Selasa, 17 Mei 2011
Kiswah Ka'bah
Sejak zaman Nabi Isma'il as, Ka'bah sudah diberi penutup dari luar yang disebut Kiswah atau selubung. Tiap tahun, kiswah ini diganti, yaitu pada waktu ibadah haji akan dimulai. Ketika seluruh jamaah berwukuf di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, pada saat itulah bangunan Ka'bah benar-benar akan terbuka, dan pada saat Idul Adha yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, Ka'bah pun akan berkiswah baru.
Kiswah terdiri dari lima potong, yaitu empat potong membungkus sisi-sisi Ka'bah, dan sepotong lagi menutupi pintu Ka'bah. Sepertiga bagian atas terdapat sabuk kiswah bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Untuk menutupi tinggi Ka'bah yang mencapai 14 meter dengan panjang dan lebar sisinya 11,28 m hingga 12,84 m, kiswah memerlukan bahan kain sutera asli sepanjang 658 meter persegi yang terdiri dari 47 bahan kain panjang, dengan ukuran setiap bahan 14 m dan lebar 1 m, total berat kiswah yang merupakan kebanggaan umat Islam di seluruh dunia ini adalah 670 kg.
Sempat Terbakar
Sejak masa Rasulullah saw ketika memasuki Mekah pada tahun ke delapan Hijriyah atau tahun al-Fath, Ka'bah sudah berselubung yang disebut kiswah. Selubung di Ka'bah tersebut dibiarkan saja tanpa diganti, hingga terjadilah peristiwa terbakarnya kiswah oleh seorang perempuan yang sedang membuat harum-haruman di sekitar Ka'bah. Melihat ini Nabi Muhammad memerintahkan mengganti kiswah dari Yaman. Maka dicatat dalam sejarah kiswah, bahwa yang pertama kali menyiapkan adalah As'ad Ab Karb al Humairi.
Sejak perintah Rasulullah saw itu mulailah hal ini diikuti oleh para Khalifah setelah beliau. Mulai dari Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab sampai Usman bin Affan. Sementara Khalifah Ali bin Abi Thalib, selama pemerintahannya tidak sempat memberikan kiswah untuk Ka'bah, akibat kesibukannya dalam berperang.
Lucunya penempatan kiswah ini pada masa khalifah dan raja-raja dengan saling tutup menutupi, sehingga kiswah tampak bertumpukan. Lalu pada masa Khalifah Al-Mahdi dari Dinasti Abbas, dikeluarkanlah perintah untuk memasang kiswah satu saja. Hal inilah yang terus berlangsung hingga kini, sehingga meskipun setiap tahun Ka'bah mendapat kiswah baru, kiswah lama pun diangkat.
Awalnya dari Mesir
Ketika negeri Hijaz sudah bergabung dengan daerah-daerah kekuasaan Raja Abdul Aziz Al Saud, pembuatan kiswah Ka'bah masih ditangani oleh Pemerintah Mesir yang tiap tahun dikirim dari Sinai dengan diantar oleh satu rombongan khusus.
Kiswah Ka'bah yang dikirim dari Mesir itu bukan dari dana pemerintah, tetapi dananya diambilkan dari penghasilan wakaf yang khusus untuk menangani kelambu Ka'bah. Wakaf-wakaf itu berasal dari seorang Raja Mesir yang shaleh bernama Ismail bin Klawun. Beliau ini membeli 3 desa, kemudian diwakafkan khusus untuk menangani pembuatan dan pengiriman kiswah. Kemudian Sultan Salim Al Usmani, membeli 7 desa untuk diwakafkan dengan tujuan yang sama.
Tetapi pada saat Mesir di bawah kekuasaan Mohammad Ali Basya dibuatlah satu jawatan pemerintah untuk urusan kelambu Ka'bah. Pergolakan politik saat itu menyebabkan pembuatan kelambu Ka'bah menjadi bahan tawar-menawar. Sehingga pada suatu saat tiba-tiba Pemerintah Mesir tidak mengirim kiswah ke Mekah, sesaat sebelum tiba waktunya kiswah diganti. Kejadian ini cukup mengejutkan tokoh-tokoh masyarakat Mekah. Mereka kemudian segera memberitahukan hal itu kepada Raja Abdul Aziz Al Saud. Sekaligus menjelaskan tentang adanya satu kiswah Ka'bah lengkap, yang belum pernah dipakai. kiswah tersebut adalah buatan Irak, yang kemudian segera dikeluarkan dari gudang untuk dipasang di Ka'bah.
Langkah cepat memasang kelambu Ka'bah simpanan itu, mengherankan Pemerintah Mesir. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu sepuluh hari saja Raja Abdul Aziz bisa menyiapkan kelambu Ka'bah dan langsung dipasang? Keheranan itu bisa terjadi karena Pemerintah Mesir tidak mengetahui bahwa dengan taufik Allah jualah hal itu bisa terjadi.
Berupaya Membuat Sendiri
Adanya peristiwa ini membuat Raja Abdul Aziz memutuskan untuk mendirikan pabrik kiswah Ka'bah di Mekah. Saat pemerintah Kerajaan Arab Saudi mempersiapkan pembangunan pabrik kiswah, Raja Abdul Aziz mendapat berita bahwa Pemerintah Mesir bermaksud mengirimkan kembali kiswah Ka'bah. Tetapi berita itu tidak menghalangi Raja Abdul Aziz untuk melanjutkan niatnya membangun pabrik kelambu Ka'bah di Mekah.
Pada tahun 1344 H (1925 M), secara jelas Pemerintah Mesir melarang pengiriman kelambu Ka'bah ke Mekah. Maka Raja Abdul Aziz dengan segera bereaksi dengan mengumpulkan tukang-tukang tenun, penjahit dan ahli kaligrafi serta ahli celup. Alhamdulillah meski baru untuk pertama kalinya, dalam tempo beberapa hari saja kelambu Ka'bah yang terbuat dari kain tebal berkualitas tinggi, dihias dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang indah terbuat dari benang perak berlapis emas, bisa diproduksi. Produksi yang pertama kali itu dikerjakan siang malam selama satu minggu.
Kerapian dan kecepatan kerja itu membuat Raja Abdul Aziz memberi imbalan yang sangat menggembirakan kepada para petugas pabrik. Tepat pada tanggal 10 Zulhijjah, kiswah pertama buatan saudi itu dipasang di Ka'bah Al Musyarafah, dengan tulisan, "Kelambu ini yang pertama kali dibuat di Arab Saudi atas perintah Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Saud". Kain kiswah ini terbuat dari sutra yang dicelup warna hitam, dihias dengan kaligrafi indah karya anak negeri bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Beberapa tahun kemudian pembuatan kelambu Ka'bah sepenuhnya dibuat oleh tenaga-tenaga ahli anak negeri Arab Saudi. Terlebih pada tahun 1392 H (1972 M), Raja Fahd bin Abdul Aziz Khadimul Haramain Asy-Syarifain telah meletakkan batu pertama pembangunan pabrik baru untuk pembuatan kelambu Ka'bah. Saat itu beliau menjabat Wakil II Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam Negeri. Pembangunan pabrik baru kelambu Ka'bah itu diselesaikan pada tahun 1395 H (1975 M).
Sesudah lewat masa percobaan dan berhasil memproduksi dengan baik, maka pada tanggal 7 Rabiul Awal 1397 H bertepatan dengan tanggal 26 Maret 1977, pabrik kelambu Ka'bah yang baru itu diresmikan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang pada saat itu menjabat sebagai Putra Mahkota merangkap Wakil I Perdana Menteri.
Enam Bulan per Kiswah
Sejak itulah kiswah Ka'bah Al Musyarrafah diproduksi sendiri oleh tenaga-tenaga anak negeri, di negeri Saudi dan oleh pabrik Saudi sendiri. Pabrik ini hanya memproduksi satu kiswah Ka'bah setiap tahun, sebab kiswah yang membutuhkan emas sebanyak 120 kg dan perak dalam jumlah yang sama ini, proses pembuatannya memakan waktu sekitar 6 bulan. Mulai dari pemintalan benang, pewarnaan kain, pemberian motif, pengisian kapas pada huruf agar menimbulkan kesan timbul, sampai menyulam dan menjahitnya. Karena itu tak heran yang terlibat dalam urusan kiswah ini hanya laki-laki.
Menurut Pak Badri, yang menjadi guide NooR, ada dua alasan mengapa hanya tenaga laki-laki yang dilibatkan. Pertama sejak dari dulu yang mengerjakannya memang laki-laki dan kedua karena pengerjaan oleh laki-laki membuat prosesnya tidak terganggu jeda waktu akibat adanya masalah haid. "Dengan kondisi seperti ini pun, dalam satu hari hanya dapat diselesaikan sekitar 45 m", tambah Pak Badri.
Pengerjaan kiswah yang menghabiskan dana sebesar 13.000 real ini memang memerlukan ketelitian dan kerapihan luar biasa. Sehingga hasilnya selalu merupakan sebuah adikarya yang bukan saja menambah keindahan dan keagungan Ka'bah, tetapi juga menjadi kebanggaan umat Islam di seluruh dunia. Alhamdulillah, pemerintah Arab Saudi berkenan membagi bagian dari kiswah yang sudah tidak dipakai lagi, sebagai cindera mata. Sehingga banyak negara yang memiliki kesempatan untuk memamerkannya kepada warga negara mereka yang belum sempat datang ke Mekah untuk melihat kiswah secara langsung.
Salam DJIMODJI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar