Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen bersumber dari alkulturasi (penggabungan) budaya jawa dan nilai-nilai agama islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa yang diawali basmalah dan dilanjutkan kalimat bahasa jawa, kemudian diakhiri dengan dua kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa tumbuh syubur di desa-desa yang kental dengan kegiatan keagamaan (pesantren yang masih tradisional).
Awal mula aliran ini adalah budaya masyarakat jawa sebelum islam datang yang memang menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual untuk mendapatkan kemampuan suparantural. Para pengembang ajaran islam di Pulau Jawa (Wali Songo) tidak menolak tradisi jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya sebagi senjata dakwah.
Para Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib dengan tatacara lelaku yang lebih islami, misalnya puasa, wirid mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do'a kepada Allah. Mungkin alasan mengapa tidak disusun mantra yang seluruhnya berbahasa Arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru mereka kenal.
Di Indonesia, khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said). Beliau inilah yang paling banyak mewarnai paham islam-kejawen yang dianut orang-orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung. Kidung-kidung yang diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat berharga. Ajaran islam yang luwes dan menerima berbagai perbedaan.
Bahkan Sunan Kali Jaga juga menciptakan satu kidung "Rumeksa Ing Wengi" yang menurut saya bisa disebut sebagai Ilmu Gaib atau Ilmu Supranatural, karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini memiliki berbagai kemampuan supranatural.
Konsep Aliran Islam Kejawen
Setiap perilaku manusia akan menimbulkan bekas pada jiwa maupun badan seseorang. Perilaku-perilaku tertentu yang khas akan menimbulkan bekas yang sangat dasyat sehingga seseorang bisa melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan manusia biasa. Perilaku tertentu ini disebut dengan tirakat, ritual, atau olah rohani. Tirakat bisa diartikan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu ilmu.
Penabungan Energi.
Karena setiap perilaku akan menimbulkan bekas pada seseorang maka ada suatu konsep yang khas dari ilmu Gaib Aliran Islam Jawa yaitu Penabungan Energi. Jika badan fisik anda memerlukan pengisian 3 kali sehari melalui makan agar anda tetap bisa beraktivitas dengan baik, begitu juga untuk memperoleh kekuatan supranatural, Anda perlu mengisi energi. Hanya saja dalam Ilmu Gaib pengisian energi cukup dilakukan satu kali untuk seumur hidup. Penabungan energi ini dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam tergantung jenis ilmu yang ingin dikuasai. Cara-cara penabunganenergi lazim disebut Tirakat.
Tirakat.
Aliran Islam Kejawen mengenal tirakat (syarat mendapatkan ilmu) yang kadang dianggap kontroversial oleh kalangan tertentu. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan doa. wirid tertentu, mantra, pantangan, puasa atau penggabungan dari kelima unsur tersebut. Ada puasa yang disebut patigeni (tidak makan, minum, tidur dan tidak boleh kena cahaya), nglowong, ngebleng dan lain-lain. Biasanya beratnya tirakat sesuai dengan tingkat kesaktian suatu ilmu. Seseorang harus banyak melakukan kebajikan dan menjaga bersihnya hati ketika sedang melakukan tirakat.
Khodam.
Setiap Ilmu Gaib memiliki khodam. Khodam adalah mahluk ghaib yang menjadi "roh" suatu ilmu. Khodam itu akan selalu mengikuti pemilik ilmu. Khodam disebut juga Qorin, ialah mahluk ghaib yang tidak berjenis kelamin artinya bukan pria dan bukan wanita, tapi juga bukan banci. Dia memang diciptakan semacam itu oleh Allah dan dia juga tidak berhasrat kepada manusia. Hal ini berbeda dengan Jin yang selain berhasrat kepada kaum jin sendiri kadang juga ada yang "suka" pada manusia.
Macam-macam Ilmu Aliran Islam Kejawen
Berikut adalah klasifikasi ilmu gaib berdasarkan fungsinya menurut saya. Mungkin orang lain membuat klasifikasi yang berbeda dengan klasifikasi menurut saya. Hal tersebut bukan masalah karena memang tidak ada rumusan baku tentang klasifikasi ilmu Gaib.
1. Ilmu kanuragan.
Ilmu kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural. Ilmu ini mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan kekuatan yang luar biasa. Contohnya ilmu Asma' Malaikat, Hizib Kekuatan Batin, Sahadad Pamungkas dll.
2. Ilmu Kawibawaan dan Ilmu Pengasihan
Inilah ilmu supranatural yang fungsinya mempengaruhi kejiwaan dan perasaan orang lain. lmu Kewibaan dimanfaatkan untuk menambah daya kepemimpinan dan menguatkan kata-kata yang diucapkan. Orang yang menguasai Ilmu Kewibawaan dengan sempurna akan disegani masyarakat dan tidak satupun orang yang mampu melawan perintahnya apalagi berdebat. Bisa dikatakan bila Anda memiliki ilmu ini Anda akan mudah mempengaruhi dan membuat orang lain nurut perintah Anda tanpa berpikir panjang.Sedangkan Ilmu Pengasihan atau ilmu pelet adalah ilmu yang berkaitan dengan masalah cinta, yakni membuat hati seseorang yang Anda tuju menjadi simpati dan sayang. Ilmu ini banyak dimanfaatkan pemuda untuk membuat pujaan hati jatuh cinta padanya. Ilmu ini juga dapat dimanfaatkan untuk membuat lawan yang berhati keras menjadi kawan yang mudah diajak berunding dan memulangkan orang yang minggat.
3. Ilmu Trawangan dan Ngrogosukmo
Jika Anda ingin tahu banyak hal dan bisa melihat kemana-mana tanpa keluar rumah, maka kuasailah ilmu trawangan. Ilmu trawangan berfungsi untuk menajamkan mata batin hingga dapat menangkap isyarat yang halus, melihat jarak jauh, tembus pandang dan lain-lain. Sedangkan Ilmu Ngrogosukmo adalah kelanjutan dari Ilmu Trawagan. Dalam ilmu trawangan hanya mata batin saja yang berkeliaran kemana-mana, sedangkan jika sudah menguasai ilmu ngrogosukmo seseorang bisa melepaskan roh untuk melakukan perjalanan kemanapun dia mau. Baik Ilmu Trawangan maupaun Ngrogosukmo adalah ilmu yang tergolong sulit dipelajari karena membutuhkan keteguhan dan kebersihan hati. Biasanya hanya dikuasi oleh orang yang sudah tua dan sudah tenang jiwanya.
4. Ilmu Khodam
Seseorang disebut menguasai ilmu khodam bila orang yang tersebut bisa berkomunikasi secara aktif dengan khodam yang dimiliki. Khodam adalah makhluk pendamping yang selalu mengikuti tuannya dan bersedia melakukan perintah-perintah tuannya. Khodam sesungguhnya berbeda dengan Jin / Setan, meskipun sama-sama berbadan ghaib. Khodam tidak bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
5. Ilmu Permainan (Atraksi)
Ada ilmu supranatural yang hanya bisa digunakan untuk pertunjukan di panggung. Sepintas ilmu ini mirip dengan ilmu kanuragan karena bisa memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam, minyak panas dan air keras. Namun ilmu ini tidak bisa digunakan untuk bertarung pada keadaan sesungguhnya. Contoh yang sering kita lihat adalah ilmunya para pemain Debus.
6. Ilmu Kesehatan
Masuk dalam kelompok ini adalah ilmu gurah (membersihkan saluran pernafasan), Ilmu-ilmu pengobatan, ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu supranatural lain yang berhubungan dengan fungsi bilologis tubuh manusia.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Selasa, 31 Mei 2011
Sedulur Papat Lima Pancer dan Sistem Kemalaikatan
Sedulur Papat Lima Pancer dalam Kitab Kidung Purwajati
Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut:
"Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang".
Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari – ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.
Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari – Ari, dan Rahsa? Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati)! Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari - hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari, dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan ahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari – ari (placenta/ tembuni).
Karena Ari – ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom. Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’
Keempat nafsu yang digambarkan oleh ke empat hewan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.
Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.
Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Maka dari itu, saudara empat harus diawasi dan diatur agar jangan sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat saudaranya yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga bisa mengatasinya. Kalau Manusia bisa dikalahkan oleh saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai Pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas dan menjadi patokan. Benar tidaknya silakan anda yang menilai.
Sedulur Papat Lima Pancer dan Sistem Kemalaikatan
Setelah Islam masuk Pulau Jawa kepercayaan tentang saudara empat ini dipadukan dengan 4 malaikat di dunia Islam yaitu Jibril, Mikail , Isrofil, Ijro'il. Dan oleh ajaran sufi tertentu di sejajarkan denga ke'empat sifat nafsu yaitu: Nafsu Amarah, Lawwamah, Sufiah dan Mutmainah.
Pertama Jibril atau dalam bahasa ibrani Gabriel artinya pahlawan tuhan fungsinya adalah penyampai informasi, didalam islam dikenal sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam konsep islam Jawa Jibril diposisikan pada kekuatan spiritual pada KETUBAN. Ada pandangan yang menyatakan setelah Nabi Muhammad wafat maka otomatis Jibril menganggur karena beliaulah orang yang menerima wahyu terakhir.
Tapi tidak demikian dalam pandangan Jawa, setiap orang di sertai Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu Jibril di alam raya ini tapi pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. seperti Ruh tidah pernah dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Al-Quran. Tetapi setiap diri mendapat tiupan ruh dari tuhan dan ruh tersebut menjadi si A, si B, si C Dst.. satu tetapi terpantul pada setiap cermin sehingga seolah2 setiapm cermin mengandung Ruh, dan manusia sebenarnya adalah cermin bagi sang diri. setiap diri menerima limpahan cahayanya.
Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia kejalan yang benar, yang telah membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya, membersihkan hatinya. Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal keimanan seseorang. dalam khasanah jawa Jibril berdampingan dengan Guru sejati, bersanding dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarka diri Nabi ke Sidratul Muntaha dalam Mij'raj beliau juga diceritakan ketika Jibril menampakan diri kehadapan rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya yaitu Mikail isrofil Ijroil.
Jelas kiranya bahwa kahadiran ketuban ketika membungkus janin ternyata disertai saudara2nya yang lain. Ditinjau dari keddudukannya yang keluar paling awal maka disebut sebagai kakak atau kakang (saudara tua ) si bayi. begitu bayi lahir maka selesailah sudah tugas ketuban secara fisik. tetapi exsistensi ketuban secara ruhaniah ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut sampai akhir hayat.
secara extensi Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. dan Tali Pusar ada lebih dulu dari pada selaput yang membungkus janin di pintu rahim (cervix)
Ke Dua Malaikat Israfil. Menurut hadis malaikat Israfil diciptakan setelah penciptaan Arsy ( Singgasana Tuhan ) disebut sebagai malaikat penggenggam alam semesta, ia meniup Terompet Pemusnahan Dan Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan dengan ari-ari, tembuni atau Placenta, Ari-Ari adalah yang memayungi sang janin sampai ketempat tujuan dialah yang memberikan keamanan menyalurkan makanan dan kenyamanan pada janin dengan ari-ari ini kehidupan berlangsung dalam janin.
Exsistensi Ari-ari ini disejajarkan dengan malaikat Israfil Dalam kelahiran janin, Ari-ari diterima sebagai saudara muda (adik).
Meskipun jasadnya telah tak ada lagi ari-ari tetap memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan. Dari sisi keberadaanya malaikat Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan Jibril As. Israfil diyakini sebagai Pelita Hati Bagi manusia agar hatinya tetap terang, Itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada secercah cahaya dalam hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski hanya sebesar debu...
Yang ketiga adalah Malaikat Mikail, Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat.. Tugas malaikat Mikail adalah Memelihara Kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa malaikat Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan Hewan juga Manusia.. Dialah yang mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah di sesuaikan dengan ajaran Islam, Tali Pusar merupakan Lokus, tempat dudukan bagi malaikat Mikail dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia.Zat zat makanan, Oksigen dan Zat yang perlu dibuang dari tubuh janin agar tidak meracuni tubuh janin. Subhanallah.. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam rahim melalui malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang jawa sebagai saudara yang memberikan sandang, pangan dan papan, Jika seseorang memohon perlindungan tuhan maka Mikail yang akan menjalankan perintah Tuhan untuk melindunginya.
Ke Empat adalah Malaikat Ijroil. Malaikat Maut yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawab akan Kematian. Kehadirannya amat ditakuti Manusia.. Jika ajal telah tiba maka ia akan Me wafatkan manusia sesuai waktunya.
Dalam konsep sedulur papat Malaikat maut ini ternyata saudara Manusia sendiri bukan orang lain dan ia tidak akan menyalahi tugasnya bila seseorang belum sampai ajalnya dia tak akan mewafatkannya.. Dia hadir untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati pasti melindungi bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar. Bayangkan bila manusia tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita..? apa tidak tersiksa..? bayangkan bila ada orang yang mau mati aja sulitnya bukan main.. Nauzubillah..
Ijroil disebut sebagai kekuatan Tuhan yang berada didalam Darah, Dalam kehidupan sehari hari Ijroil bertugas untuk menjaga hati yang suci, Jika hati terjaga kesuciannya maka ketakutan akan hidup menderita dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai maka Ijroil mengorganisasi malaikat lainnya, mengorganisasi saudara saudara lainnya untuk mengakhiri hidupnya. Permana yang memberikan kekuatan pada sang Jiwa diangkat keluar tubuh, sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa. Ruh penyambung hidup kita lepas.. tubuh menjadi lunglai lak berdaya dan ini bentuk umum kematian bagi manusia.. loh kok gitu yaa..? Nah yang tidak umum yaaa.. bila Sang Diri Sejati manusia mampu memimpin saudara-saudaranya untuk melepaskan Jiwa manusia kealam Gaib. Orang demikian sudah mempu menyongsong kematiannya dengan benar, dia memberitahukan pada sanak dan saudaranya kapan kematiannya akan datang.
Semua saudara gaib ini sudah menjadi satu dengan tubuh kita, ketika dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya. tapi ketika sang Bayi sudah lahir hanya ada satu wujud. Empat saudara kita tetap menyertai kita dalam wujud Ruh dan Tidak Kasat Mata.
Ada kutipan Ayat dalam Al-Quran yang perlu di simak.
" In Kullu nafsin lamma alayha hafizh" > 'Setiap diri niscaya ada penjaganya' Atau "Wa huwa al-qahir fawq iba'dih wa yusril alaykum hafazhah hatta idza ja'a ahadakum al-mawt tawaffathu rusuluna wahum la yufarrithun" >' Dialah yang berkuasa atas semua hambanya. Dan dia mengutus kepada kalian Penjaga-Penjaga untuk melindungimu. Jika seseorang sudah waktunya mati, maka utusan-utusan kami itu mewafatkannya tanpa keliru"
Simbolisasi Sedulur Papat Limo Pancer dalam Pewayangan
Semar sebagai pamomong keturunan Sapta Arga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras.
Cipta, Rasa, Karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria.
Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).
Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya.
Berminat mendayagunakan kekuatan saudara sekandung “sedulur papat limo pancer” anda ikuti program pembangkitan ruhaniyah pribadi memanfaatkan Sedulur Papat Lima Pancer dan Sistem Kemalaikatan.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI.
Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut:
"Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang".
Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari – ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.
Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari – Ari, dan Rahsa? Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati)! Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari - hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari, dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan ahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari – ari (placenta/ tembuni).
Karena Ari – ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom. Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’
Keempat nafsu yang digambarkan oleh ke empat hewan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.
Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.
Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Maka dari itu, saudara empat harus diawasi dan diatur agar jangan sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat saudaranya yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga bisa mengatasinya. Kalau Manusia bisa dikalahkan oleh saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai Pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas dan menjadi patokan. Benar tidaknya silakan anda yang menilai.
Sedulur Papat Lima Pancer dan Sistem Kemalaikatan
Setelah Islam masuk Pulau Jawa kepercayaan tentang saudara empat ini dipadukan dengan 4 malaikat di dunia Islam yaitu Jibril, Mikail , Isrofil, Ijro'il. Dan oleh ajaran sufi tertentu di sejajarkan denga ke'empat sifat nafsu yaitu: Nafsu Amarah, Lawwamah, Sufiah dan Mutmainah.
Pertama Jibril atau dalam bahasa ibrani Gabriel artinya pahlawan tuhan fungsinya adalah penyampai informasi, didalam islam dikenal sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam konsep islam Jawa Jibril diposisikan pada kekuatan spiritual pada KETUBAN. Ada pandangan yang menyatakan setelah Nabi Muhammad wafat maka otomatis Jibril menganggur karena beliaulah orang yang menerima wahyu terakhir.
Tapi tidak demikian dalam pandangan Jawa, setiap orang di sertai Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu Jibril di alam raya ini tapi pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. seperti Ruh tidah pernah dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Al-Quran. Tetapi setiap diri mendapat tiupan ruh dari tuhan dan ruh tersebut menjadi si A, si B, si C Dst.. satu tetapi terpantul pada setiap cermin sehingga seolah2 setiapm cermin mengandung Ruh, dan manusia sebenarnya adalah cermin bagi sang diri. setiap diri menerima limpahan cahayanya.
Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia kejalan yang benar, yang telah membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya, membersihkan hatinya. Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal keimanan seseorang. dalam khasanah jawa Jibril berdampingan dengan Guru sejati, bersanding dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarka diri Nabi ke Sidratul Muntaha dalam Mij'raj beliau juga diceritakan ketika Jibril menampakan diri kehadapan rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya yaitu Mikail isrofil Ijroil.
Jelas kiranya bahwa kahadiran ketuban ketika membungkus janin ternyata disertai saudara2nya yang lain. Ditinjau dari keddudukannya yang keluar paling awal maka disebut sebagai kakak atau kakang (saudara tua ) si bayi. begitu bayi lahir maka selesailah sudah tugas ketuban secara fisik. tetapi exsistensi ketuban secara ruhaniah ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut sampai akhir hayat.
secara extensi Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. dan Tali Pusar ada lebih dulu dari pada selaput yang membungkus janin di pintu rahim (cervix)
Ke Dua Malaikat Israfil. Menurut hadis malaikat Israfil diciptakan setelah penciptaan Arsy ( Singgasana Tuhan ) disebut sebagai malaikat penggenggam alam semesta, ia meniup Terompet Pemusnahan Dan Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan dengan ari-ari, tembuni atau Placenta, Ari-Ari adalah yang memayungi sang janin sampai ketempat tujuan dialah yang memberikan keamanan menyalurkan makanan dan kenyamanan pada janin dengan ari-ari ini kehidupan berlangsung dalam janin.
Exsistensi Ari-ari ini disejajarkan dengan malaikat Israfil Dalam kelahiran janin, Ari-ari diterima sebagai saudara muda (adik).
Meskipun jasadnya telah tak ada lagi ari-ari tetap memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan. Dari sisi keberadaanya malaikat Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan Jibril As. Israfil diyakini sebagai Pelita Hati Bagi manusia agar hatinya tetap terang, Itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada secercah cahaya dalam hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski hanya sebesar debu...
Yang ketiga adalah Malaikat Mikail, Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat.. Tugas malaikat Mikail adalah Memelihara Kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa malaikat Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan Hewan juga Manusia.. Dialah yang mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah di sesuaikan dengan ajaran Islam, Tali Pusar merupakan Lokus, tempat dudukan bagi malaikat Mikail dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia.Zat zat makanan, Oksigen dan Zat yang perlu dibuang dari tubuh janin agar tidak meracuni tubuh janin. Subhanallah.. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam rahim melalui malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang jawa sebagai saudara yang memberikan sandang, pangan dan papan, Jika seseorang memohon perlindungan tuhan maka Mikail yang akan menjalankan perintah Tuhan untuk melindunginya.
Ke Empat adalah Malaikat Ijroil. Malaikat Maut yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawab akan Kematian. Kehadirannya amat ditakuti Manusia.. Jika ajal telah tiba maka ia akan Me wafatkan manusia sesuai waktunya.
Dalam konsep sedulur papat Malaikat maut ini ternyata saudara Manusia sendiri bukan orang lain dan ia tidak akan menyalahi tugasnya bila seseorang belum sampai ajalnya dia tak akan mewafatkannya.. Dia hadir untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati pasti melindungi bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar. Bayangkan bila manusia tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita..? apa tidak tersiksa..? bayangkan bila ada orang yang mau mati aja sulitnya bukan main.. Nauzubillah..
Ijroil disebut sebagai kekuatan Tuhan yang berada didalam Darah, Dalam kehidupan sehari hari Ijroil bertugas untuk menjaga hati yang suci, Jika hati terjaga kesuciannya maka ketakutan akan hidup menderita dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai maka Ijroil mengorganisasi malaikat lainnya, mengorganisasi saudara saudara lainnya untuk mengakhiri hidupnya. Permana yang memberikan kekuatan pada sang Jiwa diangkat keluar tubuh, sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa. Ruh penyambung hidup kita lepas.. tubuh menjadi lunglai lak berdaya dan ini bentuk umum kematian bagi manusia.. loh kok gitu yaa..? Nah yang tidak umum yaaa.. bila Sang Diri Sejati manusia mampu memimpin saudara-saudaranya untuk melepaskan Jiwa manusia kealam Gaib. Orang demikian sudah mempu menyongsong kematiannya dengan benar, dia memberitahukan pada sanak dan saudaranya kapan kematiannya akan datang.
Semua saudara gaib ini sudah menjadi satu dengan tubuh kita, ketika dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya. tapi ketika sang Bayi sudah lahir hanya ada satu wujud. Empat saudara kita tetap menyertai kita dalam wujud Ruh dan Tidak Kasat Mata.
Ada kutipan Ayat dalam Al-Quran yang perlu di simak.
" In Kullu nafsin lamma alayha hafizh" > 'Setiap diri niscaya ada penjaganya' Atau "Wa huwa al-qahir fawq iba'dih wa yusril alaykum hafazhah hatta idza ja'a ahadakum al-mawt tawaffathu rusuluna wahum la yufarrithun" >' Dialah yang berkuasa atas semua hambanya. Dan dia mengutus kepada kalian Penjaga-Penjaga untuk melindungimu. Jika seseorang sudah waktunya mati, maka utusan-utusan kami itu mewafatkannya tanpa keliru"
Simbolisasi Sedulur Papat Limo Pancer dalam Pewayangan
Semar sebagai pamomong keturunan Sapta Arga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras.
Cipta, Rasa, Karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria.
Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).
Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya.
Berminat mendayagunakan kekuatan saudara sekandung “sedulur papat limo pancer” anda ikuti program pembangkitan ruhaniyah pribadi memanfaatkan Sedulur Papat Lima Pancer dan Sistem Kemalaikatan.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI.
Sedulur Papat Lima Pancer dalam Membangkitkan Manfaat Spiritual
Puasa Weton
Sedulur Papat Lima Pancer
Dalam budaya jawa ( kejawen ) , penyebutan ” Kakang Kawah Adi Ari-Ari” keberadaannya masih tersamar. Apalagi di zaman modern sekarang ini. Mitos saudara kembar yang ghaib ini cenderung di abaikan. Ini konsekuensi dari zaman maju. Dunia material cenderung meningkat, sedang kaweruh spiritual orang jawa kian gersang. Kita mencoba untuk memahami kembali Puasa Weton yang bagi orang jawa di percayai dapat memberikan pencerahan spiritual dengan berbagai mitosnya yang penuh dengan kesakralan dan religiusitas.
Hakikat Puasa menurut ” Wulang Reh “.
Sri Pakubuwono IV telah memberikan wewaler, peringatan,pada anak cucunya untuk pengekangan nafsu. Peringatan itu tertuang dalam karyannya Serat Wulang Reh, yang di tulis pada hari ahad kliwon, wunku sungsang, tanggal ke-19, bulan besar, mongso ke-delapan, windu sancaya dan di beri sengkalan : Tata-guna-Swareng-Nata ( 1735 ).Ia bergelar : Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV. Nama kecilnya adalah Bandoro Raden Mas Gusti sumbadyo, Putra Pakubuwono III dengan Kanjeng Ratu Kencana. Dalam pupuh II Tembang Kinanthi ia menulis : “Podho Gulangen Ing Kalbu, Ing Sasamita Amrih Lantip, Ojo pijer mangan nendra, ing kaprawiran den kesthi, Pesunen sariraniro , Sudanen dhahar lan guling. (Wahai, asahlah di dalam hatimu biar tajam menangkap isyarat isyarat ghaib. jangan terlalu banyak makan dan tidur, kurangilah hal tersebut, cita citakan kaprawiran ” keluhuran budi “, agar bisa mengekang diri) “.Inti yang cepat di tangkap dari wejangan ini menyangkut pada pengendalian diri dan cara yang harus di tempuh adalah dengan perpuasa.Hakekat Puasa adalah pengekangan diri, karena alam duniawi banyak memberi godaan. Silau dengan kemewahan, apalagi kalau sedang mendapat suka cita yang berlebihan, ” Maka kaprayitnan batin ( kewaspadaan ) akan terkurangi. Manusia akhirnya akan terbelenggu nafsunya. Nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri. Nafsu merupakan sikap angkara yang dalam.
Wulang Reh di sebutkan terdiri dari 4 macam , yaitu :
1. Lawwamah, Bertempat di perut, lahirnya dari mulut ibarat hati bersinar hitam. Akibatnya bisa menimbulkan dahaga, kantuk dan lapar.
2. Amarah, artinya garang bisa menimbulkan angkara murka, iri dan emosional. Ia berada di empedu, timbulnya lewat telinga bak hati bercahaya merah.
3. Sufiyah, Nafsu yang menimbulkan birahi, rindu, keinginan dan kesenangan. Sumber dari Limpa timbul lewat mata bak hati bercahaya kuning.
4. Muthmainah, Berarti rasa ketentraman. Punya watak yang senang dengan kebaikan, keutamaan dan keluhuran budi. Nafsu ini timbulnya dari tulang, timbul dari hidung bagai hati bersinar putih.
Lelaku Puasa.
Ritualnya di mulai dengan reresik raga ( membersihkan badan ). Badan harus bersih dari kotoran dunia, caranya dengan siram jamas ( mandi besar ).
Kalau perlu menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga lima warna, Mawar, Melati, Kenanga, Kanthil putih, Kanthil kuning. Waktu mandi membaca doa ” Ingsun Adus Ing Banyu Suci, Kang adus badan sejati, Kakosokan nyowo sejati, Amulyaaken kersane Pangeran ( Aku mandi di air suci, Yang mandi badan sejati, membersihkan nyawa sejati, memuliakan takdir Illahi.
Lelaku, jangka waktu puasa ini sehari semalam yang di mulai pukul 24.00 WIB di akhiri pukul 24 WIB hari berikutnya. lelaku puasa yang lebih bersifat khusus. Jangka waktunya 3 hari. Keistimewaan puasa ini menurut pinisepuh ( para arif ) jawa terletak pada nilai amalannya. Seseorang yang melakukan puasa dina dulur ini, nilai amalannya hampir sama dengan puasa 40 hari. Keistimewaan lain adalah terletak pada mustikanya. Puasa ini di yakini dapat menyelesaikan problematika hidup yang sangat berat dalam waktu yang sangat mendesak.
Tiga weton dan buang sengkala.
Ritual Puasa dina dulur ini selama 3 hari, dan harus tepat pada hari Selasa Kliwon, Rabu Legi dan Kamis Pahing. Tentu saja ini dari hitungan kalender jawa, atau umumnya dalam satu bulan terdapat 3 hari yang berurutan ini. Tinggal kita saja yang menentukan ada kesiapan atau tidaknya niatan yang mantap untuk menjalankan lelaku puasa khusus ini.Jangka waktunya juga sama dengan waktunya puasa puasa kejawen lainnya. Dimulai ( sahur ) pada pukul 24 WIB di akhiri ( Berbuka ) pada pukul 24 WIB hari berikutnya. Demikian juga kesiapan jiwa raga seseorang yang hendak berpuasa. Di pagi harinya, sebelum hari (H) ia wajib melakukan pembersihan diri dengan cara ” siram jamas ” ( mandi besar ) lebih baik kalau menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga setaman yang baru di beli di pasar.
Cara mandi jamas ini tidak boleh sembarangan. Rendaman bunga yang tercecer itu harus di kumpulkan dan di larung ( di buang ) di sungai. Hal ini di dasarkan pada mitos “sengkala” ( nasib buruk/dosa dosa ). Termasuk sifat buruk dan nafsu dalam diri manusia harus harus di buang jauh. Larung di maknakan di buang jauh. Sedangkan sungai ( muaranya menuju lautan bebas ) sebagai simbol dunia luas dan tak terbatas.
Bubur Lima Warna.
Akan lebih sempurna bila dalam ritual larung ini di sertakan sesajen berupa bubur lima warna. Hitam, putih, Merah, Kuning dan merah di beri titik putih. Lima warna ini berarti menghormat pada ” Keblat Papat Limo Pancer ” ( Keblat 4 5 bumi tempat berpijak ). Hitam berada di utara, merah di selatan, kuning bertempat di barat dan putih berada di timur.Khusus Filosofi bubur merah bertitik putih, sebenarnya di artikan penghormatan kepada orang tua. Bisa juga sesepuh ( leluhur kita ) baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Namun dalam khasanah kiblat tadi di maknakan pancer.Tentang bubur lima macam ini bisa kita kaitkan dengan simbolisasi bunga lima warna. Dan semua unsur ini di maksudkan sebagai pelengkap sebelum melakukan puasa dino dulur. tetapi jauh di balik ini semua ada mitos bahwa semua unsur itu sebagai pendukung ( kekuatan batin ) dalam melaksanakan puasa. Sekaligus penguat dan peneguh iman seseorang dalam menjalankan ritual puasanya.
Saudara-Saudara Halus / Sedulur papat kalimo pancer.
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat ) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang sungguh-sungguh ) mereka itu selalu bersama kamu, menjaga kamu dimanapun kamu berada. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa mereka itu menolongmu dalam setiap saat kegiantanmu, mereka akan senang, bila kamu memperhatikan mereka, mengetahui akan keberadaan meraka. Adalah bijaksana untuk meminta mereka supaya berpatisipasi dalam setiap kegiatan yang kamu lakukan, seperti : minum, makan, belajar, bekerja, meyopir, mandi dam lain-lain.
Dalam batin kamu mengundang mereka, misalnya :
1. Semua saudara halusku, saya mau makan, bantulah saya ( ewang-ewangono ) artinya mereka itu akan membantumu, sehingga kamu selamat pada saat makan dam makanan itu juga baiak untukmu.
2. Semua saudara halusku, bantulah saya untuk menyopir mobil dengan selamat sampai kantor. Ini artinya kamu kan menyopir dengan selamat sampai ke kantor, tidak ada kecelakaan yang terjadi pada kamu, pada mobil dan yang lain-lain.
3. Semua saudara halusku, saya akan bekerja, bantulah saya supaya bisa meyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan lain-lain.
Tetapi kamu jangan meminta partisipasi mereka pada waktu kamu mau tidur, untuk hal itu kamu harus berkata : saya mau tidur lindungilah saya ( reksanen ) pada waktu saya tidur, kalau ada yang mengganggu atau membahayakan, bangunkanlah saya, sambil membaringkan badan ditempat tidur sebelum menutup mata, dengan meletakkan tangan kanan didada, menyentuh jantung, katakanlah : “ saya juga hidup “
Dengan mengenali mereka artinya kamu memperhatikan mereka dan sebaliknya mereka pun mengurusi kamu. Kalau kamu tidak memperhatikan mereka, mereka tidak akan berbuat apapun untuk menolongmu, mereka mengharap supaya secepatnya kamu kembali ke asalmu, supaya mereka itu secepatnya terbebas dari kewajibannya untuk mendampingimu. Ketika kamu kembali kealam kelanggengan, mereka juga akan pergi dan berharap diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dilahirkan sebagai manusia dengan jiwa dan raga dalam hidup baru mereka di dunia.
Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari sekali.
Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya itu penting dan harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui tanggal, bulan, tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan menghormati para leluhur dab yang paling penting untuk mengingat dan memuji Sang Pencipta Hiduo, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara yang lengkap untuk meyebut saudara-saudara halus tersebut adalah :
"Mar marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo pancer".
- Bantulah saya (katakan apa keperluanmu)
- Jagalah saya pada waktu saya tidur
Sebaliknya kamu menyebut nama mereka dengan lengkap sehingga kamu menjadi biasa dengan mereka (jumbuh) misalnya untuk beberapa bulan. Sesudah itu kamu boleh memanggil mereka semua : saudara halusku.
Tetapi pada saat kamu berdoa atau meditasi, kamu menyebut dengan nama lengkap, juga pada saat kamu memberikan sesaji untuk mereka, katakanlah nama mereka satu demi satu. Kamu hendaknya tahu bahwa kakang kawah dan adi ari-ari adalah yang paling banyak membantu kamu. Kakang kawah selalu berusa dengan sebaik-baiknya supaya semua keinginan dan usahamu terealisir sedangkan adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan kamu.
Oleh karena itu pada saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
2. Selain memberikan sesaji kepada saudara-saudara halus kamu bisa menyucikan diri, antara lain dengan cara berpuasa selama 24 jam, hanya makan buah dan sayuran ; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali dan lain-lain.
Ada juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut Ngapit.dengan selalu meminta partisipasi dari saudara-saudara halusmu, ini berarti kamu aktif secara lahir maupun batin
Yang melakukan sesuatu itu bukan hanya aku, tetapi Ingsun yaitu aku-lahir, luar (jobo) bersama dengan aku dari batin (jero).
Maka itu orang Jawa yang mau melakukan hal penting berkata : Niat Ingsun.
Dengan melakukan laku spiritual seperti tersebur diatas, biasanya orang berharap supaya hidupnya selamat dan sejahtera, atau untuk penghayatan ilmu sejati merasa lebih dekat kepada hidup sejati atau kasunyatan.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, paham “sedulur papat limo pancer” sangat kental. Yang dimaksud dengan sedulur papat limo pancer yaitu saudara yang menemani sang jabang bayi saat lahir. Yang secara umum banyak orang mengenal dengan istilah kakang kawah adhi ari-ari, yang disebut ini baru dua dari 5 bersaudara.
Adapun nama – nama sedulur papat , yaitu : Watman, Wahman, Rahman, Ariman. Sedang penyebutan limo pancer sendiri yaitu si jabang bayi yang lahir:
-Watman berarti “Wat” kondisi si Ibu yang sedang mengalami perasaan pertama untuk melahirkan, mengejan.
-Wahman berarti kawah, jalan lahir, terbukanya jalan lahir.
-Rahman berarti darah yang keluar.
-Ariman berarti ari-ari atau plasenta yang keluar setelah si jabang bayi.
Nama-nama diatas biasanya dipanggil apabila si jabang bayi sedang atau memerlukan bantuan dari para “sedulur”nya.
Setelah Islam masuk di Jawa, konsep ini masih ada. Hanya saja mereka dianggap malaikat-malaikat penjaganya. Adapun nama-namanya berubah seperti Jibril, Mikail, Isroil, Israfil
Dalam konsep sedulur papat limo pancer, masyarakat Jawa juga menggunakan hari pasaran legi, pahing, pon, wage dan kliwon yang dihubungkan dengan arah mata angin.
Legi dengan posisi di Timur Pahing dengan posisi di Selatan Pon dengan posisi di Barat Wage dengan posisi di Utara Kliwon dengan posisi di Tengah
Seperti pada kepercayaan lama/kuno, sisi timur merupakan sisi yang tertua. Karena itu kenapa Legi ada di posisi timur. Kliwon menunjukkan posisi sentral, posisi yang tertinggi. Seperti si jabang bayi yang ada diposisi pancer / pusat.
Kembali lagi ke sedulur papat limo pancer, didalam keyakinan Kejawen orang dapat menemui sedulurnya, dapat saling berkomunikasi. Adapun rupa sedulurnya mirip dengan si jabang bayi itu sendiri, dan mereka akan menjaga sampai titi wanci-nya.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Sedulur Papat Lima Pancer
Dalam budaya jawa ( kejawen ) , penyebutan ” Kakang Kawah Adi Ari-Ari” keberadaannya masih tersamar. Apalagi di zaman modern sekarang ini. Mitos saudara kembar yang ghaib ini cenderung di abaikan. Ini konsekuensi dari zaman maju. Dunia material cenderung meningkat, sedang kaweruh spiritual orang jawa kian gersang. Kita mencoba untuk memahami kembali Puasa Weton yang bagi orang jawa di percayai dapat memberikan pencerahan spiritual dengan berbagai mitosnya yang penuh dengan kesakralan dan religiusitas.
Hakikat Puasa menurut ” Wulang Reh “.
Sri Pakubuwono IV telah memberikan wewaler, peringatan,pada anak cucunya untuk pengekangan nafsu. Peringatan itu tertuang dalam karyannya Serat Wulang Reh, yang di tulis pada hari ahad kliwon, wunku sungsang, tanggal ke-19, bulan besar, mongso ke-delapan, windu sancaya dan di beri sengkalan : Tata-guna-Swareng-Nata ( 1735 ).Ia bergelar : Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV. Nama kecilnya adalah Bandoro Raden Mas Gusti sumbadyo, Putra Pakubuwono III dengan Kanjeng Ratu Kencana. Dalam pupuh II Tembang Kinanthi ia menulis : “Podho Gulangen Ing Kalbu, Ing Sasamita Amrih Lantip, Ojo pijer mangan nendra, ing kaprawiran den kesthi, Pesunen sariraniro , Sudanen dhahar lan guling. (Wahai, asahlah di dalam hatimu biar tajam menangkap isyarat isyarat ghaib. jangan terlalu banyak makan dan tidur, kurangilah hal tersebut, cita citakan kaprawiran ” keluhuran budi “, agar bisa mengekang diri) “.Inti yang cepat di tangkap dari wejangan ini menyangkut pada pengendalian diri dan cara yang harus di tempuh adalah dengan perpuasa.Hakekat Puasa adalah pengekangan diri, karena alam duniawi banyak memberi godaan. Silau dengan kemewahan, apalagi kalau sedang mendapat suka cita yang berlebihan, ” Maka kaprayitnan batin ( kewaspadaan ) akan terkurangi. Manusia akhirnya akan terbelenggu nafsunya. Nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri. Nafsu merupakan sikap angkara yang dalam.
Wulang Reh di sebutkan terdiri dari 4 macam , yaitu :
1. Lawwamah, Bertempat di perut, lahirnya dari mulut ibarat hati bersinar hitam. Akibatnya bisa menimbulkan dahaga, kantuk dan lapar.
2. Amarah, artinya garang bisa menimbulkan angkara murka, iri dan emosional. Ia berada di empedu, timbulnya lewat telinga bak hati bercahaya merah.
3. Sufiyah, Nafsu yang menimbulkan birahi, rindu, keinginan dan kesenangan. Sumber dari Limpa timbul lewat mata bak hati bercahaya kuning.
4. Muthmainah, Berarti rasa ketentraman. Punya watak yang senang dengan kebaikan, keutamaan dan keluhuran budi. Nafsu ini timbulnya dari tulang, timbul dari hidung bagai hati bersinar putih.
Lelaku Puasa.
Ritualnya di mulai dengan reresik raga ( membersihkan badan ). Badan harus bersih dari kotoran dunia, caranya dengan siram jamas ( mandi besar ).
Kalau perlu menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga lima warna, Mawar, Melati, Kenanga, Kanthil putih, Kanthil kuning. Waktu mandi membaca doa ” Ingsun Adus Ing Banyu Suci, Kang adus badan sejati, Kakosokan nyowo sejati, Amulyaaken kersane Pangeran ( Aku mandi di air suci, Yang mandi badan sejati, membersihkan nyawa sejati, memuliakan takdir Illahi.
Lelaku, jangka waktu puasa ini sehari semalam yang di mulai pukul 24.00 WIB di akhiri pukul 24 WIB hari berikutnya. lelaku puasa yang lebih bersifat khusus. Jangka waktunya 3 hari. Keistimewaan puasa ini menurut pinisepuh ( para arif ) jawa terletak pada nilai amalannya. Seseorang yang melakukan puasa dina dulur ini, nilai amalannya hampir sama dengan puasa 40 hari. Keistimewaan lain adalah terletak pada mustikanya. Puasa ini di yakini dapat menyelesaikan problematika hidup yang sangat berat dalam waktu yang sangat mendesak.
Tiga weton dan buang sengkala.
Ritual Puasa dina dulur ini selama 3 hari, dan harus tepat pada hari Selasa Kliwon, Rabu Legi dan Kamis Pahing. Tentu saja ini dari hitungan kalender jawa, atau umumnya dalam satu bulan terdapat 3 hari yang berurutan ini. Tinggal kita saja yang menentukan ada kesiapan atau tidaknya niatan yang mantap untuk menjalankan lelaku puasa khusus ini.Jangka waktunya juga sama dengan waktunya puasa puasa kejawen lainnya. Dimulai ( sahur ) pada pukul 24 WIB di akhiri ( Berbuka ) pada pukul 24 WIB hari berikutnya. Demikian juga kesiapan jiwa raga seseorang yang hendak berpuasa. Di pagi harinya, sebelum hari (H) ia wajib melakukan pembersihan diri dengan cara ” siram jamas ” ( mandi besar ) lebih baik kalau menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga setaman yang baru di beli di pasar.
Cara mandi jamas ini tidak boleh sembarangan. Rendaman bunga yang tercecer itu harus di kumpulkan dan di larung ( di buang ) di sungai. Hal ini di dasarkan pada mitos “sengkala” ( nasib buruk/dosa dosa ). Termasuk sifat buruk dan nafsu dalam diri manusia harus harus di buang jauh. Larung di maknakan di buang jauh. Sedangkan sungai ( muaranya menuju lautan bebas ) sebagai simbol dunia luas dan tak terbatas.
Bubur Lima Warna.
Akan lebih sempurna bila dalam ritual larung ini di sertakan sesajen berupa bubur lima warna. Hitam, putih, Merah, Kuning dan merah di beri titik putih. Lima warna ini berarti menghormat pada ” Keblat Papat Limo Pancer ” ( Keblat 4 5 bumi tempat berpijak ). Hitam berada di utara, merah di selatan, kuning bertempat di barat dan putih berada di timur.Khusus Filosofi bubur merah bertitik putih, sebenarnya di artikan penghormatan kepada orang tua. Bisa juga sesepuh ( leluhur kita ) baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Namun dalam khasanah kiblat tadi di maknakan pancer.Tentang bubur lima macam ini bisa kita kaitkan dengan simbolisasi bunga lima warna. Dan semua unsur ini di maksudkan sebagai pelengkap sebelum melakukan puasa dino dulur. tetapi jauh di balik ini semua ada mitos bahwa semua unsur itu sebagai pendukung ( kekuatan batin ) dalam melaksanakan puasa. Sekaligus penguat dan peneguh iman seseorang dalam menjalankan ritual puasanya.
Saudara-Saudara Halus / Sedulur papat kalimo pancer.
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat ) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang sungguh-sungguh ) mereka itu selalu bersama kamu, menjaga kamu dimanapun kamu berada. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa mereka itu menolongmu dalam setiap saat kegiantanmu, mereka akan senang, bila kamu memperhatikan mereka, mengetahui akan keberadaan meraka. Adalah bijaksana untuk meminta mereka supaya berpatisipasi dalam setiap kegiatan yang kamu lakukan, seperti : minum, makan, belajar, bekerja, meyopir, mandi dam lain-lain.
Dalam batin kamu mengundang mereka, misalnya :
1. Semua saudara halusku, saya mau makan, bantulah saya ( ewang-ewangono ) artinya mereka itu akan membantumu, sehingga kamu selamat pada saat makan dam makanan itu juga baiak untukmu.
2. Semua saudara halusku, bantulah saya untuk menyopir mobil dengan selamat sampai kantor. Ini artinya kamu kan menyopir dengan selamat sampai ke kantor, tidak ada kecelakaan yang terjadi pada kamu, pada mobil dan yang lain-lain.
3. Semua saudara halusku, saya akan bekerja, bantulah saya supaya bisa meyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan lain-lain.
Tetapi kamu jangan meminta partisipasi mereka pada waktu kamu mau tidur, untuk hal itu kamu harus berkata : saya mau tidur lindungilah saya ( reksanen ) pada waktu saya tidur, kalau ada yang mengganggu atau membahayakan, bangunkanlah saya, sambil membaringkan badan ditempat tidur sebelum menutup mata, dengan meletakkan tangan kanan didada, menyentuh jantung, katakanlah : “ saya juga hidup “
Dengan mengenali mereka artinya kamu memperhatikan mereka dan sebaliknya mereka pun mengurusi kamu. Kalau kamu tidak memperhatikan mereka, mereka tidak akan berbuat apapun untuk menolongmu, mereka mengharap supaya secepatnya kamu kembali ke asalmu, supaya mereka itu secepatnya terbebas dari kewajibannya untuk mendampingimu. Ketika kamu kembali kealam kelanggengan, mereka juga akan pergi dan berharap diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dilahirkan sebagai manusia dengan jiwa dan raga dalam hidup baru mereka di dunia.
Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari sekali.
Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya itu penting dan harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui tanggal, bulan, tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan menghormati para leluhur dab yang paling penting untuk mengingat dan memuji Sang Pencipta Hiduo, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara yang lengkap untuk meyebut saudara-saudara halus tersebut adalah :
"Mar marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo pancer".
- Bantulah saya (katakan apa keperluanmu)
- Jagalah saya pada waktu saya tidur
Sebaliknya kamu menyebut nama mereka dengan lengkap sehingga kamu menjadi biasa dengan mereka (jumbuh) misalnya untuk beberapa bulan. Sesudah itu kamu boleh memanggil mereka semua : saudara halusku.
Tetapi pada saat kamu berdoa atau meditasi, kamu menyebut dengan nama lengkap, juga pada saat kamu memberikan sesaji untuk mereka, katakanlah nama mereka satu demi satu. Kamu hendaknya tahu bahwa kakang kawah dan adi ari-ari adalah yang paling banyak membantu kamu. Kakang kawah selalu berusa dengan sebaik-baiknya supaya semua keinginan dan usahamu terealisir sedangkan adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan kamu.
Oleh karena itu pada saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
2. Selain memberikan sesaji kepada saudara-saudara halus kamu bisa menyucikan diri, antara lain dengan cara berpuasa selama 24 jam, hanya makan buah dan sayuran ; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali dan lain-lain.
Ada juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut Ngapit.dengan selalu meminta partisipasi dari saudara-saudara halusmu, ini berarti kamu aktif secara lahir maupun batin
Yang melakukan sesuatu itu bukan hanya aku, tetapi Ingsun yaitu aku-lahir, luar (jobo) bersama dengan aku dari batin (jero).
Maka itu orang Jawa yang mau melakukan hal penting berkata : Niat Ingsun.
Dengan melakukan laku spiritual seperti tersebur diatas, biasanya orang berharap supaya hidupnya selamat dan sejahtera, atau untuk penghayatan ilmu sejati merasa lebih dekat kepada hidup sejati atau kasunyatan.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, paham “sedulur papat limo pancer” sangat kental. Yang dimaksud dengan sedulur papat limo pancer yaitu saudara yang menemani sang jabang bayi saat lahir. Yang secara umum banyak orang mengenal dengan istilah kakang kawah adhi ari-ari, yang disebut ini baru dua dari 5 bersaudara.
Adapun nama – nama sedulur papat , yaitu : Watman, Wahman, Rahman, Ariman. Sedang penyebutan limo pancer sendiri yaitu si jabang bayi yang lahir:
-Watman berarti “Wat” kondisi si Ibu yang sedang mengalami perasaan pertama untuk melahirkan, mengejan.
-Wahman berarti kawah, jalan lahir, terbukanya jalan lahir.
-Rahman berarti darah yang keluar.
-Ariman berarti ari-ari atau plasenta yang keluar setelah si jabang bayi.
Nama-nama diatas biasanya dipanggil apabila si jabang bayi sedang atau memerlukan bantuan dari para “sedulur”nya.
Setelah Islam masuk di Jawa, konsep ini masih ada. Hanya saja mereka dianggap malaikat-malaikat penjaganya. Adapun nama-namanya berubah seperti Jibril, Mikail, Isroil, Israfil
Dalam konsep sedulur papat limo pancer, masyarakat Jawa juga menggunakan hari pasaran legi, pahing, pon, wage dan kliwon yang dihubungkan dengan arah mata angin.
Legi dengan posisi di Timur Pahing dengan posisi di Selatan Pon dengan posisi di Barat Wage dengan posisi di Utara Kliwon dengan posisi di Tengah
Seperti pada kepercayaan lama/kuno, sisi timur merupakan sisi yang tertua. Karena itu kenapa Legi ada di posisi timur. Kliwon menunjukkan posisi sentral, posisi yang tertinggi. Seperti si jabang bayi yang ada diposisi pancer / pusat.
Kembali lagi ke sedulur papat limo pancer, didalam keyakinan Kejawen orang dapat menemui sedulurnya, dapat saling berkomunikasi. Adapun rupa sedulurnya mirip dengan si jabang bayi itu sendiri, dan mereka akan menjaga sampai titi wanci-nya.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Metode Pengobatan memanfaatkan Saudara Sekandung
Plasenta/Ari-ari Bayi Pengobat Leukimia dan Banyak Manfaat Lain
Kakang Kawah adi ari-ari, sedulur papat hal inilah biasanya yang sering diucapkan oleh orang jawa pada saat membacakan sebuah mantra keselamatan dan kerezekian untuk diri sendiri, sebenarnya mulai dari zaman dulu Orang Jawa percaya bahwa ari-ari atau yang disebut juga plasenta memiliki pamor atau kekuatan yang lebih, tapi cenderung kepercayaan ini dihubungkan dengan nuansa magic.
Jangan lekas buru-buru dikubur plasenta atau ari-ari jika ada salah satu dari keluarga anda yang melahirkan, karena dengan ari-ari atau plasenta bayi banyak medatangkan manfaat bagi kesehatan mulai dari Leukimia, gangguan mata, asma dan pembusukan luka dapat ditangani dan disembuhkan mealalui ari-ari atau plasenta bayi.
KONON, dunia kedokteran masih jua belum bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kelainan gen (keturunan), seperti leukemia? Ternyata tidak. Bila mencermati kepustakaan yang ada, bahkan sejak 1988 kalangan ahli telah berhasil menemukan metode pengobatan yang dinilai sangat efektif, yakni dengan memanfaatkan sel induk (sel inti) yang banyak terdapat pada darah di tali pusar (tali pusat).
Harus diakui, dalam perkembangannya sampai saat ini, metode pengobatan tersebut kurang populer. Soalnya, agar pengobatan bisa berhasil secara maksimal, seyogyanya menggunakan sel induk yang berasal dari tali pusat si penderita. Ternyata itu juga bukan perkara mudah. Nyaris tiada seorang pun di jagat ini yang memiliki kebiasaan menyimpan tali pusatnya—apalagi dalam keadaan masih segar. Maklum, lazimnya, para orang tua akan ”membuang” tali pusat anaknya, beberapa saat setelah sang jabang bayi dilahirkan.
Pasrah? Jangan dulu. Ada tawaran menarik yang dilayangkan sejumlah ”bank” sebagai solusi. Tentunya, bukan bank kebanyakan untuk menabung fulus, melainkan cord blood bank (bank darah tali pusat) yang secara teknis mampu menyimpan sel induk secara aman. Nah, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan anaknya di era milenium, bisa memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh CordLife, yakni cord blood bank yang ada di Singapura. Sejak dioperasikan pada 2001, hingga sekarang bank ini telah menyimpan sekitar 1.000 sampel.
Untuk setiap peminat, tentu ada biayanya. Di tahun pertama, mereka harus merogoh kocek sebesar Sin$ 2.000 (sekitar Rp 12,6 juta). Setelah itu, akan dikenakan biaya sewa setiap tahun sebesar Sin$ 250 (sekitar Rp 1,2 juta). Jasa yang ditawarkan CordLife berdasarkan kontrak yang berlaku selama 21 tahun. Setelah itu, bisa diperpanjang lagi.
Tak terkecuali bagi kalangan peminat yang ada di negeri ini. Sejak Juli lalu, bekerja sama dengan Kalbe Farma, CordLife membuka layanan serupa di kawasan Pulomas, Jakarta. Usaha kemitraan ini berkibar dengan bendera PT CordLife Indonesia. ”Kehadiran kami di sini untuk makin mempermudah pelayanan bagi masyarakat Indonesia,” kata Wirya Tantra, General Manager PT CordLife Indonesia.
Menariknya, dibandingkan dengan yang di Singapura, tarif jasa yang di Jakarta relatif lebih murah. Biaya untuk tahun pertama ”hanya” Rp 9,5 juta, dan untuk biaya tahunan dipatok Rp 1,5 juta. Bank yang dibangun dengan dana investasi, konon, mencapai lebih dari Rp 162 miliar ini dirancang bisa menampung sebanyak 30 ribu kantong darah tali pusat. ”Sampai saat ini sudah ada 100 sampel yang disimpan di sini,” ujar Wirya.
Melihat antusiasme kalangan peminat yang tergolong tinggi, tampaknya berusaha di sektor ini cukup menjanjikan. Ditambah lagi potensi pasarnya yang sangat besar. Lihat saja angka kelahiran, dari rata-rata 1.000 penduduk di negeri ini, hampir dipastikan sekitar 22 di antaranya adalah bayi-bayi yang baru lahir. Sementara di Singapura, dengan rasio yang sama, angka kelahirannya hanya sekitar 16 per mil.
Lebih dari itu, tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, trennya pun dirasakan makin tinggi. Banyak hal memang yang memicunya. Selain tingkat pendidikan dan daya beli, meningkatnya kesadaran masyarakat itu, boleh jadi pula, dipicu oleh kekhawatiran mewabahnya berbagai penyakit baru. Untuk soal yang terakhir ini, lihat saja catatan yang ada di CordLife International sampai tahun ini. Paling tidak, sudah ditemukan sekitar 80 jenis penyakit baru, yang ironisnya, sebagian besar belum ada obat penawarnya. Nah, dengan metode pengobatan yang memanfaatkan sel induk ini, diharapkan bisa meredam kekhawatiran itu.
BISA DIMANFAATKAN OLEH SAUDARA SEKANDUNG
Selain diperoleh dari darah di tali pusat, sel induk juga bisa didapat dari sumsum tulang belakang. Cara yang terakhir ini memiliki risiko tinggi. Lagi pula, proses pengambilannya cenderung menyakiti si penderita. Sementara, proses pengambilan sel induk dari tali pusat, jauh lebih aman. Lazimnya, dilakukan setelah bayi lahir. Tim dokter—tentunya dengan peralatan khusus— akan segera mengambil darah (sekitar 22 cc) yang ada di tali pusat, kemudian disimpan dalam kantong yang steril. Di dalam darah itu, bisa didapat sekitar 800 juta sel induk.
Proses berikutnya adalah memeriksa kondisi darah tersebut di laboratorium. Bila sudah tercemar oleh bibit penyakit (seperti hepatitis atau AIDS), niscaya darah ini tidak bisa disimpan. Sebaliknya, bila kondisinya teruji steril, dengan teknologi tertentu, tim ahli akan memisahkan sel darah dan plasma darah, sehingga yang tersisa tinggal cairan yang mengandung sel inti.
Seluruh proses tersebut berlangsung selama 48 jam, hingga cairan sel induk disimpan di ruang pengawetan yang bersuhu minus 196 derajat celsius. Selama di tempat penyimpanan, pemantauan secara periodik akan dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi sel induk.
Memanfaatkan jasa cord blood bank, bisa dibilang, hampir serupa dengan program asuransi kesehatan. Artinya, sewaktu-waktu bila dibutuhkan, khasiatnya bisa segera dimanfaatkan. Berdasarkan pengalaman selama ini, metode pengobatan yang memanfaatkan sel induk mampu menyembuhkan sekitar 88 jenis penyakit, seperti kanker, kerusakan pada sumsum tulang belakang, kelainan pada darah, dan penyakit yang berhubungan dengan kelainan metabolisme tubuh. Berikutnya, metode ini tengah diuji keampuhannya untuk melawan penyakit stroke, liver, diabetes, jantung, dan cedera pada tulang belakang.
Hebatnya lagi, metode pengobatan ini tidak hanya manjur untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pemiliknya, juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit yang diidap oleh saudara kandung dan kedua orang tua. Tingkat efektivitasnya pun lumayan tinggi. Bila digunakan oleh saudara kandung, misalnya, rasionya bisa mencapai 75%. Sementara rasio bagi kedua orang tua mencapai 50%. Tentunya, tingkat efektivitas itu bisa dicapai bila sel induk yang ditransplantasikan memiliki kecocokan golongan darah dan struktur gen.
Sejatinya, metode pengobatan ini dilakukan dengan cara mentransplantasikan sel induk ke organ yang rusak. Sesuai sifatnya, sel induk akan berkembang membentuk sel baru. Seyogianya, transplantasi itu disesuaikan dengan berat badan si penderita, idealnya setiap kilogram berat badan dibutuhkan sekitar 15 juta-20 juta sel induk. Contohnya, penderita yang berbobot 30 kilogram, sepatutnya ditransplantasikan sel induk sebanyak 450 juta sel.
Persoalannya sekarang, jika kerap digunakan, niscaya akan mengurangi, bahkan menghabiskan deposit sel induk yang ada di cord blood bank. Toh, yang tersimpan di sana volumenya sangat terbatas. Kendati begitu, kita tak perlu cemas. Dengan teknologi kedokteran mutakhir, ternyata populasi sel induk yang ada di bank bisa ditingkatkan lebih banyak lagi. Aman, kan.
Adapula dengan nuansa magic memanfaatkan saudara sekandung ini untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit medis maupun non medis, adapun caranya dengan mendayagunakan kekuatan spiritual adi ari-ari yang tentunya bisa anda dayagunakan bila potensi ruhaniyah pribadi anda sudah terbangkit. Mengenai media penyembuhan biasanya mendapat wisik secara gaib sebagai jodoh kesembuhan mengobati penyakit tersebut. Berminat mendayagunakan kekuatan saudara sekandung anda ikuti program pembangkitan Kakang Kawah Adi Ari-Ari.
Demikian pemanfaatan saudara kita satu kelahiran (adi ari-ari) di zaman modern ini, selain daripada itu saudara kita sekandung tersebut dapat di manfaatkan secara spiritual yakni membangkitkan kerezekian, meraih kesuksesan, dsb.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Kakang Kawah adi ari-ari, sedulur papat hal inilah biasanya yang sering diucapkan oleh orang jawa pada saat membacakan sebuah mantra keselamatan dan kerezekian untuk diri sendiri, sebenarnya mulai dari zaman dulu Orang Jawa percaya bahwa ari-ari atau yang disebut juga plasenta memiliki pamor atau kekuatan yang lebih, tapi cenderung kepercayaan ini dihubungkan dengan nuansa magic.
Jangan lekas buru-buru dikubur plasenta atau ari-ari jika ada salah satu dari keluarga anda yang melahirkan, karena dengan ari-ari atau plasenta bayi banyak medatangkan manfaat bagi kesehatan mulai dari Leukimia, gangguan mata, asma dan pembusukan luka dapat ditangani dan disembuhkan mealalui ari-ari atau plasenta bayi.
KONON, dunia kedokteran masih jua belum bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kelainan gen (keturunan), seperti leukemia? Ternyata tidak. Bila mencermati kepustakaan yang ada, bahkan sejak 1988 kalangan ahli telah berhasil menemukan metode pengobatan yang dinilai sangat efektif, yakni dengan memanfaatkan sel induk (sel inti) yang banyak terdapat pada darah di tali pusar (tali pusat).
Harus diakui, dalam perkembangannya sampai saat ini, metode pengobatan tersebut kurang populer. Soalnya, agar pengobatan bisa berhasil secara maksimal, seyogyanya menggunakan sel induk yang berasal dari tali pusat si penderita. Ternyata itu juga bukan perkara mudah. Nyaris tiada seorang pun di jagat ini yang memiliki kebiasaan menyimpan tali pusatnya—apalagi dalam keadaan masih segar. Maklum, lazimnya, para orang tua akan ”membuang” tali pusat anaknya, beberapa saat setelah sang jabang bayi dilahirkan.
Pasrah? Jangan dulu. Ada tawaran menarik yang dilayangkan sejumlah ”bank” sebagai solusi. Tentunya, bukan bank kebanyakan untuk menabung fulus, melainkan cord blood bank (bank darah tali pusat) yang secara teknis mampu menyimpan sel induk secara aman. Nah, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan anaknya di era milenium, bisa memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh CordLife, yakni cord blood bank yang ada di Singapura. Sejak dioperasikan pada 2001, hingga sekarang bank ini telah menyimpan sekitar 1.000 sampel.
Untuk setiap peminat, tentu ada biayanya. Di tahun pertama, mereka harus merogoh kocek sebesar Sin$ 2.000 (sekitar Rp 12,6 juta). Setelah itu, akan dikenakan biaya sewa setiap tahun sebesar Sin$ 250 (sekitar Rp 1,2 juta). Jasa yang ditawarkan CordLife berdasarkan kontrak yang berlaku selama 21 tahun. Setelah itu, bisa diperpanjang lagi.
Tak terkecuali bagi kalangan peminat yang ada di negeri ini. Sejak Juli lalu, bekerja sama dengan Kalbe Farma, CordLife membuka layanan serupa di kawasan Pulomas, Jakarta. Usaha kemitraan ini berkibar dengan bendera PT CordLife Indonesia. ”Kehadiran kami di sini untuk makin mempermudah pelayanan bagi masyarakat Indonesia,” kata Wirya Tantra, General Manager PT CordLife Indonesia.
Menariknya, dibandingkan dengan yang di Singapura, tarif jasa yang di Jakarta relatif lebih murah. Biaya untuk tahun pertama ”hanya” Rp 9,5 juta, dan untuk biaya tahunan dipatok Rp 1,5 juta. Bank yang dibangun dengan dana investasi, konon, mencapai lebih dari Rp 162 miliar ini dirancang bisa menampung sebanyak 30 ribu kantong darah tali pusat. ”Sampai saat ini sudah ada 100 sampel yang disimpan di sini,” ujar Wirya.
Melihat antusiasme kalangan peminat yang tergolong tinggi, tampaknya berusaha di sektor ini cukup menjanjikan. Ditambah lagi potensi pasarnya yang sangat besar. Lihat saja angka kelahiran, dari rata-rata 1.000 penduduk di negeri ini, hampir dipastikan sekitar 22 di antaranya adalah bayi-bayi yang baru lahir. Sementara di Singapura, dengan rasio yang sama, angka kelahirannya hanya sekitar 16 per mil.
Lebih dari itu, tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, trennya pun dirasakan makin tinggi. Banyak hal memang yang memicunya. Selain tingkat pendidikan dan daya beli, meningkatnya kesadaran masyarakat itu, boleh jadi pula, dipicu oleh kekhawatiran mewabahnya berbagai penyakit baru. Untuk soal yang terakhir ini, lihat saja catatan yang ada di CordLife International sampai tahun ini. Paling tidak, sudah ditemukan sekitar 80 jenis penyakit baru, yang ironisnya, sebagian besar belum ada obat penawarnya. Nah, dengan metode pengobatan yang memanfaatkan sel induk ini, diharapkan bisa meredam kekhawatiran itu.
BISA DIMANFAATKAN OLEH SAUDARA SEKANDUNG
Selain diperoleh dari darah di tali pusat, sel induk juga bisa didapat dari sumsum tulang belakang. Cara yang terakhir ini memiliki risiko tinggi. Lagi pula, proses pengambilannya cenderung menyakiti si penderita. Sementara, proses pengambilan sel induk dari tali pusat, jauh lebih aman. Lazimnya, dilakukan setelah bayi lahir. Tim dokter—tentunya dengan peralatan khusus— akan segera mengambil darah (sekitar 22 cc) yang ada di tali pusat, kemudian disimpan dalam kantong yang steril. Di dalam darah itu, bisa didapat sekitar 800 juta sel induk.
Proses berikutnya adalah memeriksa kondisi darah tersebut di laboratorium. Bila sudah tercemar oleh bibit penyakit (seperti hepatitis atau AIDS), niscaya darah ini tidak bisa disimpan. Sebaliknya, bila kondisinya teruji steril, dengan teknologi tertentu, tim ahli akan memisahkan sel darah dan plasma darah, sehingga yang tersisa tinggal cairan yang mengandung sel inti.
Seluruh proses tersebut berlangsung selama 48 jam, hingga cairan sel induk disimpan di ruang pengawetan yang bersuhu minus 196 derajat celsius. Selama di tempat penyimpanan, pemantauan secara periodik akan dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi sel induk.
Memanfaatkan jasa cord blood bank, bisa dibilang, hampir serupa dengan program asuransi kesehatan. Artinya, sewaktu-waktu bila dibutuhkan, khasiatnya bisa segera dimanfaatkan. Berdasarkan pengalaman selama ini, metode pengobatan yang memanfaatkan sel induk mampu menyembuhkan sekitar 88 jenis penyakit, seperti kanker, kerusakan pada sumsum tulang belakang, kelainan pada darah, dan penyakit yang berhubungan dengan kelainan metabolisme tubuh. Berikutnya, metode ini tengah diuji keampuhannya untuk melawan penyakit stroke, liver, diabetes, jantung, dan cedera pada tulang belakang.
Hebatnya lagi, metode pengobatan ini tidak hanya manjur untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pemiliknya, juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit yang diidap oleh saudara kandung dan kedua orang tua. Tingkat efektivitasnya pun lumayan tinggi. Bila digunakan oleh saudara kandung, misalnya, rasionya bisa mencapai 75%. Sementara rasio bagi kedua orang tua mencapai 50%. Tentunya, tingkat efektivitas itu bisa dicapai bila sel induk yang ditransplantasikan memiliki kecocokan golongan darah dan struktur gen.
Sejatinya, metode pengobatan ini dilakukan dengan cara mentransplantasikan sel induk ke organ yang rusak. Sesuai sifatnya, sel induk akan berkembang membentuk sel baru. Seyogianya, transplantasi itu disesuaikan dengan berat badan si penderita, idealnya setiap kilogram berat badan dibutuhkan sekitar 15 juta-20 juta sel induk. Contohnya, penderita yang berbobot 30 kilogram, sepatutnya ditransplantasikan sel induk sebanyak 450 juta sel.
Persoalannya sekarang, jika kerap digunakan, niscaya akan mengurangi, bahkan menghabiskan deposit sel induk yang ada di cord blood bank. Toh, yang tersimpan di sana volumenya sangat terbatas. Kendati begitu, kita tak perlu cemas. Dengan teknologi kedokteran mutakhir, ternyata populasi sel induk yang ada di bank bisa ditingkatkan lebih banyak lagi. Aman, kan.
Adapula dengan nuansa magic memanfaatkan saudara sekandung ini untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit medis maupun non medis, adapun caranya dengan mendayagunakan kekuatan spiritual adi ari-ari yang tentunya bisa anda dayagunakan bila potensi ruhaniyah pribadi anda sudah terbangkit. Mengenai media penyembuhan biasanya mendapat wisik secara gaib sebagai jodoh kesembuhan mengobati penyakit tersebut. Berminat mendayagunakan kekuatan saudara sekandung anda ikuti program pembangkitan Kakang Kawah Adi Ari-Ari.
Demikian pemanfaatan saudara kita satu kelahiran (adi ari-ari) di zaman modern ini, selain daripada itu saudara kita sekandung tersebut dapat di manfaatkan secara spiritual yakni membangkitkan kerezekian, meraih kesuksesan, dsb.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Kakang Kawah Adi Ari-Ari, Kekuatan Penuntun Menuju Jalan Sejati
“Sedulur Papat” yang sering disebut “Kakang Pembarep, Kakang Kawah, Adi Ari-ari, dari hasil “othak-athik gathuk” dengan tingkat pemahaman yang ada saat ini, maka tertuanglah wedaran sebagai berikut:
Empat saudara (kanda) dan satu musuh (kala) yang menemani pribadi sesorang sepanjang perjalanan hidupnya adalah refleksi dari metamofosis Dewa (kekuatan Hyang Widhi) yang datang pada peristiwa kelahiran manusia. Menurut pemahaman kami, Dewa adalah perwujudan Kekuatan Hyang Widhi. Dewa Kala adalah ego manusia. Sedangkan empat saudara penolong Manusia adalah Dewi Uma, Dewa Iswara, Dewa Brahma dan Dewa Mahadewa.
Dalam Layang Joyoboyo disebutkan, ketika janin mau masuk umur delapan bulan dalam kandungan, Gusti mengeluarkan kuasanya mencipta asal-usul saudara empat :
1.Darah Putih, artinya Belas-Kasih.
2.Bungkus, artinya yang membuat kekuatan.
3.Ari-ari (placenta) yang menjaga sukma.
4.Darah Merah, yang melawan kondisi berbahaya.
Selanjutnya, Gusti mengeluarkan kekuasaannya membuat nama saudara empat yang sejati, yang berada dalam raganya janin yaitu:
1.Djoborolo (sering disebut Djibril), berada di kulit.
2.Mokoholo (sering disebut Mikail), berada pada tulang.
3.Hosoropolo (sering disebut Isrofil), berada di nyawa.
4.Hodjorolo (sering disebut Izroil) berada dalam daging janin.
Ketika umur janin hampir sembilan bulan, Gusti mengeluarkan kekuasaannya membuat “rasa” bagi janin yaitu:
1.Budi, di dalam budi ada intelegensia.
2.Rasa (nurani), di dalam rasa ada sukma.
3.Intelegensia, didalamnya ada rasa.
4.Kehidupan, di dalam kehidupan ada “Aku”.
Dengan adanya kekuatan bawaan tersebut maka manusia tidak perlu takut untuk hidup di bumi. Untuk menjaga kehidupan “Aku” di bumi yang mulia, agar “Aku” memiliki kehidupan yang sempurna, Gusti telah memberikan kekuatannya:
1.Djoborolo yang memberi sabda terhadapku.
2.Mokoholo yang memberi rasa terhadapku.
3.Hosoropolo yang memberi ingatan terhadapku.
4.Hodjorolo yang memberi bisikan hati terhadapku.
Untuk mencapai kesempurnaan sejati di tempat Gusti yang maha suci, kita perlu berdoa, berusaha agar kekuatan-kekuatan yang ada dapat membawa kita kembali kepada Gusti:
1.Hodjorolo yang melepaskan rasa dari raga.
2.Hosoropolo yang melepaskan sukma dari raga.
3.Mokoholo yang melepaskan pikiran/intelegensia dari raga.
4.Djoborolo yang melepaskan budi dan sabda dari raga.
Kita perlu sadar, kita mempunyai raga dan beberapa kekuatan yaitu, budi (pikiran yang terkendali, pikiran yang jernih), rasa, ingatan dan bisikan hati.
Raga.
Kita sering mengidentifikasikan diri dengan raga, kulitku sawo matang tinggi 170 cm, tinggi besar, mata hitam rambut ikal, tampan, cantik. Itu semua adalah ragaku. Tetapi ketika kehidupan meninggalkanku itu semua hanya jasadku. Dan aku bukan jasadku
Pikiran.
Kita sering mengidentifikasikan diriku dengan pikiran. Aku adalah pikiranku. Memikir memicu keinginan, selanjutnya keinginan memicu ucapan dan tindakan. Dan hasil yang dicapai tidak pernah abadi, kita terjerat dengan kekuatan Sang Kala, sang waktu. Hari ini senang, tetapi ketika kesenangan habis akan timbul kesedihan, kalaupun tidak tercapai kesenangan juga akan timbul kekecewaan. Seandainya waktu tidak ada atau hanya bersifat ilusi, maka kesenangan dan kesedihan akan jadi satu, dualitas. Dibalik kesenangan ada kesedihan dan sebaliknya. Ketika aku sadar, ternyata aku bukan pikiran. Buktinya pada waktu tidur lelap tak ada pikiran, aku tetap ada. Dalam keadaan meditatif aku dapat memperhatikan pikiran, aku saksi dari pikiran. Pikiran hanya sebagai alat. Tetapi sebelumnya, karena aku belum sadar aku menjadi budak dari pikiranku. Aku mengalami susah dan senang ditentukan oleh pikiranku. Kebahagiaan mulai muncul ketika ada celah antara dua pikiran. Kebahagiaan dari dalam, bukan kesenangan dan kesedihan hasil dari pikiran. Dalam kondisi tenang maka pikiranku menjadi jernih.
Emosi.
Emosi muncul ketika pikiran bertemu tubuh. Pikiran yang kuat tentang kemarahan menimbulkan emosi marah yang merupakan reaksi tubuh terhadap pikiran yang akan menyerang. Emosi adalah reaksi tubuh terhadap pikiran. Kala pikiranku jernih maka emosiku juga tenang. Aku pun bukan emosiku. Dalam keadaan meditatif aku dapat memperhatikan emosiku. Aku adalah saksi. Rasa sejati yang penuh kasih.
Ingatan.
Memberdayakan ingatan. Ketika aku mencapai kesadaran yang baru yang lebih tinggi, maka ingatan/kesadaran yang lama kubuang dan selalu kuingat dan kupenuhi diriku dengan ingatan/pemahaman baru. Ketika seseorang diberi nama baptis mestinya ingatan lama harus hilang dan dia hidup lahir kembali dengan pemahaman kesadaran baru, ingat akan jati dirinya yang selaras dengan nama Santo atau Santa yang diberikan kepadanya. Hidup baru dengan kesadaran Kristus. Ketika seseorang diberi nama Muhammad di depannya, kesadarannya pun harus diselaraskan dengan kesadaran Kanjeng Nabi Muhammad yang maksum. Ketika seorang Raja diberi gelar Hamengkubuwono atau Pakubuwono, maka ingatan kesadaran yang lama di buang dan dia harus hidup dan ingat selalu dengan gelar yang diberikan kepadanya sebagai pemangku dunia. Hal ini sejalan dengan ajaran Yang Mulia Atisha, bahwa setelah tercapai pemahaman tentang Kesadaran Murni, Bodhi Chitta, maka tiba saatnya untuk membuang conditioning lama, dan menggantinya dengan kesadaran baru. Memperbaiki mind dengan created mind dan harus diterapkan dalam keseharian. Sehingga terjadi kelahiran kembali. Di India ada tradisi seorang diberi nama baru. Seorang murid yang diberi nama baru harus membuang conditioning lama dan hidup dengan conditioning baru sesuai nama barunya.
Bisikan hati.
Bisikan hati/nurani. Ketika sampai pada suatu kesadaran bahwa yang mengawasi dan membisiki adalah aku. Yang diawasi dan dibisiki adalah aku, pengawasan dan bisikan adalah aku. Mungkin dirinya sudah mencapai kesadaran itu. La Illah Illallah. Tidak ada sesuatu di luar Allah. Yang Ada hanyalah Allah.
Penutup.
Yang penting bukanlah sekedar memahami, akan tetapi bagaimana pemahaman itu dapat direalisasikan selamanya. Setelah memahami semuanya, yang penting adalah melaksanakan pemahaman itu setiap saat, dan itu bukan pekerjaan yang ringan. Itulah jihad yang sejati. Perlu kepasrahan kepada Hyang Widhi. Dalam pandangan-Nya kita ini adalah anak kecil yang baru belajar jalan yang tertatih-tatih. Semoga Gusti Allah berkenan membimbing. Semoga Guru Sejati memandu kita.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Empat saudara (kanda) dan satu musuh (kala) yang menemani pribadi sesorang sepanjang perjalanan hidupnya adalah refleksi dari metamofosis Dewa (kekuatan Hyang Widhi) yang datang pada peristiwa kelahiran manusia. Menurut pemahaman kami, Dewa adalah perwujudan Kekuatan Hyang Widhi. Dewa Kala adalah ego manusia. Sedangkan empat saudara penolong Manusia adalah Dewi Uma, Dewa Iswara, Dewa Brahma dan Dewa Mahadewa.
Dalam Layang Joyoboyo disebutkan, ketika janin mau masuk umur delapan bulan dalam kandungan, Gusti mengeluarkan kuasanya mencipta asal-usul saudara empat :
1.Darah Putih, artinya Belas-Kasih.
2.Bungkus, artinya yang membuat kekuatan.
3.Ari-ari (placenta) yang menjaga sukma.
4.Darah Merah, yang melawan kondisi berbahaya.
Selanjutnya, Gusti mengeluarkan kekuasaannya membuat nama saudara empat yang sejati, yang berada dalam raganya janin yaitu:
1.Djoborolo (sering disebut Djibril), berada di kulit.
2.Mokoholo (sering disebut Mikail), berada pada tulang.
3.Hosoropolo (sering disebut Isrofil), berada di nyawa.
4.Hodjorolo (sering disebut Izroil) berada dalam daging janin.
Ketika umur janin hampir sembilan bulan, Gusti mengeluarkan kekuasaannya membuat “rasa” bagi janin yaitu:
1.Budi, di dalam budi ada intelegensia.
2.Rasa (nurani), di dalam rasa ada sukma.
3.Intelegensia, didalamnya ada rasa.
4.Kehidupan, di dalam kehidupan ada “Aku”.
Dengan adanya kekuatan bawaan tersebut maka manusia tidak perlu takut untuk hidup di bumi. Untuk menjaga kehidupan “Aku” di bumi yang mulia, agar “Aku” memiliki kehidupan yang sempurna, Gusti telah memberikan kekuatannya:
1.Djoborolo yang memberi sabda terhadapku.
2.Mokoholo yang memberi rasa terhadapku.
3.Hosoropolo yang memberi ingatan terhadapku.
4.Hodjorolo yang memberi bisikan hati terhadapku.
Untuk mencapai kesempurnaan sejati di tempat Gusti yang maha suci, kita perlu berdoa, berusaha agar kekuatan-kekuatan yang ada dapat membawa kita kembali kepada Gusti:
1.Hodjorolo yang melepaskan rasa dari raga.
2.Hosoropolo yang melepaskan sukma dari raga.
3.Mokoholo yang melepaskan pikiran/intelegensia dari raga.
4.Djoborolo yang melepaskan budi dan sabda dari raga.
Kita perlu sadar, kita mempunyai raga dan beberapa kekuatan yaitu, budi (pikiran yang terkendali, pikiran yang jernih), rasa, ingatan dan bisikan hati.
Raga.
Kita sering mengidentifikasikan diri dengan raga, kulitku sawo matang tinggi 170 cm, tinggi besar, mata hitam rambut ikal, tampan, cantik. Itu semua adalah ragaku. Tetapi ketika kehidupan meninggalkanku itu semua hanya jasadku. Dan aku bukan jasadku
Pikiran.
Kita sering mengidentifikasikan diriku dengan pikiran. Aku adalah pikiranku. Memikir memicu keinginan, selanjutnya keinginan memicu ucapan dan tindakan. Dan hasil yang dicapai tidak pernah abadi, kita terjerat dengan kekuatan Sang Kala, sang waktu. Hari ini senang, tetapi ketika kesenangan habis akan timbul kesedihan, kalaupun tidak tercapai kesenangan juga akan timbul kekecewaan. Seandainya waktu tidak ada atau hanya bersifat ilusi, maka kesenangan dan kesedihan akan jadi satu, dualitas. Dibalik kesenangan ada kesedihan dan sebaliknya. Ketika aku sadar, ternyata aku bukan pikiran. Buktinya pada waktu tidur lelap tak ada pikiran, aku tetap ada. Dalam keadaan meditatif aku dapat memperhatikan pikiran, aku saksi dari pikiran. Pikiran hanya sebagai alat. Tetapi sebelumnya, karena aku belum sadar aku menjadi budak dari pikiranku. Aku mengalami susah dan senang ditentukan oleh pikiranku. Kebahagiaan mulai muncul ketika ada celah antara dua pikiran. Kebahagiaan dari dalam, bukan kesenangan dan kesedihan hasil dari pikiran. Dalam kondisi tenang maka pikiranku menjadi jernih.
Emosi.
Emosi muncul ketika pikiran bertemu tubuh. Pikiran yang kuat tentang kemarahan menimbulkan emosi marah yang merupakan reaksi tubuh terhadap pikiran yang akan menyerang. Emosi adalah reaksi tubuh terhadap pikiran. Kala pikiranku jernih maka emosiku juga tenang. Aku pun bukan emosiku. Dalam keadaan meditatif aku dapat memperhatikan emosiku. Aku adalah saksi. Rasa sejati yang penuh kasih.
Ingatan.
Memberdayakan ingatan. Ketika aku mencapai kesadaran yang baru yang lebih tinggi, maka ingatan/kesadaran yang lama kubuang dan selalu kuingat dan kupenuhi diriku dengan ingatan/pemahaman baru. Ketika seseorang diberi nama baptis mestinya ingatan lama harus hilang dan dia hidup lahir kembali dengan pemahaman kesadaran baru, ingat akan jati dirinya yang selaras dengan nama Santo atau Santa yang diberikan kepadanya. Hidup baru dengan kesadaran Kristus. Ketika seseorang diberi nama Muhammad di depannya, kesadarannya pun harus diselaraskan dengan kesadaran Kanjeng Nabi Muhammad yang maksum. Ketika seorang Raja diberi gelar Hamengkubuwono atau Pakubuwono, maka ingatan kesadaran yang lama di buang dan dia harus hidup dan ingat selalu dengan gelar yang diberikan kepadanya sebagai pemangku dunia. Hal ini sejalan dengan ajaran Yang Mulia Atisha, bahwa setelah tercapai pemahaman tentang Kesadaran Murni, Bodhi Chitta, maka tiba saatnya untuk membuang conditioning lama, dan menggantinya dengan kesadaran baru. Memperbaiki mind dengan created mind dan harus diterapkan dalam keseharian. Sehingga terjadi kelahiran kembali. Di India ada tradisi seorang diberi nama baru. Seorang murid yang diberi nama baru harus membuang conditioning lama dan hidup dengan conditioning baru sesuai nama barunya.
Bisikan hati.
Bisikan hati/nurani. Ketika sampai pada suatu kesadaran bahwa yang mengawasi dan membisiki adalah aku. Yang diawasi dan dibisiki adalah aku, pengawasan dan bisikan adalah aku. Mungkin dirinya sudah mencapai kesadaran itu. La Illah Illallah. Tidak ada sesuatu di luar Allah. Yang Ada hanyalah Allah.
Penutup.
Yang penting bukanlah sekedar memahami, akan tetapi bagaimana pemahaman itu dapat direalisasikan selamanya. Setelah memahami semuanya, yang penting adalah melaksanakan pemahaman itu setiap saat, dan itu bukan pekerjaan yang ringan. Itulah jihad yang sejati. Perlu kepasrahan kepada Hyang Widhi. Dalam pandangan-Nya kita ini adalah anak kecil yang baru belajar jalan yang tertatih-tatih. Semoga Gusti Allah berkenan membimbing. Semoga Guru Sejati memandu kita.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Berita dari Alam Rahim
Judul : Rahim
Pengarang : Fahd Djibran
Editor : Nita Taufik
Ilustrasi : Adriane Yunita
Penerbit : Goodfaith
Tahun : Juni 2010
Ketebalan : 316
ISBN : 978-602-9600-2-5
Kakang kawah, Adi Ari-ari…..
Sejak kecil, sudah sering kudengar orang-orang disekitar mengucapkan kalimat itu sambil mengelus-elus perutnya dimana sang jabang bayi berada. Baru belakangan aku mengerti maknanya. Dan buku ini, memberikan nuansa makna yang berbeda mengenai tempat dimana sebuah kehidupan dimulai.
Buku ini mengisahkan tentang perjalanan seorang bayi di Alam Rahim. Rahim adalah nama lain Alam Semesta. Dongeng ini ditulis berdasarkan kisah yang disampaikan oleh Pengabar Berita dari Alam Rahim, Dakka Madakka kepada sang bayi. Dakka Madakka berpawakan agak pendek, berkulit hitam, menggunakan pakaian yang agak aneh dengan manik-manik menyala di dadanya dan bertuliskan AR (alam Rahim), serta berjalan etrgesa-gesa dan kondisi kaki kanan agak pincang. Dakka berasal dari suatu tempat dimana matahari terbit agak terlambat tiga puluh lima detik dan terbenam lebih cepat tiga ratus lima puluh detik.
Di Alam Rahim, ukuran tubuh sang jabang bayi berkembang dengan sangat cepat menjadi empat kali lipat lebih besar dari bentuk semulanya. Disana juga ada Menteri Khusus Urusan Mimpi Kerajaan Alam Rahim yang bertugas meracik makanan rahasia. Jika dimakan maka akan menyebabkan tidur juga membawa bayi yang tidur kemanapun ia mau.
Profesor Waktu yang bertugas di Alam Rahim menyebutkan angka 24.471.165 detik. keseluruhan waktu setara dengan 9 bulan, 13 hari, 5 jam,32 menit dan 45 detik. Semuanya terlihat cepat! Mengingat 1 detik di Alam Rahim sama dengan 1 menit di Alam Dunia . Bayangkan selama ibu seorang ibu harus membawa beban sekian kilo di tubuhnya. Beban yang dibawa dengan rasa syukur dan kasih sayang.
Saya jadi teringat sebuah pengalaman pribadi beberapa tahu lampau. Sebagai anak tunggal, jagoan neonku sering tanpa sengaja mendapat perhatian dan perlakuan ekstra hingga membuatnya sedikit egois. Saat keinginannya tidak terpenuhi maka bisa timbul aksi unjuk rasa. Untuk membuatnya mengerti sesuatu hal tidak bisa dengan kata-kata namun harus dengan penjelasan sebab-akibat dan contoh kongkrit.
Suatu saat badanku sedang letih tak tertahan, dan ia memaksaku untuk menemaninya ke mall. Segala rayuan tidak mempan, memberikan pengertian lelah juga tidak bisa. Akhir sebuah kompromi disepakati. Anggap saja lelahku ini seperti ibu hamil, maka cobalah mengikat bantal kecil ke badan selama sekian jam tanpa dilepas. Jika ia mampu maka aku berjanji akan menemaninya ke mall dan membelikan makanan kesukaannya.
Untuk sekian menit bertama, wajahnya masih menunjukkan keceriaan, ada permainan baru baginya. Satu jam pertama, tawar menawar mulai dilakukan. Ia merayuku agar boleh melepas bantal kecil itu sebentar dengan alasan mau ke kamar kecil, tentunya ku tolak. Ku terangkan bahwa selama 9 bulan aku selalu membawanya kemanapun, dari ke kentor hingga mandi, Dalam kondisi sehat maupun sakit Akhirnya baru 2 jam ia menyerah dan mau memahami bagaimana pengorbanan seorang ibu membawa bayi dalam rahimnya selama 9 bulan! Tapi namanya juga anak-anak , sikap manisnya itu, maksudnya sangat manis hanya bertahan seminggu! Walau kembali ke sifat asal, namun terus terang ia sedikit berubah.
Setiap bab dalam buku ini diakhiri dengan sebuah paragraph yang berisi kalimat yang patut direnungi maknanya. Selain itu terdapat juga karikatur yang sangat sesuai dengan isi yang terkandung dalam bab itu. Namun yang sama, disetiap akhir bab ada gambar perjalanan sang jabang bayi.
Buku ini sarat akan makna kehidupan. Setiap individu diharapkan setelah membaca buku ini akan mensyukuri keberadaannya serta mensyukuri kehidupan yang dititipkan dalam wujud anak kepada mereka. Bacaan yang sangat cocok dibaca untuk para wanita serta para calon ayah bahkan yang sudah menjadi ayah.
Cocok juga untuk diberikan kepada buah hati . Belakangan banyak sekali anak-anak yang tak menghargai ibunya. Anak-anak yang tak menyayangi ibunya, yang sama sekali lupa bahwa mereka pernah meminjam setengah nyawa ibunya ketika hidup selama sembilan bulan di dalam kandungan ibunya.
Kembali saya teringat cerita seorang sahabat. Ia dengan bangganya bercerita, saat melahirkan anak pertama, sang suami ikut menemani ke dalam kamar bersalin. Sang suami membantunya mengatasi rasa sakit dengan merelakan tanganya dipegang sedemikian kuatnya hingga lecet-lecet kena kuku. Sang suami juga melihat bagaimana bayi merah itu dibersihkan sebelum diberikan untuk di Adzan-kan. Sejak saat itu kasih sayang sang suami kian melimpah.
Namun…, beberapa tahun kemudian kami mendapat khabar jika rumah tangga mereka sudah berakhir. Saat bertemu sang sahabat hanya tertawa ketika ditanya kepastian berita itu. Hal ini tentunya aneh mengingat baru beberapa waktu yang lalu sang suami selalu memuji perjuangan sang istri saat melahirkan.
“Seandainya ada sebuah buku atau semacam kenangan yang bisa mengingatkan bagaimana perjuangan seorang ibu saat mengandung dan melahirkan anak, tentunya ia tidak akan pernah lupa dan berbuat yang aneh-aneh” Kata sahabatku sambil berkaca-kaca. “ Sudah melihatku berjuang saja ia masih macam-macam bagaimana jika tidak” Sambungnya lagi. Kami hanya bisa terdiam tidak tahu harus berkata apa.
Satu-satunya kekurangan dari buku ini buat saya adalah pengurangan cerita mengenai betapa cepatnya waktu berjalan di Dunai Rahim. Entah untuk penegasan atau dilakukan tanpa sengaja, namun sepertinya cukup jika diuraikan satu kali saja, sehingga kesan dramatisnya lebih terasa.
Dari keseluruhan buku, kalimat yang saya paling suka adalah : “ Memberi adalah mendapatkan lebih” Serta “Para ibu memberikan setengah nyawanya untuk sang jabang bayi selama berada di Alam Rahim”.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Pengarang : Fahd Djibran
Editor : Nita Taufik
Ilustrasi : Adriane Yunita
Penerbit : Goodfaith
Tahun : Juni 2010
Ketebalan : 316
ISBN : 978-602-9600-2-5
Kakang kawah, Adi Ari-ari…..
Sejak kecil, sudah sering kudengar orang-orang disekitar mengucapkan kalimat itu sambil mengelus-elus perutnya dimana sang jabang bayi berada. Baru belakangan aku mengerti maknanya. Dan buku ini, memberikan nuansa makna yang berbeda mengenai tempat dimana sebuah kehidupan dimulai.
Buku ini mengisahkan tentang perjalanan seorang bayi di Alam Rahim. Rahim adalah nama lain Alam Semesta. Dongeng ini ditulis berdasarkan kisah yang disampaikan oleh Pengabar Berita dari Alam Rahim, Dakka Madakka kepada sang bayi. Dakka Madakka berpawakan agak pendek, berkulit hitam, menggunakan pakaian yang agak aneh dengan manik-manik menyala di dadanya dan bertuliskan AR (alam Rahim), serta berjalan etrgesa-gesa dan kondisi kaki kanan agak pincang. Dakka berasal dari suatu tempat dimana matahari terbit agak terlambat tiga puluh lima detik dan terbenam lebih cepat tiga ratus lima puluh detik.
Di Alam Rahim, ukuran tubuh sang jabang bayi berkembang dengan sangat cepat menjadi empat kali lipat lebih besar dari bentuk semulanya. Disana juga ada Menteri Khusus Urusan Mimpi Kerajaan Alam Rahim yang bertugas meracik makanan rahasia. Jika dimakan maka akan menyebabkan tidur juga membawa bayi yang tidur kemanapun ia mau.
Profesor Waktu yang bertugas di Alam Rahim menyebutkan angka 24.471.165 detik. keseluruhan waktu setara dengan 9 bulan, 13 hari, 5 jam,32 menit dan 45 detik. Semuanya terlihat cepat! Mengingat 1 detik di Alam Rahim sama dengan 1 menit di Alam Dunia . Bayangkan selama ibu seorang ibu harus membawa beban sekian kilo di tubuhnya. Beban yang dibawa dengan rasa syukur dan kasih sayang.
Saya jadi teringat sebuah pengalaman pribadi beberapa tahu lampau. Sebagai anak tunggal, jagoan neonku sering tanpa sengaja mendapat perhatian dan perlakuan ekstra hingga membuatnya sedikit egois. Saat keinginannya tidak terpenuhi maka bisa timbul aksi unjuk rasa. Untuk membuatnya mengerti sesuatu hal tidak bisa dengan kata-kata namun harus dengan penjelasan sebab-akibat dan contoh kongkrit.
Suatu saat badanku sedang letih tak tertahan, dan ia memaksaku untuk menemaninya ke mall. Segala rayuan tidak mempan, memberikan pengertian lelah juga tidak bisa. Akhir sebuah kompromi disepakati. Anggap saja lelahku ini seperti ibu hamil, maka cobalah mengikat bantal kecil ke badan selama sekian jam tanpa dilepas. Jika ia mampu maka aku berjanji akan menemaninya ke mall dan membelikan makanan kesukaannya.
Untuk sekian menit bertama, wajahnya masih menunjukkan keceriaan, ada permainan baru baginya. Satu jam pertama, tawar menawar mulai dilakukan. Ia merayuku agar boleh melepas bantal kecil itu sebentar dengan alasan mau ke kamar kecil, tentunya ku tolak. Ku terangkan bahwa selama 9 bulan aku selalu membawanya kemanapun, dari ke kentor hingga mandi, Dalam kondisi sehat maupun sakit Akhirnya baru 2 jam ia menyerah dan mau memahami bagaimana pengorbanan seorang ibu membawa bayi dalam rahimnya selama 9 bulan! Tapi namanya juga anak-anak , sikap manisnya itu, maksudnya sangat manis hanya bertahan seminggu! Walau kembali ke sifat asal, namun terus terang ia sedikit berubah.
Setiap bab dalam buku ini diakhiri dengan sebuah paragraph yang berisi kalimat yang patut direnungi maknanya. Selain itu terdapat juga karikatur yang sangat sesuai dengan isi yang terkandung dalam bab itu. Namun yang sama, disetiap akhir bab ada gambar perjalanan sang jabang bayi.
Buku ini sarat akan makna kehidupan. Setiap individu diharapkan setelah membaca buku ini akan mensyukuri keberadaannya serta mensyukuri kehidupan yang dititipkan dalam wujud anak kepada mereka. Bacaan yang sangat cocok dibaca untuk para wanita serta para calon ayah bahkan yang sudah menjadi ayah.
Cocok juga untuk diberikan kepada buah hati . Belakangan banyak sekali anak-anak yang tak menghargai ibunya. Anak-anak yang tak menyayangi ibunya, yang sama sekali lupa bahwa mereka pernah meminjam setengah nyawa ibunya ketika hidup selama sembilan bulan di dalam kandungan ibunya.
Kembali saya teringat cerita seorang sahabat. Ia dengan bangganya bercerita, saat melahirkan anak pertama, sang suami ikut menemani ke dalam kamar bersalin. Sang suami membantunya mengatasi rasa sakit dengan merelakan tanganya dipegang sedemikian kuatnya hingga lecet-lecet kena kuku. Sang suami juga melihat bagaimana bayi merah itu dibersihkan sebelum diberikan untuk di Adzan-kan. Sejak saat itu kasih sayang sang suami kian melimpah.
Namun…, beberapa tahun kemudian kami mendapat khabar jika rumah tangga mereka sudah berakhir. Saat bertemu sang sahabat hanya tertawa ketika ditanya kepastian berita itu. Hal ini tentunya aneh mengingat baru beberapa waktu yang lalu sang suami selalu memuji perjuangan sang istri saat melahirkan.
“Seandainya ada sebuah buku atau semacam kenangan yang bisa mengingatkan bagaimana perjuangan seorang ibu saat mengandung dan melahirkan anak, tentunya ia tidak akan pernah lupa dan berbuat yang aneh-aneh” Kata sahabatku sambil berkaca-kaca. “ Sudah melihatku berjuang saja ia masih macam-macam bagaimana jika tidak” Sambungnya lagi. Kami hanya bisa terdiam tidak tahu harus berkata apa.
Satu-satunya kekurangan dari buku ini buat saya adalah pengurangan cerita mengenai betapa cepatnya waktu berjalan di Dunai Rahim. Entah untuk penegasan atau dilakukan tanpa sengaja, namun sepertinya cukup jika diuraikan satu kali saja, sehingga kesan dramatisnya lebih terasa.
Dari keseluruhan buku, kalimat yang saya paling suka adalah : “ Memberi adalah mendapatkan lebih” Serta “Para ibu memberikan setengah nyawanya untuk sang jabang bayi selama berada di Alam Rahim”.
Semoga Bermanfaat
Salam DJIMODJI
Sedulur Papat Limo Pancer Dalam Falsafah Kejawen
Dalam pemikiran Jawa pengertian Sedulur Papat Limo Pancer (Empat Saudara dan Yang Kelima Tengah) mempunyai pengertian yang terus berkembang dari zaman pra-Islam hingga zaman Islam.
Pengertian asalnya adalah penyelarasan antara jagad kecil (manusia-mikrokosmos) dengan jagad besar Alam Semesta (makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar itu adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara. Ditambah saudara pancer yaitu tengah dimana diri manusia itu berada.
Sedangkan empat saudara yang berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta). Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya itu sendiri.
Dari pengertian asal ini kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara) kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri.
Bagi orang Jawa semua ’sedulur’ tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan ‘bancaan’ atau tumpengan. Mereka semua dianggap ‘pamomong’ atau penjaga manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut dengan “sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino, sing kerawatan lan sing ora kerawatan”. Artinya : “saudaraku yang lahir bersamaan sehari denganku ( air ketuban, ari-ari, darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa ), saudara yang tidak lahir bersamaan (unsur alam semesta ), yang terawat maupun yang tidak terawat”.
Namun pengertian ini kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh agama islam. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ( ?) kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam. Yaitu empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau ‘alam rahsa / sirr’. Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah.
Nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama, dll. Dikatakan bahwa nafsu aluama ini terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia.
Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak dll. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).
Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi dll. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad mansia.
Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.
Untuk penyebutan unsur kelima pancer ada bermacam-macam penafsiran. Ada yang mengatakan Nur Muhammad, ada yang mengartikan sebagai ‘guru sejati’, ada yang menyebut ‘roso jati sejatining roso’ (rasa sejati, sejatinya rasa). Intinya saudara pancer yang kelima itu adalah unsur ’super ego’ yang menjadi sumber nilai bagi manusia. Dalam hal ini penulis cenderung mengartikan sebagai “bashiroh” yaitu mata hati yang bersumber dari kesejatian ‘min Ruhi’ yang dianugerahkan oleh ilahi.
Keempat nafsu yang ada harus ‘dirawat’, diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari ‘angaweruhi’ (merawat) sedulur papat limo pancer.
Namun bagi saya, pemaknaan yang konfrenhensif yang melibatkan macam-macam pengertian yang ada itulah yang harus kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita (mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu kita dibawah akal dan dalam ‘pituduh’ (petunjuk / hidayah) ilahi.
Semoga Bermanfaat
Pengertian asalnya adalah penyelarasan antara jagad kecil (manusia-mikrokosmos) dengan jagad besar Alam Semesta (makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar itu adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara. Ditambah saudara pancer yaitu tengah dimana diri manusia itu berada.
Sedangkan empat saudara yang berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta). Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya itu sendiri.
Dari pengertian asal ini kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara) kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri.
Bagi orang Jawa semua ’sedulur’ tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan ‘bancaan’ atau tumpengan. Mereka semua dianggap ‘pamomong’ atau penjaga manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut dengan “sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino, sing kerawatan lan sing ora kerawatan”. Artinya : “saudaraku yang lahir bersamaan sehari denganku ( air ketuban, ari-ari, darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa ), saudara yang tidak lahir bersamaan (unsur alam semesta ), yang terawat maupun yang tidak terawat”.
Namun pengertian ini kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh agama islam. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ( ?) kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam. Yaitu empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau ‘alam rahsa / sirr’. Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah.
Nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama, dll. Dikatakan bahwa nafsu aluama ini terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia.
Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak dll. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).
Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi dll. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad mansia.
Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.
Untuk penyebutan unsur kelima pancer ada bermacam-macam penafsiran. Ada yang mengatakan Nur Muhammad, ada yang mengartikan sebagai ‘guru sejati’, ada yang menyebut ‘roso jati sejatining roso’ (rasa sejati, sejatinya rasa). Intinya saudara pancer yang kelima itu adalah unsur ’super ego’ yang menjadi sumber nilai bagi manusia. Dalam hal ini penulis cenderung mengartikan sebagai “bashiroh” yaitu mata hati yang bersumber dari kesejatian ‘min Ruhi’ yang dianugerahkan oleh ilahi.
Keempat nafsu yang ada harus ‘dirawat’, diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari ‘angaweruhi’ (merawat) sedulur papat limo pancer.
Namun bagi saya, pemaknaan yang konfrenhensif yang melibatkan macam-macam pengertian yang ada itulah yang harus kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita (mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu kita dibawah akal dan dalam ‘pituduh’ (petunjuk / hidayah) ilahi.
Semoga Bermanfaat
Minggu, 29 Mei 2011
Urgensi Arkanul Baiah Dalam Amal Siyasi
Pengembangan Arkanul Baiah Dan Aplikasinya
Keberimanan terhadap Islam sebagai agama samawi yang diturunkan Allah SWT memang sudah final. Tetapi, pemahaman manusia terhadap Islam tidak dapat dikatakan sudah mencapai final sehingga berhenti pada satu titik.
Jalan-jalan untuk mencapai pemahaman Islam dalam konteks syumuliyah dan takamuliyahnya adalah jalan-jalan yang sangat panjang dan beragam. Setiap zaman dan keadaan memerlukan penyajian tersendiri dari ajaran Islam yg maha dalam maknanya ini. Firman Allah SWT,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang berjihad di jalan Kami sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang berbuat kebaikan. ” (Al-Ankabuut: 69)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan walladziina jaahduu fiinaa adalah Rasulullah SAW, para sahabatnya, dan pengikutnya sampai hari kiamat nanti. Sedangkan yang dimaksud subulanaa adalah jalan-jalan untuk urusan dunia dan akhirat.
Terkait dengan hadits tentang Muadz bin Jabbal yang diutus oleh Rasulullah SAW ke negeri Yaman dan menyatakan akan melakukan ijtihad apabila tidak diperoleh nash dalam Al-Quran dan As-Sunnah dalam memutuskan perkara, banyak yang menekankan bahwasanya pintu ijtihad belum tertutup. Dari waktu ke waktu muncul ulama-ulama besar dengan pikiran dan pendapatnya yang segar dan baru berdasarkan pemahaman mereka tentang nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah.
Sebagian kelompok hanya memperhatikan aspek fiqh dalam masalah pembukaan ijtihad dari masa ke masa ini. Tetapi, sesungguhnya lapangan ijtihad itu luas, tidak sekadar masalah fiqh saja tetapi di dalam berbagai bidang yang terkait dg urusan dunia dan akhirat.
Seharusnya kejumudan juga ttidak terjadi pada aktivis kebangkitan Islam sebagaimana disampaikan Yusuf Qaradhawi, “Imam Hasan Al- Banna bukanlah seorang yang jumud/statis tetapi justru progresif dan dinamis. Ia selalu memanfaatkan semua yang ada di sekelilingnya, melakukan dinamisasi diri dan dakwahnya. Seandainya ia berumur panjang kita tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Sebab itu saudara-saudara dan pengikutnya tidak boleh statis dalam berbagai sarana, metode, ataupun bagian pemikirannya. ”
Pemahaman yang terlalu kaku dengan pendapat yang terkait dengan situasi kontekstual tertentu akan menyebabkan seorang aktivis dakwah tidak mampu berinteraksi dengan problema yang dihadapinya pada masa kini.
Demikian pula arkanul baiah yang disusun oleh Imam Hasan Al- Banna bukanlah sesuatu yang bersifat mati / jumud sehingga ia akan menjadi masa lalu dari para kader dakwah. Padahal ia harus membaca, memahami, & mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari yang terus berjalan. Interaksi formal dengan arkanul baiah sebagai sebuah pengantar ke dalam pergaulan jamaah dakwah mungkin saja telah berlalu satu, dua, lima, sepuluh, / dua puluh tahun yang lalu. Namun secara nilai penghayatan terhadap arkanul baiah terjadi setiap saat dalam berbagai lapangan medan dakwah. Penghayatan tersebut diharapkan justru semakin mendalam dari hari ke hari.
Oleh karena itu, rukun al-fahm (pemahaman) harus terus dikembangkan mengikuti jalan dakwah menuju ke-syumuliyah-an dan ke-takamuliyah-an. Begitu juga rukun ikhlas. Kualitas dan kapasitas ikhlas kita harus terus-menerus dikembangkan mengikuti perjalanan dakwah yang terus diperlebar ruang lingkupnya sesuai dengan tuntutan syumuliyah dan takamuliyah dakwah kita.
Begitu juga kualitas dan kapasitas amal kita, jihad kita, tadhiyah (pengorbanan) kita, thaah (ketaatan) kita, tsabat (kekokohan) kita, tajarrud (kesungguhan) kita, al-ukhuwah (persaudaraan) kita, dan tsiqah (kekokohan) kita harus terus-menerus dikembangkan.
Seharusnya peningkatan kualitas dan kapasitas interaksi dengan arkanul baiah mendahului ekspansi dakwah yang dilakukan agar arkanul baiah itu menjadi pemicu, pemacu, dan pemecut bagi akselerasi gerakan dakwah itu sendiri agar arkanul baiah itu mempercepat tercapainya ahdafu da'wah (sasaran-sasaran dakwah) dan ghayatu da'wah (tujuan-tujuan dakwah).
Interaksi dengan arkanul baiah sangat berpengaruh terhadap kualitas komitmen kepada dakwah dan kepada jamaah. Begitu interaksi dengan rukun-rukun itu tertinggal dan terhenti pada pada satu titik, maka komitmen yang dihasilkannya tidak mumpuni lagi untuk menyambut ekspansi dakwah yang terus-menerus berkembang.
Politik Dan Dakwah: Pandangan Hasan Al-Banna
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari politik (siyasah) karena tujuan dakwah itu sendiri adalah untuk pengendalian (siyasah) sebagaimana firman Allah SWT,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. ” (Al-Fath: 28)
Kehadiran Islam dalam wujud sebuah institusi yang mengendalikan telah menjadi obsesi dari Imam Syahid Hasan Al-Banna sebagaimana ungkapannya yang disampaikan kepada para pemuda, “Adalah sangat mengherankan sebuah paham seperti komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat untuk menuju ke sana. Demikian juga paham fasisme dan Nazism, keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi, kita dapati berbagai ragam ideologi sosial politik di dunia ini bersatu untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna, hidup dan mati dipersembahkan untuknya. Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintahan Islam yang bekerja untuk menegakkan kewajiban dakwah Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia. ”
Dalam kesempatan lain Imam Hasan Al-Banna menyatakan, “Sesungguhnya seorang muslim tidak sempurna keislamannya kecuali jika ia bertindak sebagai politisi. Pandangannya jauh ke depan terhadap persoalan umatnya, memperhatikan dan menginginkan kebaikannya. Meskipun demikian, dapat juga saya katakan bahwa pernyataan ini tidak dinyatakan oleh Islam. Setiap organisasi Islam hendaknya menyatakan dalam program-programnya bahwa ia memberi perhatian kepada persoalan politik ummatnya. Jika tidak demikian, maka ia sendiri yang sesungguhnya butuh untuk memahami makna Islam. ”
Suatu catatan penting dari Imam Hasan Al-Banna adalah peringatannya tentang adanya pemahaman yang sempit bahwa jika disebut dengan politik maka orang-orang akan segera membayangkan sebuah partai politik. Politik yang dimaksudkannya bukanlah sekadar sebuah partai politik, tetapi keseluruhan aktivitas dakwah yang dilakukan untuk mengurusi nasib umat hingga mengangkat mereka ke kedudukan sebagaimana yang diperintahkan Al-Quran di tengah-tengah manusia.
Bahkan, terhadap partai politik yang berkembang saat itu Al-Banna mempunyai kritikan-kritikan yang mendasar, “Ikhwanul Muslimun berkeyakinan bahwa partai-partai politik yang ada di Mesir didirikan dalam suasana yang tdk kondusif. Sebagian besar didorong oleh ambisi pribadi, bukan demi kemaslahatan umum. Ikhwan juga berkeyakinan bahwa partai-partai yang ada hingga kini belum dapat menentukan program dan manhajnya secara pasti. Ikhwan berkeyakinan bahwa hizbiyah (sistem kepartaian) yang seperti itu akan merusak seluruh tatanan kehidupan, memberangus kemaslahatan, merusak akhlaq, dan memporakporandakan kesatuan umat. ”
Korelasi Amal Siyasi Dengan Arkanul Baiah
Amal siyasi sebagai bagian penting dari keseluruhan amal Islami harus mendapat perhatian serius dari para aktivis dakwah dan baiat mereka kepada jalan dakwah adalah baiat mereka pula kepada amal siyasi.
Dakwah Islam tidak menyerukan sikap memisahkan diri dari persoalan-persoalan kemasyarakatan yang ada dalam tubuh umat Islam. Jika pun terdapat upaya-upaya memilah lingkungan kehidupan para aktivis dakwah dari masyarakat umum, maka tujuannya bukan untuk lari dari masyarakat yang menjadi tanggungjawab dakwahnya. Tetapi, hal itu dilakukan hanya untuk konsolidasi internal mereka agar memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memecahkan persoalan-persoalan masyarakat tersebut. Atau, agar mereka tidak tergelincir karena tarikan-tarikan dahsyat kemaksiatan sehingga ia akhirnya justru menjadi bagian dari persoalan tersebut.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang / hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. ” (Al-Anfaal: 16)
Kepahaman tentang amal siyasi yang dikembangkan pada saat ini boleh jadi berbeda dengan sebelumnya karena perbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang menyertainya. Pandangan Imam Hasan Al-Banna tentang sistem kepartaian yang menyebabkan beliau tidak mendirikan partai politik, tetapi membolehkan kesertaan dalam pemilihan umum telah diposisikan secara aktual dalam beberapa kurun terakhir. Partai-partai politik dalam berbagai bentuknya telah berdiri dan diusung oleh para aktivis dakwah di berbagai negara dalam rangka amal siyasi mereka berdasarkan syura-syura yang mereka lakukan.
Amal siyasi yang dilakukan bukanlah sekadar untuk meraih kekuasaan dan mencapai kedudukan-kedudukan tinggi dalam pemerintahan, tetapi semata-mata ditujukan bagi penegakan hukum-hukum Allah SWT di dalam masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keadilan yang telah digariskan-Nya. Inilah rukun ikhlas yang akan menjauhkan aktivis dakwah dari perangkap kediktatoran, korupsi, dan kesombongan tatkala meraih suatu kedudukan dalam kekuasaan.
Setiap aktivis menyadari sungguh-sungguh dengan kefahamannya dan keikhlasannya bahwa amal siyasi yang dilakukannya adalah bagian dari kerja besar dari tangga-tangga mihwar tasisi, mihwar tanzhimi, mihwar syabi, mihwar muasasi dan mihwar dauli. Dalam kaitan koalisi kerja teknis Imam Hasan Al-Banna menyatakan, “Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-muslim –jika keadaan darurat- asalkan bukan untuk posisi jabatan strategis (dalam pemerintahan). ”
Kesungguhan dalam kerja siyasi adalah bagian dari jihad yang harus dilakukan. Kesungguhan itu akan terjadi jika aktivis dakwah menghargai dan mematuhi jalan dakwah yang telah digariskan berdasarkan syura. Tidak boleh ada seorang pun yang bermalas-malasan dalam bidang ini hanya lantaran ia merasa bukan bidangnya / tidak sependapat dengan hasil-hasil syura.
Apapun yangg disumbangkan dalam amal siyasi, mulai dari harta sampai dengan jiwa, adalah bagian dari ruhul tadhiyah (jiwa pengorbanan) di jalan dakwah. Tidak ada istilah mati sia-sia dalam suatu amal siyasi karena seluruh pengorbanannya harus diyakini akan dihisab oleh Allah SWT dengan timbangan kebaikan dakwah.
Ketaatan dalam janji setia aktivis dakwah adalah ketaatan yang penuh selama masih dalam jalan Allah & Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan yang bersifat setengah-setengah, misalnya hanya kepada perintah-perintah / kesepakatan-kesepakatan dalam bidang sosial saja, sedang dalam politik ia membangkang. Termasuk dalam perkataan fil makrah (dalam keadaan tidak menyenangkan) adalah ketaatan kepada hal-hal yang ketika bersyura kita tidak sependapat dengan hasil keputusannya.
Keteguhan (tsabat) adalah bagian penting dalam dakwah ini dan lebih istimewa lagi dalam amal siyasi. Jika dalam amal ijtimaiy mungkin banyak pujian yang datang tetapi dalam amal siyasi kondisinya terbalik, banyak orang yang merasa terancam dengan kehadiran dakwah dan Islam di panggung politik, banyak orang yang apriori dan bahkan memusuhinya sebagai bagian dari konspirasi global yang sudah terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Resiko-resiko yang diterima tanpa ada keteguhan akan menjadi dasar penyesalan atas keputusan yangg telah disepakati, padahal waktu adalah bagian dari solusi. Keberhasilan perjuangan seringkali tidak dapat diukur dalam waktu yang pendek.
Amal siyasi yang diperjuangkan adalah amal siyasi yang islami. Ini adalah komitmen yang tidak boleh berubah, meskipun tawaran-tawaran berbagai ideologi sangat banyak dalam dunia politik. Manhaj Islam sedemikian terang benderangnya, dan oleh karenanya aktivis dakwah tidak akan terjebak pada pemikiran dan metode yang tidak jelas hanya karena ketidaksabarannya bekerja dengan waktu. Ini adalah makna tajarrud (kemurnian total) dalam arkanul baiah yang sepuluh.
Dunia politik adalah dunia yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga banyak orang mengatakan “politik itu kotor”. Perkataan itu sesungguhnya tidak benar karena dunia sosial, perdagangan, bahkan dunia dakwah itu sendiri dapat saja menjadi “kotor” oleh perbuatan seseorang / sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Namun demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perpecahan, persengketaan, permusuhan di antara teman, intrik dan fitnah terjadi di dunia politik.
Oleh karena itu, jika rukun ukhuwah diabaikan dan tidak bekerja maksimal dalam amal siyasi, semua kemungkinan dan kekhawatiran itu dapat juga terjadi pada diri kita.
Terakhir, perlu direnungkan makna tsiqah yakni menyiapkan rasa puas kepada pemimpin atas kapasitas kepemimpinannya dan maupun keikhlasan, dengan kepuasan yang mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan. Semakin jauh jenjang organisasi dari titik pusat pengambil keputusan rukun tsiqah ini akan semakin signifikan dalam membangun komitmen.
