sebagai raja wali sedunia, Allah SWT telah memberikan wahyu kepadaku, yang menyatakan, bahwa Allah sangat menyayangimu seperti halnya pada diri Rasulullah SAW. Kini hatimu telah dibersihkan dan segala amalmu telah menjadi bagian surgaNya. Apapun yang kau lakukan Allah SWT akan tetap meridhoimu.”

Mendengar perkataan itu, Syekh lalu menukah, “Wahai iblis yang dilaknat oleh Allah, menyingkirlah dari hadapanku sebelum aku sendiri akan menyiksamu!”

Meski sang tamu sama sekali tidak menyakitinya apalagi sampai berkata kasar, namun inilah kelebihan dari Syekh Abdul Qodir dalam menyikapi pemahaman ilmu bersifat sirri atau rahasia.Diakhir kalimat yang diucapkannya, sang tamu menyatakan, “apapun yang kau lakukan Allah SWT akan tetap meridhoimu.” Hal ini jelas sangat menyimpang dalam ajaran Islam, sebab seolah-olah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani ini boleh melakukan apapun yang dikehendakinya walau yang diharamkan sekalipun.

Belajar dari kisah tersebut, maka sudah sepatutnya kita selaku awam menegaskan dalam sanubari kita, bahwa pada dasarnya kita sebagai umat manusia yang ingin tetap berpegang pada pedoman akidah dan agama Islam, tiada lain kita harus terus mempelajari segala ilmu dan makna ibadah. Mengapa? Sebab hanya dengan semua ini kunci dari semua arti hidup dunia akherat akan kita pahami dengan sepenuhnya.

Lantas, bagaimana jika kita mendapatkan suatu alamah baik dari mimpi, dan agar kita bisa paham mana mimpi yang salah dan mana yang benar?

Sesungguhnya asal usul mimpi adalah bagian dari “Ziadatuttaqwa” atau hal yang dapat menambah arti ketakwaan kepada Allah SWT, baik mimpi itu yang bersifat benar maupun yang menyesatkan. Seperti contoh, apabila di sela tidur kita bermimpi baik, maka langkah yang harus kita perbuat adalah wajib menambah rasa syukur kepada Allah SWT.

Demikian sebaliknya. Bila kita mendapatkan mimpi buruk, maka langkah kita pun harus disesuaikan, yaitu memohon terus menerus kepada Allah, untuk selalu dijauhi dari segala marabahaya dan cobaan yang memberatkan.

Sementara, untuk mimpi yang mempunyai amanat gaib atau dapat diartikan sebagai ilham, semisal mimpi diberikan amanat beragam mustika, titel, nama besar, harta karun dan lain sebagainya, mimpi semacam ini jawabanya terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Apabila setelah bangun, apa yang dimimpikan tadi tidak nyata atau tidak ada wujudnya, maka wajib jangan dipercaya.
2. Apabila setelah bangun ternyata benda yang dimimpikan tadi berwujud nyata, maka hal semacam ini mempunyai dua jawaban yang harus ditelaah secara matang, yakni:

- Dengan tolak ukur
Pemahaman disini berkaitan dengan intropeksi diri, seperti sudahkah tirakat kita sepadan dengan apa yang dimimpikan tadi, sehingga mimpi tersebut menjadi nyata, ataukah hanya sekedar permainan jin kafir yang akan menjadikan hati kita berubah dari keyakinan dan keimanan kita.

- Dengan pengimbangan rasa
Bahwa segala sesuatu yang wujud maupun tak kasat mata, pada intinya hanya sekedar wasilah yang pada akhirnaya akan dikembalikan lagi kepada Allah SWT. Nah,cara seperti ini yang dianggap paling benar menurut ahli sufi.
Sedangkan versi lain tentang pemahaman menyibak arti mimpi sebagai sebuah bentuk “amanat gaib”, khususnya ahli fikih banyak yang mengikuti tata cara yang diambil dari riwayat Nabiyulloh Ibrahim AS, yaitu disaat beliau mendapatkan mimpi yang menyuruhnya untuk menyembelih anaknya, Nabiyullah Ismail AS.

Pertama kali mimpi itu datang, Ibrahim tidak langsung mempercainya, karena menurutnya hal semacam ini sangat melanggar hukum agama dan hukum qisos. Namun, setelah beliau menerima mimpi yang sama sampai tiga kali berturut-turut, maka Ibrahim pun langsung berujar dengan nada yang sangat tegas, “Wahai Dzat yang menciptakan, sesungguhnya mimpiku bukanlah sekedar kembang tidur, tapi mimpiku ini adalah wahyu-Mu yang kau turunkan langsung untuk diriku. Sungguh aku kan patuh menjalankan segala peritahmu, karena tiada satupun dari hambaMu yang mampu menciptakan mimpi yang sama sebanyak tiga kali berturut turut, kecuali hanya diriMu sebagai Dzat Pencipta Alam Semesta”.

Al hasil, Allah SWE yang sebenarnya hanya menguji keimanan dari hamba pilihanNya ini membawa suatu pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia dan wajib kita jadikan pedoman sebagai dasar hidup yang benar. Bahwa, segala bentuk mimpi, apalagi yang biri pesan tentang kegaiban, akan menjadi nyata dan boleh kita percayai, apabila mimpi ini selalu berulang sebanyak tiga kali dengan alur kisah yang sama.

Karena itulah, bila kita bermimpi cuma sekali, baik yang bersifat amanat maupun yang lainnya, maka jangan sesekali kita langsung mempercai mimpi tersebut, sebab mimpi seperti ini 90 persen sekedar kembang tidur yang sama sekali tidak mempunyai arti atau kemanfaatan.

Semoga dengan kajian ini akan membawa manfaat, wabil khusus kepada mereka suka dengan takwil mimpi. Semoga kita semua menjadi orang yang senantiasa berhati-hati.


Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar