Sabtu, 21 Mei 2011

Tentang Sultan Bintoro Demak

Membahas tentang sejarah kadang-kadang terlalu pahit untuk ditelan dan terlalu pedas untuk dirasakan, apalagi membahas sejarah di mana kala itu masalah tulis menulis belum mendapat perhatian, sungguh sulit untuk merasakan, apalagi untuk menentukan letak, tahun sungguh sulit sekali untuk mencari tahu. Sejarah berdirinya suatu kerajaan adalah cermin kaca benggal yang pernah memuat berbagai fakta yang terjadi pada masa silam. Segala sesuatu yang telah tergores dalam kaca sejarah tak lagi dapat terhapus. Orang boleh bilang apa saja, namun kenyataanlah yang selalu dipercaya. Orang yang senang dan apalagi ada pesan politik di dalamnya pasti selalu menyanjungnya, bahkan mungkin mengkultuskanya, namun yang tidak senang pasti akan berusaha untuk menghapuskanya dan akhirnya melupakannya. Namun bagaimanapun juga tindakan semua itu tidak akn mampu untuk melenyapkan kebenaran sejarah. Orang bisa saja membuta berbagia macam tafsir, namun kenyataaan sejarah yang ditafsirkan tidak akan berubah.

Begitu pula sejarah kejayaan Kesultanan Demak terlalu banyak menyimpan fakta sejarah yang menarik untuk di ungkit kembali. Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Demak bukan hanya menjadi romantisme sejarah dari perlihan peradaban HIndu-Jawa ke Islam, namun juga merupakan bukti sejarah tentang pergulatan politik yang terjadi ditengah Islamisasi pada masanya. Secara jujur jika diamati Demak memiliki banyak sejarah yang telah ilang, karena jalanya sejarah banyak yang tak tertulis.

Pertama : Ada berbagai fersi mengenal kapan kerajaan itu berdiri. Ada yang menyebut tahun 1478 M, yang mengacu pada cadasengkala, Sirna Ilang Kertaning Bhumi . Tahun Caka 1400 ( Sirna=0, Ilang=0, Kertaning=4, Bhumi=1 ). Tapi ada juga yang mengacu pada sinengkalan, Geni Mati Siniram Janmi, Tahun Caka 1403 yang berarti tahun 1481 M, bahkan menurut Tim Peneliti Sejarah berdirinya kota Demak, Raden Fattah dinobatkan sebagai sultan Demak yaitu pada tanggal 12 Robiul awal tahun Caka 1425 (28 Maret 1503 M) setiap tanggal tersebut selalu diperingati sebagia hari jadi kota Demak.

Kedua : Sejauh ini belum diketahui secara pasti letak bekas keraton Demak. Banyak sejarahwan yang datang untuk meneliti dan mencari tahu keberadaan keraton, nmun hingga kini lokasi keraton itu masih misteri, mungkin keraton Demak dulunya memang tidak ada atau mungkin keraton telah di hancurkan oleh lawan-lawanya.

Kesulitan melacak keberadaan keraton, dimungkinkan karena masa pemerintahan kerajaan Demak tak berumur panjang, yakni hanya tiga generasi saja. Sultan Fattah memerintah tahun 1478 M – 1518M, Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) hanya memrintah selama tiga tahun yaitu 1518 M – 1521M. Dilanjutkan Sultan Trenggono memrintah tahun 1521M – 1546M, yang sekaligus menjadi sultan terakhir di kesultanan Demak. Setelah itu terjadilah perebutan kekuasaan antar keluarga antara Aryo Penangsang dan Jaka Tingkit yang akhirnya di mengkan oleh Jaka Tingkir. Kemudian pusat pemerintahan kerajaan ke Pajang (dekat Solo) di perintah oleh Sultan Hadi Wijaya (Jaka Tingkir) sejak saat itu era kerajaan Demak praktis telah berakhir, dengan meningglkan banyak catatan sejarah yang hilang.




Salam Djimodji

1 komentar:

  1. Masjid sebagai pusat peribadatan dan kemasyarakatan (perwujudan dari habluminallah dan habluminannas) melekat dalam konsep Islam. Bisa jadi pusat kerajaan Demak atau keraton berpusat di masjid Demak itu, kecuali rumah tinggal raja, para wali songo, serta pejabat2 lainnya. Wallahualam^^

    BalasHapus