Tentu, rukun ini tidak menghilangkan fungsi pemimpin sebagai guru dan pembimbing kepada para anggota sehingga kepuasan itu hadir dengan penuh qanaah tidak terpaksa. Keputusan-keputusan dalam amal siyasi dalam kadar tertentu kadangkala memang begitu rumit karena demikian kompleksnya persoalan yang dihadapi. Ketsiqahan di antara aktivis dakwah dapat mengurangi kemungkinan terjadinya degradasi soliditas karena adanya keputusan-keputusan qiyadah yang belum terpahami.
Kontribusi Komitmen Baiah Aktual Dalam Dakwah
Kekuatan interaksi terhadap arkanul baiah akan dapat mempertahankan penampilan kinerja dan manhaj amaliy aktivis dakwah sehingga bisa diandalkan dalam persaingan antar aliran, antar ahzab (partai-partai) dengan aneka ragam mabadi (ideology). Insya Allah dengan komitmen interaktif yang kontinyu terhadap arkanul baiah jamaah dakwah akan mempunyai mazhhar (penampilan) yang sanggup menghadapi tantangan rivalitas yang semakin tajam antar aliran ideologis dan antarpemikiran yang ada di lapangan.
Ustadz Hilmi Aminuddin menyatakan mazhhar jamaah yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari interaksi dengan arkanul baiah yang terus-menerus itu ialah:
Pertama, mazhhar atsbatu mauqifan (penampilan dalam kekokohan sikap) yakni sikap yang paling teguh di antara sikap-sikap yang ditampilkan oleh golongan-golongan, madzhab-madzhab dan aliran-aliran lain. Sikap yang tidak mudzabdzab, (plin-plan), yang tidak mencla-mencle, yang tidak memble menghadapi tantangan-tantangan yang semakin kuat dan terang-terangan.
Sekali lagi, tantangan yang semakin terang-terangan mengingat kita sekarang ada di era jahriyah (keterbukaan). Sikap teguh kita harus ditampilkan secara penuh dalam kinerja, performance dakwah jamaah, dan partai kita. Kekokohan sikap adalah tampilan awal yang merupakan buah dari kekuatan yang ditumbuhkan oleh aqidah kita.
Kedua, mazhar arhabu shadran. Keteguhan sikap itu tidak melahirkan sikap yang kaku karena selain ada aqidah yang rasikh, aqidah yang kuat, tetapi juga ada akhlaqul karimah yang akan melahirkan arhabu shadran (kelapangan dada). Di atas kekokohan sikap itu kita paling bisa dan paling sanggup berlapang dada dalam menghadapi realitas kehidupan, dalam menghadapi tantangan, dalam bermuamalah menghadapi berbagai sikap-sikap lain. Termasuk ketika kita berinteraksi dengan sesama kelompok Islam yang kebetulan mereka belum satu manhaj dengan kita dengan perlakuan dan sikap-sikap mereka yang tidak menyenangkan.
Ketiga, mazhar amaqu fikran (penampilan kedalaman dalam berfikir) dalam menghadapi aneka situasi dan kondisi sehingga kita tidak meresponnya secara istijaliyah (ketergesa-gesaan). Kita selalu berfikir secara mutaanni (sangat mendalam) dan mutamain (intens), dalam menentukan langkah-langkah kita dengan proses dan prosedur yang benar yang sudah kita sepakati bersama. Tidak boleh ada satupun keputusan jamaah ini yang tanpa melalui proses amaqu fikran yang dalam prakteknya kita wujudkan dalam wadah syura yang selalu kita jaga. Sehingga tidak ada alasan dari kita untuk tidak mendukung sikap yang diambil oleh jamaah, karena proses dan prosedur yang diambil sudah benar dengan tetap tidak terburu-buru.
Keempat, dalam memandang fenomena kehidupan dan perjuangan ini kita harus mempunyai mazhhar awsa nazharan (penampilan dengan pandangan yang lebih luas). Kita harus mempunyai pandangan yang sangat luas, seluas ufuq yang bisa dijangkau oleh mata kita. Kita tidak boleh mempunyai pandangan mutajamid (pandangan kebekuan) yang sempit, hizbiyah (mengagungkan golongan) dan madzhabiyah (mengagungkan aliran). Kita harus memiliki pandangan yang sangat luas karena sasaran dari dakwah yang sudah dicanangkan adalah bina-ul fard (peminaan individu), bina-ul mujtama (peminaan masyarakat), bina-ud daulah (pembangunan negara), bina-ul khilafah (pembangunan khilfah) hingga ustadziyatul ‘alam (sokoguru semesta alam).
Di sana kita harus memancangkan rahmatan lil ‘alamin sehingga setiap makhluk hidup–bukan manusia saja–merasakan sentuhan rahmat dari kita. Tidak mungkin kita melakukan itu bila kita tdk mempunyai pandangan yang sangat luas terhadap kehidupan ini.
Kelima, kita harus didukung dengan mazhhar ansyathu ‘amalan (penampilan sebagai pihak yang paling giat bekerja). Karena mazhhar-mazhhar sebelumnya harus dibuktikan dalam ansyathu ‘amalan (kegiatan kerja). Hendaknya beramal paling keras dan menjadi aktivis/amilin yang paling giat, efektif dalam mengarahkan tenaga dan potensinya serta langkah-langkahnya selalu terarah dengan tepat (khutuwat al-athifah). Itu adalah refleksi dari aqidah dan fikrah kita.
Keenam, begitu juga kita menyadari sepenuhnya bahwa syumuliyatul Islam tdk mungkin diperjuangkan secara individual, tapi harus diperjuangkan secara jamaiy (kolektif). Maka, kita pun harus menampilkan secara struktural ashlabu tanzhiman (organisasi yang paling solid dan kokoh bagaikan baja). Tanzhim kita tanzhim yang kokoh tidak gampang reot oleh benturan-benturan yang diarahkan oleh lawan-lawan, musuh-musuh, pesaing-pesaing, / oleh orang-orang yang belum memahami dakwah kita.
Kita tetap teguh. Keputusan jamaah tidak pernah dihasilkan oleh pressure, tekanan, ancaman apapun. Semuanya, yang penting, proses prosedur berjalan maka kita putuskan dengan mengabaikan tekanan dari manapun. Ini sebagai pembuktian dari ashlabu tanzhiman.
Pada akhirnya yang ketujuh adalah mazhhar aktsaru nafan (penampilan sebagai pihak yang paling banyak memberi manfaat). Dulu sering saya katakan bahwa kita dituntut oleh Allah SWT untuk menjadi orang-orang yang produktif menghasilkan kebajikan-kebajikan. Sebab, pada dasarnya secara fitriyah kita sudah menjadi orang-orang yang konsumtif. Kalau masalah konsumtif tidak perlu didorong, tidak perlu diprogram, karena sudah menjadi tabiat dasar. Begitu lahir kita mengkonsumsi kebajikan ibu, kebajikan ayah, kebajikan saudara-saudara kita, kebajikan tetangga-tetangga yang menimang-nimang kita.
Wallahu alam.
Salam Djimodji
Keberimanan terhadap Islam sebagai agama samawi yang diturunkan Allah SWT memang sudah final. Tetapi, pemahaman manusia terhadap Islam tidak dapat dikatakan sudah mencapai final sehingga berhenti pada satu titik.
Jalan-jalan untuk mencapai pemahaman Islam dalam konteks syumuliyah dan takamuliyahnya adalah jalan-jalan yang sangat panjang dan beragam. Setiap zaman dan keadaan memerlukan penyajian tersendiri dari ajaran Islam yg maha dalam maknanya ini. Firman Allah SWT,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang berjihad di jalan Kami sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang berbuat kebaikan. ” (Al-Ankabuut: 69)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan walladziina jaahduu fiinaa adalah Rasulullah SAW, para sahabatnya, dan pengikutnya sampai hari kiamat nanti. Sedangkan yang dimaksud subulanaa adalah jalan-jalan untuk urusan dunia dan akhirat.
Terkait dengan hadits tentang Muadz bin Jabbal yang diutus oleh Rasulullah SAW ke negeri Yaman dan menyatakan akan melakukan ijtihad apabila tidak diperoleh nash dalam Al-Quran dan As-Sunnah dalam memutuskan perkara, banyak yang menekankan bahwasanya pintu ijtihad belum tertutup. Dari waktu ke waktu muncul ulama-ulama besar dengan pikiran dan pendapatnya yang segar dan baru berdasarkan pemahaman mereka tentang nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah.
Sebagian kelompok hanya memperhatikan aspek fiqh dalam masalah pembukaan ijtihad dari masa ke masa ini. Tetapi, sesungguhnya lapangan ijtihad itu luas, tidak sekadar masalah fiqh saja tetapi di dalam berbagai bidang yang terkait dg urusan dunia dan akhirat.
Seharusnya kejumudan juga ttidak terjadi pada aktivis kebangkitan Islam sebagaimana disampaikan Yusuf Qaradhawi, “Imam Hasan Al- Banna bukanlah seorang yang jumud/statis tetapi justru progresif dan dinamis. Ia selalu memanfaatkan semua yang ada di sekelilingnya, melakukan dinamisasi diri dan dakwahnya. Seandainya ia berumur panjang kita tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Sebab itu saudara-saudara dan pengikutnya tidak boleh statis dalam berbagai sarana, metode, ataupun bagian pemikirannya. ”
Pemahaman yang terlalu kaku dengan pendapat yang terkait dengan situasi kontekstual tertentu akan menyebabkan seorang aktivis dakwah tidak mampu berinteraksi dengan problema yang dihadapinya pada masa kini.
Demikian pula arkanul baiah yang disusun oleh Imam Hasan Al- Banna bukanlah sesuatu yang bersifat mati / jumud sehingga ia akan menjadi masa lalu dari para kader dakwah. Padahal ia harus membaca, memahami, & mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari yang terus berjalan. Interaksi formal dengan arkanul baiah sebagai sebuah pengantar ke dalam pergaulan jamaah dakwah mungkin saja telah berlalu satu, dua, lima, sepuluh, / dua puluh tahun yang lalu. Namun secara nilai penghayatan terhadap arkanul baiah terjadi setiap saat dalam berbagai lapangan medan dakwah. Penghayatan tersebut diharapkan justru semakin mendalam dari hari ke hari.
Oleh karena itu, rukun al-fahm (pemahaman) harus terus dikembangkan mengikuti jalan dakwah menuju ke-syumuliyah-an dan ke-takamuliyah-an. Begitu juga rukun ikhlas. Kualitas dan kapasitas ikhlas kita harus terus-menerus dikembangkan mengikuti perjalanan dakwah yang terus diperlebar ruang lingkupnya sesuai dengan tuntutan syumuliyah dan takamuliyah dakwah kita.
Begitu juga kualitas dan kapasitas amal kita, jihad kita, tadhiyah (pengorbanan) kita, thaah (ketaatan) kita, tsabat (kekokohan) kita, tajarrud (kesungguhan) kita, al-ukhuwah (persaudaraan) kita, dan tsiqah (kekokohan) kita harus terus-menerus dikembangkan.
Seharusnya peningkatan kualitas dan kapasitas interaksi dengan arkanul baiah mendahului ekspansi dakwah yang dilakukan agar arkanul baiah itu menjadi pemicu, pemacu, dan pemecut bagi akselerasi gerakan dakwah itu sendiri agar arkanul baiah itu mempercepat tercapainya ahdafu da'wah (sasaran-sasaran dakwah) dan ghayatu da'wah (tujuan-tujuan dakwah).
Interaksi dengan arkanul baiah sangat berpengaruh terhadap kualitas komitmen kepada dakwah dan kepada jamaah. Begitu interaksi dengan rukun-rukun itu tertinggal dan terhenti pada pada satu titik, maka komitmen yang dihasilkannya tidak mumpuni lagi untuk menyambut ekspansi dakwah yang terus-menerus berkembang.
Politik Dan Dakwah: Pandangan Hasan Al-Banna
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari politik (siyasah) karena tujuan dakwah itu sendiri adalah untuk pengendalian (siyasah) sebagaimana firman Allah SWT,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. ” (Al-Fath: 28)
Kehadiran Islam dalam wujud sebuah institusi yang mengendalikan telah menjadi obsesi dari Imam Syahid Hasan Al-Banna sebagaimana ungkapannya yang disampaikan kepada para pemuda, “Adalah sangat mengherankan sebuah paham seperti komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat untuk menuju ke sana. Demikian juga paham fasisme dan Nazism, keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi, kita dapati berbagai ragam ideologi sosial politik di dunia ini bersatu untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna, hidup dan mati dipersembahkan untuknya. Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintahan Islam yang bekerja untuk menegakkan kewajiban dakwah Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia. ”
Dalam kesempatan lain Imam Hasan Al-Banna menyatakan, “Sesungguhnya seorang muslim tidak sempurna keislamannya kecuali jika ia bertindak sebagai politisi. Pandangannya jauh ke depan terhadap persoalan umatnya, memperhatikan dan menginginkan kebaikannya. Meskipun demikian, dapat juga saya katakan bahwa pernyataan ini tidak dinyatakan oleh Islam. Setiap organisasi Islam hendaknya menyatakan dalam program-programnya bahwa ia memberi perhatian kepada persoalan politik ummatnya. Jika tidak demikian, maka ia sendiri yang sesungguhnya butuh untuk memahami makna Islam. ”
Suatu catatan penting dari Imam Hasan Al-Banna adalah peringatannya tentang adanya pemahaman yang sempit bahwa jika disebut dengan politik maka orang-orang akan segera membayangkan sebuah partai politik. Politik yang dimaksudkannya bukanlah sekadar sebuah partai politik, tetapi keseluruhan aktivitas dakwah yang dilakukan untuk mengurusi nasib umat hingga mengangkat mereka ke kedudukan sebagaimana yang diperintahkan Al-Quran di tengah-tengah manusia.
Bahkan, terhadap partai politik yang berkembang saat itu Al-Banna mempunyai kritikan-kritikan yang mendasar, “Ikhwanul Muslimun berkeyakinan bahwa partai-partai politik yang ada di Mesir didirikan dalam suasana yang tdk kondusif. Sebagian besar didorong oleh ambisi pribadi, bukan demi kemaslahatan umum. Ikhwan juga berkeyakinan bahwa partai-partai yang ada hingga kini belum dapat menentukan program dan manhajnya secara pasti. Ikhwan berkeyakinan bahwa hizbiyah (sistem kepartaian) yang seperti itu akan merusak seluruh tatanan kehidupan, memberangus kemaslahatan, merusak akhlaq, dan memporakporandakan kesatuan umat. ”
Korelasi Amal Siyasi Dengan Arkanul Baiah
Amal siyasi sebagai bagian penting dari keseluruhan amal Islami harus mendapat perhatian serius dari para aktivis dakwah dan baiat mereka kepada jalan dakwah adalah baiat mereka pula kepada amal siyasi.
Dakwah Islam tidak menyerukan sikap memisahkan diri dari persoalan-persoalan kemasyarakatan yang ada dalam tubuh umat Islam. Jika pun terdapat upaya-upaya memilah lingkungan kehidupan para aktivis dakwah dari masyarakat umum, maka tujuannya bukan untuk lari dari masyarakat yang menjadi tanggungjawab dakwahnya. Tetapi, hal itu dilakukan hanya untuk konsolidasi internal mereka agar memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memecahkan persoalan-persoalan masyarakat tersebut. Atau, agar mereka tidak tergelincir karena tarikan-tarikan dahsyat kemaksiatan sehingga ia akhirnya justru menjadi bagian dari persoalan tersebut.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang / hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. ” (Al-Anfaal: 16)
Kepahaman tentang amal siyasi yang dikembangkan pada saat ini boleh jadi berbeda dengan sebelumnya karena perbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang menyertainya. Pandangan Imam Hasan Al-Banna tentang sistem kepartaian yang menyebabkan beliau tidak mendirikan partai politik, tetapi membolehkan kesertaan dalam pemilihan umum telah diposisikan secara aktual dalam beberapa kurun terakhir. Partai-partai politik dalam berbagai bentuknya telah berdiri dan diusung oleh para aktivis dakwah di berbagai negara dalam rangka amal siyasi mereka berdasarkan syura-syura yang mereka lakukan.
Amal siyasi yang dilakukan bukanlah sekadar untuk meraih kekuasaan dan mencapai kedudukan-kedudukan tinggi dalam pemerintahan, tetapi semata-mata ditujukan bagi penegakan hukum-hukum Allah SWT di dalam masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keadilan yang telah digariskan-Nya. Inilah rukun ikhlas yang akan menjauhkan aktivis dakwah dari perangkap kediktatoran, korupsi, dan kesombongan tatkala meraih suatu kedudukan dalam kekuasaan.
Setiap aktivis menyadari sungguh-sungguh dengan kefahamannya dan keikhlasannya bahwa amal siyasi yang dilakukannya adalah bagian dari kerja besar dari tangga-tangga mihwar tasisi, mihwar tanzhimi, mihwar syabi, mihwar muasasi dan mihwar dauli. Dalam kaitan koalisi kerja teknis Imam Hasan Al-Banna menyatakan, “Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-muslim –jika keadaan darurat- asalkan bukan untuk posisi jabatan strategis (dalam pemerintahan). ”
Kesungguhan dalam kerja siyasi adalah bagian dari jihad yang harus dilakukan. Kesungguhan itu akan terjadi jika aktivis dakwah menghargai dan mematuhi jalan dakwah yang telah digariskan berdasarkan syura. Tidak boleh ada seorang pun yang bermalas-malasan dalam bidang ini hanya lantaran ia merasa bukan bidangnya / tidak sependapat dengan hasil-hasil syura.
Apapun yangg disumbangkan dalam amal siyasi, mulai dari harta sampai dengan jiwa, adalah bagian dari ruhul tadhiyah (jiwa pengorbanan) di jalan dakwah. Tidak ada istilah mati sia-sia dalam suatu amal siyasi karena seluruh pengorbanannya harus diyakini akan dihisab oleh Allah SWT dengan timbangan kebaikan dakwah.
Ketaatan dalam janji setia aktivis dakwah adalah ketaatan yang penuh selama masih dalam jalan Allah & Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan yang bersifat setengah-setengah, misalnya hanya kepada perintah-perintah / kesepakatan-kesepakatan dalam bidang sosial saja, sedang dalam politik ia membangkang. Termasuk dalam perkataan fil makrah (dalam keadaan tidak menyenangkan) adalah ketaatan kepada hal-hal yang ketika bersyura kita tidak sependapat dengan hasil keputusannya.
Keteguhan (tsabat) adalah bagian penting dalam dakwah ini dan lebih istimewa lagi dalam amal siyasi. Jika dalam amal ijtimaiy mungkin banyak pujian yang datang tetapi dalam amal siyasi kondisinya terbalik, banyak orang yang merasa terancam dengan kehadiran dakwah dan Islam di panggung politik, banyak orang yang apriori dan bahkan memusuhinya sebagai bagian dari konspirasi global yang sudah terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Resiko-resiko yang diterima tanpa ada keteguhan akan menjadi dasar penyesalan atas keputusan yangg telah disepakati, padahal waktu adalah bagian dari solusi. Keberhasilan perjuangan seringkali tidak dapat diukur dalam waktu yang pendek.
Amal siyasi yang diperjuangkan adalah amal siyasi yang islami. Ini adalah komitmen yang tidak boleh berubah, meskipun tawaran-tawaran berbagai ideologi sangat banyak dalam dunia politik. Manhaj Islam sedemikian terang benderangnya, dan oleh karenanya aktivis dakwah tidak akan terjebak pada pemikiran dan metode yang tidak jelas hanya karena ketidaksabarannya bekerja dengan waktu. Ini adalah makna tajarrud (kemurnian total) dalam arkanul baiah yang sepuluh.
Dunia politik adalah dunia yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga banyak orang mengatakan “politik itu kotor”. Perkataan itu sesungguhnya tidak benar karena dunia sosial, perdagangan, bahkan dunia dakwah itu sendiri dapat saja menjadi “kotor” oleh perbuatan seseorang / sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Namun demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perpecahan, persengketaan, permusuhan di antara teman, intrik dan fitnah terjadi di dunia politik.
Oleh karena itu, jika rukun ukhuwah diabaikan dan tidak bekerja maksimal dalam amal siyasi, semua kemungkinan dan kekhawatiran itu dapat juga terjadi pada diri kita.
Terakhir, perlu direnungkan makna tsiqah yakni menyiapkan rasa puas kepada pemimpin atas kapasitas kepemimpinannya dan maupun keikhlasan, dengan kepuasan yang mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan. Semakin jauh jenjang organisasi dari titik pusat pengambil keputusan rukun tsiqah ini akan semakin signifikan dalam membangun komitmen.
Tentu, rukun ini tidak menghilangkan fungsi pemimpin sebagai guru dan pembimbing kepada para anggota sehingga kepuasan itu hadir dengan penuh qanaah tidak terpaksa. Keputusan-keputusan dalam amal siyasi dalam kadar tertentu kadangkala memang begitu rumit karena demikian kompleksnya persoalan yang dihadapi. Ketsiqahan di antara aktivis dakwah dapat mengurangi kemungkinan terjadinya degradasi soliditas karena adanya keputusan-keputusan qiyadah yang belum terpahami.
Kontribusi Komitmen Baiah Aktual Dalam Dakwah
Kekuatan interaksi terhadap arkanul baiah akan dapat mempertahankan penampilan kinerja dan manhaj amaliy aktivis dakwah sehingga bisa diandalkan dalam persaingan antar aliran, antar ahzab (partai-partai) dengan aneka ragam mabadi (ideology). Insya Allah dengan komitmen interaktif yang kontinyu terhadap arkanul baiah jamaah dakwah akan mempunyai mazhhar (penampilan) yang sanggup menghadapi tantangan rivalitas yang semakin tajam antar aliran ideologis dan antarpemikiran yang ada di lapangan.
Ustadz Hilmi Aminuddin menyatakan mazhhar jamaah yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari interaksi dengan arkanul baiah yang terus-menerus itu ialah:
Pertama, mazhhar atsbatu mauqifan (penampilan dalam kekokohan sikap) yakni sikap yang paling teguh di antara sikap-sikap yang ditampilkan oleh golongan-golongan, madzhab-madzhab dan aliran-aliran lain. Sikap yang tidak mudzabdzab, (plin-plan), yang tidak mencla-mencle, yang tidak memble menghadapi tantangan-tantangan yang semakin kuat dan terang-terangan.
Sekali lagi, tantangan yang semakin terang-terangan mengingat kita sekarang ada di era jahriyah (keterbukaan). Sikap teguh kita harus ditampilkan secara penuh dalam kinerja, performance dakwah jamaah, dan partai kita. Kekokohan sikap adalah tampilan awal yang merupakan buah dari kekuatan yang ditumbuhkan oleh aqidah kita.
Kedua, mazhar arhabu shadran. Keteguhan sikap itu tidak melahirkan sikap yang kaku karena selain ada aqidah yang rasikh, aqidah yang kuat, tetapi juga ada akhlaqul karimah yang akan melahirkan arhabu shadran (kelapangan dada). Di atas kekokohan sikap itu kita paling bisa dan paling sanggup berlapang dada dalam menghadapi realitas kehidupan, dalam menghadapi tantangan, dalam bermuamalah menghadapi berbagai sikap-sikap lain. Termasuk ketika kita berinteraksi dengan sesama kelompok Islam yang kebetulan mereka belum satu manhaj dengan kita dengan perlakuan dan sikap-sikap mereka yang tidak menyenangkan.
Ketiga, mazhar amaqu fikran (penampilan kedalaman dalam berfikir) dalam menghadapi aneka situasi dan kondisi sehingga kita tidak meresponnya secara istijaliyah (ketergesa-gesaan). Kita selalu berfikir secara mutaanni (sangat mendalam) dan mutamain (intens), dalam menentukan langkah-langkah kita dengan proses dan prosedur yang benar yang sudah kita sepakati bersama. Tidak boleh ada satupun keputusan jamaah ini yang tanpa melalui proses amaqu fikran yang dalam prakteknya kita wujudkan dalam wadah syura yang selalu kita jaga. Sehingga tidak ada alasan dari kita untuk tidak mendukung sikap yang diambil oleh jamaah, karena proses dan prosedur yang diambil sudah benar dengan tetap tidak terburu-buru.
Keempat, dalam memandang fenomena kehidupan dan perjuangan ini kita harus mempunyai mazhhar awsa nazharan (penampilan dengan pandangan yang lebih luas). Kita harus mempunyai pandangan yang sangat luas, seluas ufuq yang bisa dijangkau oleh mata kita. Kita tidak boleh mempunyai pandangan mutajamid (pandangan kebekuan) yang sempit, hizbiyah (mengagungkan golongan) dan madzhabiyah (mengagungkan aliran). Kita harus memiliki pandangan yang sangat luas karena sasaran dari dakwah yang sudah dicanangkan adalah bina-ul fard (peminaan individu), bina-ul mujtama (peminaan masyarakat), bina-ud daulah (pembangunan negara), bina-ul khilafah (pembangunan khilfah) hingga ustadziyatul ‘alam (sokoguru semesta alam).
Di sana kita harus memancangkan rahmatan lil ‘alamin sehingga setiap makhluk hidup–bukan manusia saja–merasakan sentuhan rahmat dari kita. Tidak mungkin kita melakukan itu bila kita tdk mempunyai pandangan yang sangat luas terhadap kehidupan ini.
Kelima, kita harus didukung dengan mazhhar ansyathu ‘amalan (penampilan sebagai pihak yang paling giat bekerja). Karena mazhhar-mazhhar sebelumnya harus dibuktikan dalam ansyathu ‘amalan (kegiatan kerja). Hendaknya beramal paling keras dan menjadi aktivis/amilin yang paling giat, efektif dalam mengarahkan tenaga dan potensinya serta langkah-langkahnya selalu terarah dengan tepat (khutuwat al-athifah). Itu adalah refleksi dari aqidah dan fikrah kita.
Keenam, begitu juga kita menyadari sepenuhnya bahwa syumuliyatul Islam tdk mungkin diperjuangkan secara individual, tapi harus diperjuangkan secara jamaiy (kolektif). Maka, kita pun harus menampilkan secara struktural ashlabu tanzhiman (organisasi yang paling solid dan kokoh bagaikan baja). Tanzhim kita tanzhim yang kokoh tidak gampang reot oleh benturan-benturan yang diarahkan oleh lawan-lawan, musuh-musuh, pesaing-pesaing, / oleh orang-orang yang belum memahami dakwah kita.
Kita tetap teguh. Keputusan jamaah tidak pernah dihasilkan oleh pressure, tekanan, ancaman apapun. Semuanya, yang penting, proses prosedur berjalan maka kita putuskan dengan mengabaikan tekanan dari manapun. Ini sebagai pembuktian dari ashlabu tanzhiman.
Pada akhirnya yang ketujuh adalah mazhhar aktsaru nafan (penampilan sebagai pihak yang paling banyak memberi manfaat). Dulu sering saya katakan bahwa kita dituntut oleh Allah SWT untuk menjadi orang-orang yang produktif menghasilkan kebajikan-kebajikan. Sebab, pada dasarnya secara fitriyah kita sudah menjadi orang-orang yang konsumtif. Kalau masalah konsumtif tidak perlu didorong, tidak perlu diprogram, karena sudah menjadi tabiat dasar. Begitu lahir kita mengkonsumsi kebajikan ibu, kebajikan ayah, kebajikan saudara-saudara kita, kebajikan tetangga-tetangga yang menimang-nimang kita.
Wallahu alam.
Salam Djimodji
Perspektif Al-Fahmu Yang Diinginkan Atas Setiap Ikhwah
Dalam Rukun Bai’at yg sepuluh imam Syahid Hasan Al-Banna meletakkan rukum Al-Fahmu pd urutan pertama & menjadi penunjuang akan esensi yg harus dilakukan oleh seorang ikhwah, jika al-fahmu dapat dikuasai maka niscaya seorang ikhwah tdk akan sulit memahami Islam secara kaffah seperti yg difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin, & memahami apa yg seharusnya dilakuakan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah & kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin.
Banyak pihak yg mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Baiah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yg dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul skala prioritas, mendahulukan apa yg harus didahulukan.
Skala prioritas dalam memperjuangkan Islam haruslah diperhatikan. Hal ini jelas, yg hampir tdk seorangpun diantara para pemikir dikalangan umat Islam yg memperselisihkannya. Dengan menentukan skala prioritas dalam melakukan kegiatan dakwah, tarbiyah, gerakan & penataan ini yg keseluruhannya adalah merupakan unsur utama bagi setiap usaha pembatuan Islam. Atau penghidupan kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan & kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yg kita saksikan saat ini.
Beliau lalu menjelaskan fungsi pemahaman selaras dg aksioma, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yg benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yg lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan & jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikolog yg menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi & perbuatan.
Prinsip Al Fahmu dg 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yg ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaidah dasar dalam melakukan segala aktifitas. Seperti halnya yg telah diterangkan pd prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam:
“Islam adalah system yg syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara & tanah air, pemerintahan & umat, moral & kekuatan, kasih sayang & keadilan, peradaban & undang, ilmu pengetahuan & hokum, materi & kekayaan alam, penghasilan & kekayaan, jihad & dakwah, serta pasukan & pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yg murni & ibadah yg benar, tdk kurang tdk lebih”22
22Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas kita sehari-hari bukan hanya aktivitas semu yg tdk berlandaskan pd Islam, setiap muslim harus menyadari, mengetahui, meyakini & mengamalkan Islam sesuai dg kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yg yang pribadi & yg lebih besar dari pd itu disandarkan pd tata aturan Islam.
Tidak ada pemisahan antara agama & negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, & berikanlah, hak agama kepada Tuhan. ” Tidak akan pernah ada sekularisme & liberalism dalam pemikiran & aktivitas lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini sepadan dg firman Allah yg memerintahkan umat Islam utk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yg beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, & janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yg nyata bagimu”2. (Al-Baqarah:208)
Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu & 20 Prinsip ini sudah banyak sekali bertebaran di buku-buku yg ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid Hasan Al Banna. Inti dari landasan Syari aktivitas berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui diakhir rukun Al Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dg kata-kata:
“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka prinsip-prinsip tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syiarnya : Al Quran adalah undang-undang kami & Rasul adalah Teladan kami. 2 Artinya kerangka aktivitas hidup kita di dunia harus selalu berada dalam pedoman Al Quran & Sunnah Rasulullah Saw.
Urgensi Al-Fahmu
Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu keselamatan amal, baiknya penerapan & memelihara pelakunya dari ketergelinciran.
umar bin Abdul Azia berkata: “Barangsiapa yg beramal tanpa di dasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak daripada maslahatnya”. (Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250)
Orang yg ikhlas beramal tetapi tdk memiliki pemahaman yg benar & tdk mampu menempatkan sesuatu pd tempatnya mungkin dapat tersesat jauh. Rasulullah saw bersabda:
فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد
“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli Ibadah”2 (At-Tirmidzi: 5/46. Nomor:2641)
Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yg selalu shalat malam & berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yg mengetahui hal-hal yg dihalalkan & diharamkan oleh Allah”. (Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26)
Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberi kecerahan pd wajah seseorang yg mendengar hadits dariku, lantas ia menghafalkannya hingga dapat menyampaikan kepada orang lain. sebab, terkadang seseorang membawa suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yg lebih paham. Dan, terkadang orang yagn membawa sebuah ilmu bukan ulama. ” (Abu Daud: 3/321. No. 3660 & At-Tirmidzi: 5/33. No. 2656)
Allah SWT melebihkan satu nabi yg lain karena kedalaman pemahaman yg dianugrahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), & kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah & ilmu”. (Al-Anbiya:79)
Ibnu Abbas dimuliakan meski masih muda usianya, melebihi kebanykan tokoh-tokoh senior lainnya, karena pemahaman yg baik yg dikaruniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majelis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab saat itu.
oleh karena itu, wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yg benar & cermat. pemahaman yg mencapai dasar urusan & menempatkan sesuatu pd tempatnya, tanpa berlebih-lebihan & tanpa meremehkan. Juga pemahaman yg jernih, murni, integral & peripurna. Sebab, barangsiapa yg dikaruniai oleh Allah pemahaman yg benar, maka ia telah mendapatkan karunia yg banyak, keutamaan yg besar terhindar dari ketergelinciran & terjaga dari penyimpangan.
Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman & baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yg diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tdk dikarunia nikmat yg lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki & tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yg dimurkai (yaitu orang-orang yg buruk tujuannya), & dari orang-orang yg sesat (yaitu orang-orang yg buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yg diberi nikmat (yaitu orang-orang yg baik pemahaman & tujuannya). Merekalah orang-orang yg terbimbing di jalan yg lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka.
Benar pemahaman merupakan cahaya yg disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya , ia dapat membedakan antara yg baik & yg buruk; yg hak & yg batil; petunjuk & kesesatan penyimpangan & kelurusan. ” (A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187)
Salam Djimodji
Banyak pihak yg mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Baiah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yg dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul skala prioritas, mendahulukan apa yg harus didahulukan.
Skala prioritas dalam memperjuangkan Islam haruslah diperhatikan. Hal ini jelas, yg hampir tdk seorangpun diantara para pemikir dikalangan umat Islam yg memperselisihkannya. Dengan menentukan skala prioritas dalam melakukan kegiatan dakwah, tarbiyah, gerakan & penataan ini yg keseluruhannya adalah merupakan unsur utama bagi setiap usaha pembatuan Islam. Atau penghidupan kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan & kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yg kita saksikan saat ini.
Beliau lalu menjelaskan fungsi pemahaman selaras dg aksioma, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yg benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yg lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan & jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikolog yg menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi & perbuatan.
Prinsip Al Fahmu dg 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yg ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaidah dasar dalam melakukan segala aktifitas. Seperti halnya yg telah diterangkan pd prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam:
“Islam adalah system yg syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara & tanah air, pemerintahan & umat, moral & kekuatan, kasih sayang & keadilan, peradaban & undang, ilmu pengetahuan & hokum, materi & kekayaan alam, penghasilan & kekayaan, jihad & dakwah, serta pasukan & pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yg murni & ibadah yg benar, tdk kurang tdk lebih”22
22Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas kita sehari-hari bukan hanya aktivitas semu yg tdk berlandaskan pd Islam, setiap muslim harus menyadari, mengetahui, meyakini & mengamalkan Islam sesuai dg kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yg yang pribadi & yg lebih besar dari pd itu disandarkan pd tata aturan Islam.
Tidak ada pemisahan antara agama & negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, & berikanlah, hak agama kepada Tuhan. ” Tidak akan pernah ada sekularisme & liberalism dalam pemikiran & aktivitas lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini sepadan dg firman Allah yg memerintahkan umat Islam utk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yg beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, & janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yg nyata bagimu”2. (Al-Baqarah:208)
Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu & 20 Prinsip ini sudah banyak sekali bertebaran di buku-buku yg ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid Hasan Al Banna. Inti dari landasan Syari aktivitas berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui diakhir rukun Al Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dg kata-kata:
“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka prinsip-prinsip tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syiarnya : Al Quran adalah undang-undang kami & Rasul adalah Teladan kami. 2 Artinya kerangka aktivitas hidup kita di dunia harus selalu berada dalam pedoman Al Quran & Sunnah Rasulullah Saw.
Urgensi Al-Fahmu
Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu keselamatan amal, baiknya penerapan & memelihara pelakunya dari ketergelinciran.
umar bin Abdul Azia berkata: “Barangsiapa yg beramal tanpa di dasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak daripada maslahatnya”. (Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250)
Orang yg ikhlas beramal tetapi tdk memiliki pemahaman yg benar & tdk mampu menempatkan sesuatu pd tempatnya mungkin dapat tersesat jauh. Rasulullah saw bersabda:
فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد
“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli Ibadah”2 (At-Tirmidzi: 5/46. Nomor:2641)
Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yg selalu shalat malam & berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yg mengetahui hal-hal yg dihalalkan & diharamkan oleh Allah”. (Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26)
Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberi kecerahan pd wajah seseorang yg mendengar hadits dariku, lantas ia menghafalkannya hingga dapat menyampaikan kepada orang lain. sebab, terkadang seseorang membawa suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yg lebih paham. Dan, terkadang orang yagn membawa sebuah ilmu bukan ulama. ” (Abu Daud: 3/321. No. 3660 & At-Tirmidzi: 5/33. No. 2656)
Allah SWT melebihkan satu nabi yg lain karena kedalaman pemahaman yg dianugrahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), & kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah & ilmu”. (Al-Anbiya:79)
Ibnu Abbas dimuliakan meski masih muda usianya, melebihi kebanykan tokoh-tokoh senior lainnya, karena pemahaman yg baik yg dikaruniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majelis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab saat itu.
oleh karena itu, wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yg benar & cermat. pemahaman yg mencapai dasar urusan & menempatkan sesuatu pd tempatnya, tanpa berlebih-lebihan & tanpa meremehkan. Juga pemahaman yg jernih, murni, integral & peripurna. Sebab, barangsiapa yg dikaruniai oleh Allah pemahaman yg benar, maka ia telah mendapatkan karunia yg banyak, keutamaan yg besar terhindar dari ketergelinciran & terjaga dari penyimpangan.
Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman & baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yg diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tdk dikarunia nikmat yg lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki & tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yg dimurkai (yaitu orang-orang yg buruk tujuannya), & dari orang-orang yg sesat (yaitu orang-orang yg buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yg diberi nikmat (yaitu orang-orang yg baik pemahaman & tujuannya). Merekalah orang-orang yg terbimbing di jalan yg lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka.
Benar pemahaman merupakan cahaya yg disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya , ia dapat membedakan antara yg baik & yg buruk; yg hak & yg batil; petunjuk & kesesatan penyimpangan & kelurusan. ” (A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187)
Salam Djimodji
Jumat, 27 Mei 2011
Tingkatin Rasa Syukur
Untuk meraih sukses kita perlu meningkatkan rasa syukur kita terhadap pemberian nikmat Allah kepada kita. Bagaimana tidak, kita sudah belajar bagaimana manfaat syukur yang luar biasa dalam kehidupan kita. Namun, yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang tidak atau kurang bersyukur? Atau ada juga orang yang merasa sudah bersyukur, tetapi dia merasa tidak ada tambahan nikmat sesuai dengan janji Allah. Padahal janji Allah tidak mungkin salah. Artinya cara bersyukur kita yang salah, kita merasa bersyukur padahal kita belum bersyukur.
Tiga Kesalahan Dalam Bersyukur
Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya ada yang salah dengan diri kita.
Ada tiga kemungkinan:
* Pertama: cara kita bersyukur yang salah.
* Kedua: kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita.
* Ketiga: Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak
menyadarinya.
Pada kali ini, saya akan fokus menyoroti tentang point kedua dan ketiga. Dengan dua penyebab itu, kita akan kurang bersyukur. Jika kita kurang bersyukur, maka wajar jika nikmat tidak kunjung datang. Kita harus terus meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah.
Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?
1. Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita.
Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang
merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap
nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan.
Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan
nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap nikmat, kita akan melihat, kita
akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak.
2. Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita.
Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas
dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal
bisa saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa
kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah
bukankan sebuah nikmat yang besar? Renungkanlah…
3. Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka langkah selanjutnya
ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga
rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam
berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam
hati, maka rasa syukur pun akan meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.
Semoga bermanfaat
Salam Djimodji
Tiga Kesalahan Dalam Bersyukur
Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya ada yang salah dengan diri kita.
Ada tiga kemungkinan:
* Pertama: cara kita bersyukur yang salah.
* Kedua: kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita.
* Ketiga: Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak
menyadarinya.
Pada kali ini, saya akan fokus menyoroti tentang point kedua dan ketiga. Dengan dua penyebab itu, kita akan kurang bersyukur. Jika kita kurang bersyukur, maka wajar jika nikmat tidak kunjung datang. Kita harus terus meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah.
Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?
1. Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita.
Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang
merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap
nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan.
Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan
nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap nikmat, kita akan melihat, kita
akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak.
2. Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita.
Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas
dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal
bisa saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa
kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah
bukankan sebuah nikmat yang besar? Renungkanlah…
3. Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka langkah selanjutnya
ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga
rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam
berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam
hati, maka rasa syukur pun akan meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.
Semoga bermanfaat
Salam Djimodji
Senin, 23 Mei 2011
Dashyatnya Berpikir Positif
Berpikir positif tidak hanya berpengaruh pada bagaimana cara orang berpikir, tetapi juga membuat peran besar dalam hidup. Semakin sering anda mampu berpikir positif, maka energi positif akan datang menaungi hidup anda. Banyak hal positif yang didapat bila Anda selalu berpikir positif. Apa saja?
Sikap positif membantu untuk mengatasi urusan kehidupan sehari-hari dengan lebih mudah. Pandangan positif dapat membantu Anda mengatasi situasi stres dengan lebih baik dan dapat mengubah hidup menjadi lebih baik.
Berikut beberapa manfaat yang diperoleh bila Anda selalu berpikiran positif, seperti dilansir Lifemojo, Senin :
1. Manajemen stres yang lebih baik
Berpikir positif membantu mengatasi stres saat mendekati situasi stres dengan cara yang positif. Mengabaikan pikiran negatif dan menggantinya dengan optimisme akan mengurangi kecemasan, sehingga mengurangi stres.
2. Kesehatan yang lebih baik
Pemikiran dapat langsung mempengaruhi tubuh dan bagaimana fungsinya. Bila orang mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, keyakinan dan kedamaian bukan kebencian, kecemasan dan khawatir, Anda akan merasakan kesejahteraan.
Ini berarti berpikir positif dapat bermanfaat untuk mengatasi gangguan tidur, ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang yang berpikir negatif lebih menderita depresi lebih dan kecemasan.
3. Percaya diri
Berpikir positif mempromosikan kepercayaan diri. Hal ini akan membuat orang dapat mengeluarkan potensi optimal dalam dirinya.
4. Pengambilan keputusan yang lebih baik
Orang yang optimis adalah pembuat keputusan yang lebih baik. Berpikir positif mencegah orang dari membuat penilaian yang meragukan, keputusan bodoh atau melakukan hal-hal yang akan disesali di kemudian hari. Ketika orang mulai menggunakan hak pikirannya, ia dapat membuat keputusan dengan cepat.
5. Meningkatkan fokus
Berpikir positif akan membantu berfokus pada solusi daripada membuang-buang waktu dan energi pada emosi negatif.
6. Mengurangi rasa takut
Rasa takut berasal dari berpikir tentang hal yang negatif, sehingga menjadi seorang pemikir positif akan dapat menghilangkan rasa takut. Keberanian ini berasal dari kenyataan bahwa ketika seseorang tetap positif ia akan tahu bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya dapat dihadapi.
7. Hidup lebih bahagia
Jika orang memiliki pikiran yang berpikir positif, ia akan selalu mengantisipasi kehidupan dengan bahagia, damai, tawa, kesehatan dan kesuksesan finansial.
Bagaimana caranya berpikir positif?
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda menanamkan kebiasaan berpikir positif:
1. Jadilah optimis dan mengharapkan hasil yang menguntungkan dalam setiap situasi
2. Temukan alasan untuk tersenyum lebih sering
3. Bayangkan saja apa yang Anda inginkan bisa terjadi
4. Melibatkan diri dalam kegiatan rekreasi menyenangkan
5. Bacalah hal-hal yang dapat menginspirasi
6. Ikuti gaya hidup sehat
7. Berolahraga sedikitnya tiga kali seminggu
8. Bergabunglah dengan orang-orang bahagia.
Salam Djimodji
Sikap positif membantu untuk mengatasi urusan kehidupan sehari-hari dengan lebih mudah. Pandangan positif dapat membantu Anda mengatasi situasi stres dengan lebih baik dan dapat mengubah hidup menjadi lebih baik.
Berikut beberapa manfaat yang diperoleh bila Anda selalu berpikiran positif, seperti dilansir Lifemojo, Senin :
1. Manajemen stres yang lebih baik
Berpikir positif membantu mengatasi stres saat mendekati situasi stres dengan cara yang positif. Mengabaikan pikiran negatif dan menggantinya dengan optimisme akan mengurangi kecemasan, sehingga mengurangi stres.
2. Kesehatan yang lebih baik
Pemikiran dapat langsung mempengaruhi tubuh dan bagaimana fungsinya. Bila orang mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, keyakinan dan kedamaian bukan kebencian, kecemasan dan khawatir, Anda akan merasakan kesejahteraan.
Ini berarti berpikir positif dapat bermanfaat untuk mengatasi gangguan tidur, ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang yang berpikir negatif lebih menderita depresi lebih dan kecemasan.
3. Percaya diri
Berpikir positif mempromosikan kepercayaan diri. Hal ini akan membuat orang dapat mengeluarkan potensi optimal dalam dirinya.
4. Pengambilan keputusan yang lebih baik
Orang yang optimis adalah pembuat keputusan yang lebih baik. Berpikir positif mencegah orang dari membuat penilaian yang meragukan, keputusan bodoh atau melakukan hal-hal yang akan disesali di kemudian hari. Ketika orang mulai menggunakan hak pikirannya, ia dapat membuat keputusan dengan cepat.
5. Meningkatkan fokus
Berpikir positif akan membantu berfokus pada solusi daripada membuang-buang waktu dan energi pada emosi negatif.
6. Mengurangi rasa takut
Rasa takut berasal dari berpikir tentang hal yang negatif, sehingga menjadi seorang pemikir positif akan dapat menghilangkan rasa takut. Keberanian ini berasal dari kenyataan bahwa ketika seseorang tetap positif ia akan tahu bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya dapat dihadapi.
7. Hidup lebih bahagia
Jika orang memiliki pikiran yang berpikir positif, ia akan selalu mengantisipasi kehidupan dengan bahagia, damai, tawa, kesehatan dan kesuksesan finansial.
Bagaimana caranya berpikir positif?
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda menanamkan kebiasaan berpikir positif:
1. Jadilah optimis dan mengharapkan hasil yang menguntungkan dalam setiap situasi
2. Temukan alasan untuk tersenyum lebih sering
3. Bayangkan saja apa yang Anda inginkan bisa terjadi
4. Melibatkan diri dalam kegiatan rekreasi menyenangkan
5. Bacalah hal-hal yang dapat menginspirasi
6. Ikuti gaya hidup sehat
7. Berolahraga sedikitnya tiga kali seminggu
8. Bergabunglah dengan orang-orang bahagia.
Salam Djimodji
Keris adalah Lambang Kedigdayaan Ksatria Nusantara
Di pendopo agung Keraton Singosari, tiga prajurit utusan Kubilai Khan meminta kerajaan-kerajaan di Jawa takluk dan membayar upeti. Saat itu, ketangguhan pasukan berkuda Mongolia tidak tertandingi. Konon, mendengar namanya saja para raja gemetar ketakutan.
Prabu Kertanegara tahu hal ini. Raja Singosari ini juga tahu akibatnya jika menolak permintaan Kubilai Khan. Tapi dia tahu kedaulatan dan harga diri memang harus dijaga dengan darah dan nyawa. Seluruh pendopo pun hening, terdiam menunggu keputusan sang raja.
Raja gagah keturunan Ken Arok itu berjalan mendekati utusan Mongol yang sombong. Mereka jumawa, merasa tidak pernah terkalahkan di kolong langit.
Dengan ringan, Kertanegara mencabut keris pusaka Singosari dari warangkanya. Lebih cepat dari kilat, keris itu menebas telinga Meng Ki, salah satu utusan Negeri Mongol. Ini jawaban Kertanegara atas penghinaan Mongol.
Tanpa bicara, kerisnya sudah bicara. Singosari menolak tunduk pada Mongol. Rakyat Singosari tidak gentar pada tentara Mongol yang katanya tidak terkalahkan. Silakan datang, maka seluruh ksatria Singosari akan melawan.
Siapa sangka jika adegan di abad ke-13 itu turut menentukan alur berdirinya bangsa Indonesia. Jika saat itu, Kertanegara memilih tetap menyarungkan kerisnya, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Mungkin Majapahit sebagai penerus Singosari tidak akan pernah berdiri. Tidak akan ada kisah Hayam Wuruk serta Gajah Mada dan Sumpah Palapa. Tapi hari itu adalah takdir, sudah menjadi keinginan yang Kuasa Kertanegara mencabut kerisnya.
Sama seperti filosofi keris. Baik bilah lurus atau luk, semuanya memiliki ujung tajam yang mengarah ke atas. Melambangkan semua kehidupan ini mengarah pada satu tujuan akhir, takdir dan akhirat.
Keris pada masanya adalah pelengkap kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Jawa, keris digunakan di seluruh Nusantara. Di Bali, Kalimantan, Sumatera, hingga Sulawesi. Sehingga salah jika mengidentikan keris dengan budaya Jawa.
Keris adalah budaya Nusantara. Keris sama tuanya dengan kebudayaan logam di Nusantara. Tahun 1416, Ma Huan salah satu anggota ekspedisi Cheng Ho menyebutkan dalam catatannya, orang-orang Majapahit selalu mengenakan belati yang diselipkan pada ikat pinggang. Ma Huan cukup kagum dengan belati khas Jawa yang diketahui sebagai Keris. Dalam catatannya dia menjelaskan belati itu ditempa dengan baik dan diukir dengan indah. Hal ini menunjukan saat itu, para pandai besi di Indonesia sudah memiliki kemampuan yang tinggi.
Kisah lain diceritakan oleh seorang penjelajah Portugis, Tome Pires, pada abad ke-16. Dia menuliskan keris digunakan oleh setiap pria di Pulau Jawa. Tidak peduli miskin atau kaya, mereka pasti memiliki sekurangnya sebilah keris.
"Setiap laki-laki di Jawa, tidak peduli kaya atau miskin, harus memiliki sebilah keris di rumahnya. Tidak ada satu pun laki-laki berusia antara 12 dan 80 tahun bepergian tanpa sebilah keris di sabuknya. Keris diletakkan di punggung, seperti belati di Portugal," tulis Pires.
Keris untuk masyarakat kebanyakan mungkin ditempa dari besi atau baja biasa. Tapi bagi para ksatria dan bangsawan, hanya logam terbaik yang dicampur untuk bahan dasarnya. Diketahui ada beberapa keris yang dibuat dari batu meteorit yang memiliki kandungan titanium yang tinggi, di samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga.
Para ksatria dan bangsawan hanya memesan keris dari pandai besi yang dipanggil empu. Hanya empu terbaik yang mampu menghasilkan keris terbaik. Saat itu membentuk sebongkah logam menjadi keris tidak hanya melibatkan bara dan palu, tapi jiwa dan semangat. Pembuatannya pun bukan dalam hitungan minggu, tetapi tahunan.
Siapa yang tidak kenal dengan kisah Empu Gandring dan keris pesanan Ken Arok. Keris itu pula yang menjadi alat pembantu berdirinya dinasti Rajasa, yang menurunkan silsilah raja-raja Jawa. Sejarah mencatat, hidup para pelaku dinasti ini harus berakhir tragis di ujung keris yang sama.
Keris secara garis besar terdiri dari bilah atau daun keris. Ini adalah bagian paling penting dari sebuah keris. Selain itu ada hulu atau pegangan, ganja atau penopang dan warangka atau sarung keris. Bentuk bilah atau dhapur keris mencerminkan estetika dan identitas keris itu. Bilah keris terbagi dua, yang lurus atau berkelok atau luk. Luk selalu berjumlah ganjil, tidak pernah genap. Paling sedikit ada tiga lekukan, paling banyak 13 lekukan. Jika lebih atau kurang dari itu dianggap tidak lazim.
Sedangkan hulu dan warangka biasanya terbuat dari kayu, logam atau gading. Seringkali dihias dengan logam mulia dan batu berharga, sesuai tingkat sosial pemiliknya. Sama seperti bilah, kedua bagian ini juga sering dihias indah.
Keris yang dibuat untuk kalangan keraton seringkali ditambahi gelar Kyai. Biasanya ada kondisi tertentu yang melatarbelakangi pembuatan sebuah keris di keraton. Tidak hanya ancaman peperangan, kondisi sosial politik pada masa itu juga bisa dijadikan acuan pembuatan keris. Latar belakang seperti ini dinamakan tangguh keris. Ada juga keris yang sejak awal pembuatannya menyiratkan keberuntungan atau kesialan bagi pemiliknya.
Kyai Condong Campur misalnya, sebuah keris pusaka milik keraton Majapahit. Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan masyarakat Majapahit yang heterogen. Seperti diketahui, Majapahit saat itu menguasai seluruh Nusantara dengan banyak kerajaan kecil dan suku-suku di bawahnya. Muncullah keinginan untuk menyatukan berbagai perbedaan ini.
Ada lagi kisah Keris bernama Keris Kyai Setan Kober. Sejak awal keris pusaka ini diramalkan akan membawa kesialan dan petaka bagi pemiliknya. Keris ini milik Arya Penangsang atau Arya Jipang, bupati Jipang Panolan yang dikenal sakti madraguna. Dialah yang membunuh Sultan Prawoto, penguasa terakhir Kesultanan Demak tahun 1549.
Arya Jipang lalu bertempur dengan Danang Sutawijaya, yang kelak menjadi Sultan Mataram yang pertama. Saat itu pertempuran berjalan sengit. Tombak Sutawijaya berhasil melukai perut Arya Jipang, hingga ususnya terburai. Tapi Arya Jipang masih melawan, ususnya yang keluar dari perut, dibelitkannya ke warangka keris pusaka miliknya. Arya Jipang terus memberikan perlawanan sengit. Namun saat mencabut keris Kyai Setan Kober, keris ini malah menyobek ususnya sendiri.
Sutawijaya kagum dengan keperkasaan Arya Jipang. Untuk menghormati lawannya itu, Sutawijaya membelitkan melati pada warangka kerisnya. Melati melambangkan usus Arya Jipang yang terburai. Gaya busana itu masih digunakan hingga kini, setiap pengantin Jawa merangkaikan melati pada kerisnya. Ini sebenarnya diilhami dari kematian Arya Jipang yang tewas karena kerisnya sendiri.
Keris pun digunakan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Pangerang Diponegoro memiliki beberapa keris pusaka. Salah satunya adalah Kyai Omyang. Keris ini memiliki 21 luk atau lekukan, dipercaya merupakan peninggalan zaman Majapahit. Kini keris tesebut ditaruh di Museum Sasana Wiratama, Yogyakarta.
Cerita kedigjayaan para ksatria dengan kerisnya memang tinggal masa lalu. Senapan dan mesiu menggantikan fungsi keris sebagai senjata. Ilmu kanarugan dan silat, perlahan terkikis bela diri dari luar negeri semacam krav maga dan yongmodo. Tapi bukan berarti keris punah.
Fungsi budaya keris sebagai mahakarya budaya Indonesia terus hidup. Kini keris sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Korps Marinir TNI AL memasukan keris dalam logo pasukan baret ungu tersebut. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tupoksi pasukan Marinir untuk melakukan penyerbuan amphibi dari laut. Beberapa kesatuan TNI yang lain juga melakukan hal yang sama.
"Keris dan ombak melambangkan Marinir adalah penusuk dari laut," ujar Komandan Korp Marinir saat itu, Mayjen Djunaidi Djahri di Mabes AL, Cilangkap.
Keris masih digunakan sebagai pelengkap busana tradisional. Dalam busana pengantin Jawa, pengantin laki-laki didandani seperti bangsawan, lengkap dengan keris di punggungnya.
Di kalangan budayawan dan kolektor, keris-keris pusaka masih terus diburu. Harganya mencapai puluhan juta, hingga ratusan juta. Semakin baik dan semakin tua keris, harganya tentu makin mahal. Namun harga bukan masalah bagi para kolektor ini. Mendapatkan keris yang baik lebih tak ternilai harganya.
Fadli Zon salah satunya. Politisi dan budayawan ini mengoleksi ratusan keris dan barang-barang kuno lainnya. Ratusan keris itu tersimpan rapi di Fadli Zon Library di bilangan Benhil, Jakarta Pusat. Koleksi kerisnya berasal dari seluruh Nusantara, mulai keris Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur ada di sini. Beberapa keris sudah berusia ratusan tahun. Harganya? Mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
"Ini warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Keris ada di seluruh Nusantara. Ini merupakan budaya bangsa," kata Ketua Iluni Fakultas Ilmu Budaya UI ini saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Bulan Juni 2010 lalu, pameran "Keris for the World" digelar di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Pameran ini cukup sukses mengumpulkan keris-keris dari seantero Nusantara. Pengunjung pameran juga cukup ramai, bukan hanya kolektor dan budayawan, tetapi juga masyarakat umum. Ke depan tentu saja, pameran serupa perlu digelar kembali untuk semakin memperkenalkan akar budaya Indonesia ini pada masyarakat Indonesia.
Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) juga baru saja menyelesaikan Kongres pertama di Hotel Kusuma Sahid, Solo, Kamis (21/4/2011) lalu. Mantan Menakertrans, Erman Suparno, terpilih sebagai Ketua Umum SNKI. Erman menjanjikan selama lima tahun kedepan SNKI akan menjadi organisasi legal yang tertata. Pembenahan manajemen organisasi secara multak harus dilakukan agar mampu menjadi wadah yang memadai untuk mengelola keris yang sudah diakui badan pendidikan dan sosial budaya PBB, UNESCO, sebagai warisan dunia tersebut.
"Pemerintah harus lebih berperan aktif turut melestarikan keris sebagai ikon wisata. Peran aktif pemerintah selama ini memang perlu dihargai sehingga mampu mengangkat keris sebagai warisan dunia, namun mestinya masih bisa ditingkatkan lagi," katanya pada wartawan.
Keris adalah mahakarya Indonesia. Filosofis keris yang mengajarkan sifat ksatria, keluhuran budi dan keberanian, masih sangat relevan diterapkan dalam kehidupan berbangsa saat ini. Termasuk menyatukan berbagai budaya tanpa menghilangkan identitas budaya tersebut. Sama seperti yang diajarkan Kyai Condong Campur, ratusan tahun lalu.
Salam Djimodji
Prabu Kertanegara tahu hal ini. Raja Singosari ini juga tahu akibatnya jika menolak permintaan Kubilai Khan. Tapi dia tahu kedaulatan dan harga diri memang harus dijaga dengan darah dan nyawa. Seluruh pendopo pun hening, terdiam menunggu keputusan sang raja.
Raja gagah keturunan Ken Arok itu berjalan mendekati utusan Mongol yang sombong. Mereka jumawa, merasa tidak pernah terkalahkan di kolong langit.
Dengan ringan, Kertanegara mencabut keris pusaka Singosari dari warangkanya. Lebih cepat dari kilat, keris itu menebas telinga Meng Ki, salah satu utusan Negeri Mongol. Ini jawaban Kertanegara atas penghinaan Mongol.
Tanpa bicara, kerisnya sudah bicara. Singosari menolak tunduk pada Mongol. Rakyat Singosari tidak gentar pada tentara Mongol yang katanya tidak terkalahkan. Silakan datang, maka seluruh ksatria Singosari akan melawan.
Siapa sangka jika adegan di abad ke-13 itu turut menentukan alur berdirinya bangsa Indonesia. Jika saat itu, Kertanegara memilih tetap menyarungkan kerisnya, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Mungkin Majapahit sebagai penerus Singosari tidak akan pernah berdiri. Tidak akan ada kisah Hayam Wuruk serta Gajah Mada dan Sumpah Palapa. Tapi hari itu adalah takdir, sudah menjadi keinginan yang Kuasa Kertanegara mencabut kerisnya.
Sama seperti filosofi keris. Baik bilah lurus atau luk, semuanya memiliki ujung tajam yang mengarah ke atas. Melambangkan semua kehidupan ini mengarah pada satu tujuan akhir, takdir dan akhirat.
Keris pada masanya adalah pelengkap kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Jawa, keris digunakan di seluruh Nusantara. Di Bali, Kalimantan, Sumatera, hingga Sulawesi. Sehingga salah jika mengidentikan keris dengan budaya Jawa.
Keris adalah budaya Nusantara. Keris sama tuanya dengan kebudayaan logam di Nusantara. Tahun 1416, Ma Huan salah satu anggota ekspedisi Cheng Ho menyebutkan dalam catatannya, orang-orang Majapahit selalu mengenakan belati yang diselipkan pada ikat pinggang. Ma Huan cukup kagum dengan belati khas Jawa yang diketahui sebagai Keris. Dalam catatannya dia menjelaskan belati itu ditempa dengan baik dan diukir dengan indah. Hal ini menunjukan saat itu, para pandai besi di Indonesia sudah memiliki kemampuan yang tinggi.
Kisah lain diceritakan oleh seorang penjelajah Portugis, Tome Pires, pada abad ke-16. Dia menuliskan keris digunakan oleh setiap pria di Pulau Jawa. Tidak peduli miskin atau kaya, mereka pasti memiliki sekurangnya sebilah keris.
"Setiap laki-laki di Jawa, tidak peduli kaya atau miskin, harus memiliki sebilah keris di rumahnya. Tidak ada satu pun laki-laki berusia antara 12 dan 80 tahun bepergian tanpa sebilah keris di sabuknya. Keris diletakkan di punggung, seperti belati di Portugal," tulis Pires.
Keris untuk masyarakat kebanyakan mungkin ditempa dari besi atau baja biasa. Tapi bagi para ksatria dan bangsawan, hanya logam terbaik yang dicampur untuk bahan dasarnya. Diketahui ada beberapa keris yang dibuat dari batu meteorit yang memiliki kandungan titanium yang tinggi, di samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga.
Para ksatria dan bangsawan hanya memesan keris dari pandai besi yang dipanggil empu. Hanya empu terbaik yang mampu menghasilkan keris terbaik. Saat itu membentuk sebongkah logam menjadi keris tidak hanya melibatkan bara dan palu, tapi jiwa dan semangat. Pembuatannya pun bukan dalam hitungan minggu, tetapi tahunan.
Siapa yang tidak kenal dengan kisah Empu Gandring dan keris pesanan Ken Arok. Keris itu pula yang menjadi alat pembantu berdirinya dinasti Rajasa, yang menurunkan silsilah raja-raja Jawa. Sejarah mencatat, hidup para pelaku dinasti ini harus berakhir tragis di ujung keris yang sama.
Keris secara garis besar terdiri dari bilah atau daun keris. Ini adalah bagian paling penting dari sebuah keris. Selain itu ada hulu atau pegangan, ganja atau penopang dan warangka atau sarung keris. Bentuk bilah atau dhapur keris mencerminkan estetika dan identitas keris itu. Bilah keris terbagi dua, yang lurus atau berkelok atau luk. Luk selalu berjumlah ganjil, tidak pernah genap. Paling sedikit ada tiga lekukan, paling banyak 13 lekukan. Jika lebih atau kurang dari itu dianggap tidak lazim.
Sedangkan hulu dan warangka biasanya terbuat dari kayu, logam atau gading. Seringkali dihias dengan logam mulia dan batu berharga, sesuai tingkat sosial pemiliknya. Sama seperti bilah, kedua bagian ini juga sering dihias indah.
Keris yang dibuat untuk kalangan keraton seringkali ditambahi gelar Kyai. Biasanya ada kondisi tertentu yang melatarbelakangi pembuatan sebuah keris di keraton. Tidak hanya ancaman peperangan, kondisi sosial politik pada masa itu juga bisa dijadikan acuan pembuatan keris. Latar belakang seperti ini dinamakan tangguh keris. Ada juga keris yang sejak awal pembuatannya menyiratkan keberuntungan atau kesialan bagi pemiliknya.
Kyai Condong Campur misalnya, sebuah keris pusaka milik keraton Majapahit. Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan masyarakat Majapahit yang heterogen. Seperti diketahui, Majapahit saat itu menguasai seluruh Nusantara dengan banyak kerajaan kecil dan suku-suku di bawahnya. Muncullah keinginan untuk menyatukan berbagai perbedaan ini.
Ada lagi kisah Keris bernama Keris Kyai Setan Kober. Sejak awal keris pusaka ini diramalkan akan membawa kesialan dan petaka bagi pemiliknya. Keris ini milik Arya Penangsang atau Arya Jipang, bupati Jipang Panolan yang dikenal sakti madraguna. Dialah yang membunuh Sultan Prawoto, penguasa terakhir Kesultanan Demak tahun 1549.
Arya Jipang lalu bertempur dengan Danang Sutawijaya, yang kelak menjadi Sultan Mataram yang pertama. Saat itu pertempuran berjalan sengit. Tombak Sutawijaya berhasil melukai perut Arya Jipang, hingga ususnya terburai. Tapi Arya Jipang masih melawan, ususnya yang keluar dari perut, dibelitkannya ke warangka keris pusaka miliknya. Arya Jipang terus memberikan perlawanan sengit. Namun saat mencabut keris Kyai Setan Kober, keris ini malah menyobek ususnya sendiri.
Sutawijaya kagum dengan keperkasaan Arya Jipang. Untuk menghormati lawannya itu, Sutawijaya membelitkan melati pada warangka kerisnya. Melati melambangkan usus Arya Jipang yang terburai. Gaya busana itu masih digunakan hingga kini, setiap pengantin Jawa merangkaikan melati pada kerisnya. Ini sebenarnya diilhami dari kematian Arya Jipang yang tewas karena kerisnya sendiri.
Keris pun digunakan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Pangerang Diponegoro memiliki beberapa keris pusaka. Salah satunya adalah Kyai Omyang. Keris ini memiliki 21 luk atau lekukan, dipercaya merupakan peninggalan zaman Majapahit. Kini keris tesebut ditaruh di Museum Sasana Wiratama, Yogyakarta.
Cerita kedigjayaan para ksatria dengan kerisnya memang tinggal masa lalu. Senapan dan mesiu menggantikan fungsi keris sebagai senjata. Ilmu kanarugan dan silat, perlahan terkikis bela diri dari luar negeri semacam krav maga dan yongmodo. Tapi bukan berarti keris punah.
Fungsi budaya keris sebagai mahakarya budaya Indonesia terus hidup. Kini keris sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Korps Marinir TNI AL memasukan keris dalam logo pasukan baret ungu tersebut. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tupoksi pasukan Marinir untuk melakukan penyerbuan amphibi dari laut. Beberapa kesatuan TNI yang lain juga melakukan hal yang sama.
"Keris dan ombak melambangkan Marinir adalah penusuk dari laut," ujar Komandan Korp Marinir saat itu, Mayjen Djunaidi Djahri di Mabes AL, Cilangkap.
Keris masih digunakan sebagai pelengkap busana tradisional. Dalam busana pengantin Jawa, pengantin laki-laki didandani seperti bangsawan, lengkap dengan keris di punggungnya.
Di kalangan budayawan dan kolektor, keris-keris pusaka masih terus diburu. Harganya mencapai puluhan juta, hingga ratusan juta. Semakin baik dan semakin tua keris, harganya tentu makin mahal. Namun harga bukan masalah bagi para kolektor ini. Mendapatkan keris yang baik lebih tak ternilai harganya.
Fadli Zon salah satunya. Politisi dan budayawan ini mengoleksi ratusan keris dan barang-barang kuno lainnya. Ratusan keris itu tersimpan rapi di Fadli Zon Library di bilangan Benhil, Jakarta Pusat. Koleksi kerisnya berasal dari seluruh Nusantara, mulai keris Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur ada di sini. Beberapa keris sudah berusia ratusan tahun. Harganya? Mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
"Ini warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Keris ada di seluruh Nusantara. Ini merupakan budaya bangsa," kata Ketua Iluni Fakultas Ilmu Budaya UI ini saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Bulan Juni 2010 lalu, pameran "Keris for the World" digelar di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Pameran ini cukup sukses mengumpulkan keris-keris dari seantero Nusantara. Pengunjung pameran juga cukup ramai, bukan hanya kolektor dan budayawan, tetapi juga masyarakat umum. Ke depan tentu saja, pameran serupa perlu digelar kembali untuk semakin memperkenalkan akar budaya Indonesia ini pada masyarakat Indonesia.
Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) juga baru saja menyelesaikan Kongres pertama di Hotel Kusuma Sahid, Solo, Kamis (21/4/2011) lalu. Mantan Menakertrans, Erman Suparno, terpilih sebagai Ketua Umum SNKI. Erman menjanjikan selama lima tahun kedepan SNKI akan menjadi organisasi legal yang tertata. Pembenahan manajemen organisasi secara multak harus dilakukan agar mampu menjadi wadah yang memadai untuk mengelola keris yang sudah diakui badan pendidikan dan sosial budaya PBB, UNESCO, sebagai warisan dunia tersebut.
"Pemerintah harus lebih berperan aktif turut melestarikan keris sebagai ikon wisata. Peran aktif pemerintah selama ini memang perlu dihargai sehingga mampu mengangkat keris sebagai warisan dunia, namun mestinya masih bisa ditingkatkan lagi," katanya pada wartawan.
Keris adalah mahakarya Indonesia. Filosofis keris yang mengajarkan sifat ksatria, keluhuran budi dan keberanian, masih sangat relevan diterapkan dalam kehidupan berbangsa saat ini. Termasuk menyatukan berbagai budaya tanpa menghilangkan identitas budaya tersebut. Sama seperti yang diajarkan Kyai Condong Campur, ratusan tahun lalu.
Salam Djimodji
Langganan:
Postingan (Atom)