Senin, 05 Juli 2010
Jalan Cepat, Resep Praktis Menghindar Dari Stroke
Berjalan adalah salah satu aktivitas sehari-hari yang tampak biasa. Padahal, berjalan merupakan salah satu cara untuk menghindari serangan stroke yang mematikan, terutama bagi kaum hawa. Demikian sebuah penelitian mengungkap.
Wanita yang mengatakan mereka berjalan cepat, memiliki risiko 37 persen lebih rendah mengalami stroke dibandingkan yang tidak berjalan. Wanita yang melaporkan berjalan minimal dua jam setiap minggu dengan kecepatan bervariasi berhasil menekan risiko stroke hingga 30 persen, ujar studi yang dipublikasikan secara online pada jurnal stroke American Heart Association.
Sementara, aktivitas fisik menurunkan risiko stroke, studi lainnya memfokuskan untuk meneliti latihan jenis apa yang mungkin paling bermanfaat untuk wanita. “Penelitian itu benar-benar mengungkap, berjalan dengan waktu tertentu dan khususnya berjalan cepat,” ujar pemimpin studi dari Harvard School of Public Health di Boston, AS.
Yang dimaksud dengan berjalan cepat ialah ketika seseorang berjalan, maka ia masih mampu berbicara. “Namun, tidak bernyanyi,” tambahnya.
Penelitian itu melibatkan 39.000 wanita pekerja dalam kondisi sehat berusia 45 tahun atau lebih tua. Mereka ditanyakan secara berkala mengenai aktivitas fisik. Selama 12 tahun, sebanyak 579 wanita terkena stroke.
Selain berjalan, peneliti juga mengamati aktivitas seperti berlari, berenang dan bersepeda. Namun, para peneliti tidak menemukan kaitan antara kegiatan tersebut dengan mengurangi risiko stroke.
Peneliti mengatakan, mungkin jumlah partisipan tidak mencukupi untuk mengetahui perbedaannya. Atau, mngkin juga, aktivitas dalam tahap sedang, lebih efektif menurunkan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor utama dari stroke.
“Saya pikir yang sangat menggugah adalah aktivitas tahap sedang dapat efektif mengurangi stroke,” ujar Dr. Anand Rohatgi, seorang Kardiolog dari University of Texas Medical Center di Dallas.
Selain tekanan darah tinggi, faktor risiko dari stroke antara lain penyakit jantung, diabetes tipe 2 dan obesitas. “Hal-hal yang terkait langsung dengan stroke dapat diperbaiki dengan aktivitas fisik. Semuanya akan berhubungan,” terangnya.
Dr. Tracy Steben, Direktur Saint Luke’s Muriel I. Kauffman Women’s Heart Center di Kansas mengatakan, studi itu dapat membantu masyarakat untuk melihat manfaat olahraga untuk menstabilkan tekanan darah. “Memang membutuhkan kerja keras, namun bukan berarti harus dilakukan dengan mahal,” katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar