Kamis, 01 Juli 2010
Praktik Perdukunan, Dari Mistik Sampai Intrik
DUKUN atau yang sering juga disebut dengan 'orang pinter', adalah suatu profesi yang tidak asing kedengarannya di telinga kita, atau di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya. Walaupun nama atau istilahnya berbeda antar satu daerah dengan yang lainnya. Dukun adalah profesi yang sangat popular dan memasyarakat, keterlibatan mereka dalam kehidupan masyarakat kita selama ini sangat kuat.
Bagi orang yang belum pernah berinteraksi dengan dukun secara langsung, atau minta bantuannya dan memamanfaatkan jasanya, tentu pernah mendengar profesi perdukunan ini dari radio atau dari mulut ke mulut. Membaca iklan dan praktiknya di majalah, tabloid, koran atau buku-buku. Atau pernah melihat sosok di antara dukun yang bertebaran dalam tayangan layar kaca atau televisi. Mereka memang akrab dengan rakyat, dan juga sebagian besar pejabat.
Bagi orang yang pernah berurusan dengan dukun, sudah pasti akan tahu lebih banyak, tidak hanya namanya atau tempat praktiknya, mereka juga paham spesialisasi dan keahlian yang dimiliki dukun kesayangannya.
Dan bagi orang yang pernah berurusan dengan dukun, sudah pasti akan tahu lebih banyak, tidak hanya namanya atau tempat praktiknya, tapi juga mereka juga paham spesialisasi dan keahlian yang dimiliki dukun kesayangannya.
Selama ini memang ada kelompok masyarakat yang merasa sangat terbantu atau diuntungkan dengan adanya praktik perdukunan. Ada yang merasa sakitnya telah tersembuhkan setelah berobat ke si dukun. Ada yang merasa masalahnya telah terselesaikan (bablas) setelah konsultasi dengan dukun. Dan ada juga yang merasa usahanya telah berhasil, cita dan cintanya telah tercapai, dendamnya terhadap seseorang telah terbalaskan, sakit hatinya terobati, setelah mereka keluar dari ruang praktik si dukun.
Tapi banyak juga yang kecewa. Karena sakit yang diderita tak kunjung sembuh, bisnis yang dirintis tak kunjung laris, problematika yang mengusutkan pikiran tak juga terselesaikan, cita dan cinta tak juga kesampaian, dendam kesumat dan sakit hati tak juga terbalaskan, dan lain-lainnya.
Bahkan malah sebaliknya. Sakit yang diderita semakin parah, bisnisnya makin terpuruk atau bangkrut, problema-tikanya makin ruwet. Padahal mereka telah membayar dukun dengan harga mahal, jutaan bahkan milyaran rupiah telah amblas. Berbagai macam tumbal dan sesajen sudah dipersembahkan, beragam syarat yang diminta telah dipenuhi. Ada korban perdukunan yang dikuras hartanya, direnggut kegadisan dan kehormatannya, diteror, diancam atau dibunuh. Materi dihabiskan, akidah dan tauhid digadaikan. Sungguh menyakit-kan dan menyedihkan.
Walaupun begitu, mereka tidak kapok juga. Kalau pun ada yang sadar lalu bertaubat, itu hanya sedikit dari sekian banyak prosen korban yang berjatuhan. Naifnya, orang lain yang tidak pernah jadi korban dukun, atau belum menjadi korbannya, tidak juga mengambil pelajaran dari tindakan kriminal dan penipuan yang berkedok perdukunan dan telah banyak diungkap di media massa. Kalau mereka punya masalah yang ruwet dan menurutnya tidak bisa diselesaikan dengan akal sehat, dukunlah yang menjadi alternatif pilihannya.
Praktik Perdukunan yang Berbau Mistik
Selama ini praktik perdukunan selalu diidentikkan dengan mistik dan klenik, ruangan yang diselimuti bau kemenyan, dihiasi berupa-rupa kembang dan sesajen, dilumuri darah tumbal dan sesembahan, dilengkapi berbagai macam jimat dan benda pusaka, dinaungi kekuatan jin dan syetan, diterangi dengan cahaya temaram atau cenderung pada kegelapan, suasana yang mencekam dan mengerikan.
Yang pernah dilakukan Gus Wachid misalnya. Banyak ilmu 'karomah' dan tenaga dalam yang ia pelajari agar bisa menjadi 'orang hebat'. Wirid, lelaku, tirakat, melakukan 'amalan' dari guru-gurunya. Sampai akhirnya ada jin yang ikut dengannya. Banyak keanehan yang dimilikinya dan sarat mistik. Walaupun tidak sengaja ia membuka praktik perdukunan, tapi pasiennya cukup banyak jumlahnya. Bahkan di antara mereka ada yang berasal dari kalangan terpelajar, orang akademik yang kualitas IQ-nya tidak jongkok. Dia sendiri termasuk orang terpelajar, punya gelar akademik yang diperoleh dari sebuah perguruan agama yang cukup terkenal di kota kelahirannya. Dan jin pun berhasil memperdayanya.
Begitu juga masa lalu KH. Ahmad Muhammad Suhaimiy. Awalnya ia tidak tahu bahwa jimat dan rajah apapun bentuknya, Islam melarang keras penyebarannya. Apalagi kalau diperjual belikan, hasil jual beli itu tentunya haram. Sebagaimana uang hasil perdukunan, adalah uang panas dan haram digunakan. Rasulullah bersabda, "Abu Mas'ud al-Anshari berkata, "Rasulullah melarang hasil penjualan anjing, dan tips pelacur serta hasil praktik perdukunan." (HR. Tirmidzi dan dinyatakan hadits hasan shahih). Obsesinya untuk membangun pondok pesantren dari hasil praktik perdukunan kandas di jalan. Bahkan jin telah mempermainkan dan mengelabuinya. Hingga akhirnya ia mendapatkan hidayah, menyadari kesalahannya lalu bertaubat kepada Allah SWT .
Sungguh merupakan pilihan yang patut kita contoh. Dia berhenti dari praktik perdukunan bukan karena tidak laku lagi. Tapi atas dasar ilmu dan pemahaman, sehingga siap menanggung segala resiko.
Yang lebih mistik adalah cerita Mas Tito. Benar-benar sarat mistik. Jin mengelabuinya dengan berubah wujud menjadi kakeknya, lalu mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian. Jin juga memperdayanya dengan berubah menjadi benda pusaka. Mantra yang diwirid bisa membuatnya berubah laksana Cicak, merayap di tembok tanpa peralatan pendakian. Orang-orang di sekitarnya terkagum-kagum saat melihat kemampuannya. Dukun-dukun lain pun tunduk dan patuh kepadanya, karena merasa kalah ilmu. Jin yang membantu Mas Tito lebih kuat daripada jin yang mereka miliki. Namun di tengah popularitasnya yang melambung, kekuatan ilmu mistiknya yang dianggap tanpa landing. Ternyata ia sendiri tidak bisa memenuhi keinginannya. Daftar sebagai angkatan atau prajurit negara selalu gagal. Ya, memang jin tidak mempunyai kekuatan yang mutlak. Mereka ada dalam kekuasaan Allah SWT, maka seharusnya kita tidak menyekutukan Allah apalagi dengan jin.
Sebenarnya kasus yang hampir sama dengan Tito adalah kasus Mona. Keduanya ada unsur titisan. Syetan yang telah menjerumuskan kakeknya tidak puas, anak cucunya pun jadi obyek sasarannya. Berbagai macam ritual harus ia jalani untuk memenuhi hasrat si kakek, menjadi dukun hebat. Kalau Tito merasa ada tombak yang menembus dadanya, sedangkan Mona merasa keris yang baru diterima dari seseorang menembus dadanya. Mungkin yang masuk itu adalah jin. Dengan bantuan jin itu, akhirnya Mona bisa melakukan pengobatan dan perdukunan. Bahkan ia terkenal sebagai dukun spesialis pelet, perjudian dan penglaris.
Pengembaraan mistik yang ia jalani ke pantai selatan. Kejadian aneh dan spektakuler yang dialaminya, baru ia sadari bahwa itu adalah tipuan syetan setelah dia berinteraksi dengan Ghoib Ruqyah Syar’iyyah. Ulah jin dalam dirinya semakin jelas, setelah ia menjalani ruqyah syar'iyyah. Kejadian ini membuktikan, bahwa klenik dan mistik memang tidak bisa dikikis dengan kecanggihan teknologi, atau pudar seiring dengan kemajuan zaman. Hanya dengan kembali mempelajari syari'at yang telah dikumpul dalam al-Qur'an dan al-Hadits, kita bisa selamat dari tipudaya syetan. Membekali diri dengan tauhid yang lurus adalah senjata yang ampuh.
Praktik perdukunan yang bau mistik dan klenik sudah ada sejak zaman dahulu. Mereka berkolaborasi dengan jin jahat, menjadi antek syetan dalam menyesatkan hamba-hamba Allah SWT. Sekilas kerjasama seperti itu sama-sama menguntungkan. Syetan diuntungkan dengan ketaatan dukun dalam menyebar kesyirikan dan menjerumuskan manusia beriman. Sedangkan dukun mendapat keuntungan duniawi. Paling tidak mereka mendapat popularitas, kebanggaan, ketenaran sebagai manusia 'sakti', dihormati dan dijunjung tinggi oleh para pasiennya.
Kerjasama dukun dengan jin telah diungkap oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya, "Aisyah berkata, "Rasulullah pernah ditanya sekelompok orang tentang para dukun. Rasulullah menjawab, 'Mereka itu tidak ada apa-apanya'. Orang-orang tersebut berkata, Terkadang mereka berkata tentang sesuatu (meramal), dan yang diomongkan itu ternyata benar'. Rasulullah SAW menjawab, 'Omongan yang benar itu dari Allah, dicuri oleh jin lalu dibisikkannya ke telinga walinya (dukun) dan dicampuraduk dengan seratus kebohongan'." (HR. Bukhari).
Praktik Perdukunan yang Sarat Intrik
Ternyata tidak semua seperti itu. Apalagi dengan kecanggihan teknologi dan kemajuan zaman. Semua cara bisa dimodifikasi atau direkayasa dan disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah Ghoib Ruqyah Syar’iyyah berinteraksi dengan sebagian dukun untuk menguak kedoknya, atau wawancara dengan mereka yang sudah bertaubat. Ternyata gambaran praktik perdukunan yang tersebut di atas, tidak semua benar. Artinya mereka tidak selalu lengket dengan mistik atau berbau klenik. Banyak di antara mereka dalam praktiknya penuh dengan rekayasa, penuh intrik (persekongkolan rahasia) dan dusta. Mereka hanya bondo nekat (bonek). Pandai bersilat lidah dan bermain kata-kata. Mereka lincah dalam membuat intrik dan tipu daya atau rekayasa.
Seperti yang telah diceritakan Andre. Dukun bermodal intrik, bukan mistik. Anak kecil dengan mata tertutup rapat bisa menebak warna baju orang yang di depannya. Orang yang diikat kuat, dimasukkan karung, dimasukkan peti dan digembok rapat, lalu bisa keluar dari belenggu-belenggu itu dengan cepat. Ternyata semua itu bukan mistik, tapi hanya intrik ada rumus tertentu yang bisa dipelajari siapa pun.
Keris bisa bersinar saat dipegang, baju disentuh bisa terbakar, dibacok golok atau senjata tajam tidak terluka, tangannya memegang dada orang lain, bisa keluar cahayanya. Itu hanyalah atraksi-atraksi, yang selama ini dikonotasikan sebagai hal yang spektakuler, dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang ilmu supranaturalnya tinggi, ahli linuwih, punya koneksi langsung dengan lelembut, dan tidak sembarang orang bisa melaku-kannya. Wal hasil, ternyata itu semua rekayasa dan jauh dari mistik, dan setiap orang bisa mempelajari, walau tanpa ritual aneh dan nyleneh.
Begitu juga yang diceritakan oleh Ipon. Walaupun pada awalnya, ia berusaha untuk mempelajari ilmu yang bernuansa mistik, toh akhirnya dia tertambat praktik perdukunan yang sarat intrik. Dengan trik khusus ia bisa menciptakan energi listrik yang bisa mengalir di tubuhnya, atau di tubuh orang lain yang ia pegang. Dengan intrik itu ia telah mengelabuhi pasien-pasiennya. la juga telah meng-KO dukun lainnya. Bahkan dengan intrik yang sama ia berhasil memperdaya dukun yang dulu pernah menjadi gurunya.
Apa yang dilakukan Andre dan Ipon dengan praktik perdukunan yang sarat intrik dan rekayasa, memang tidak menyeretnya kepada kesyirikan. Karena teknik praktiknya hanya rekayasa. Hanya saja keduanya telah melakukan kebohongan. Dan kebohongan itu sendiri juga termasuk dosa besar. Banyak orang yang terpeleset akidahnya, lebih mempercayai kemampuannya dan percaya penuh bahwa energi yang dimilikinya itu yang telah menyembuhkan penyakit yang diderita pasien.
Alhamdulillah, hidayah Allah SWT masuk ke hatinya, sehingga ia masih punya kesempatan untuk bertaubat. Keduanya pun menyesal, dan minta maaf kepada orang-orang yang pernah dikelabuinya. Sungguh merupakan keputusan yang berat, saat popularitas mencuat dan kehidupan ekonomi yang mulai terangkat. Lalu keduanya harus meninggalkan itu semua. Keduanya memilih kemulian yang sejati, bukan kemuliaan yang semu. Kemuliaan sejati itu hanya bisa diperoleh dengan menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya (Lihat QS. al-Hujurat: 13). Semoga langkah keduanya diikuti yang lainnya, yang masih rajin mengelabuhi orang lain dengan trik dan intrik. Dan orang-orang yang pernah dikelabuhinya pun mau memaafkan kekhilafannya.
Tipe dukun penipu atau hanya mengaku-ngaku dengan berbagai macam rekayasa biasa, tidak punya kekuatan mistik, yang dipraktikkan sarat dengan intrik. Begitulah pernyataan Gus Wachid. Dia sudah banyak survei dan membuktikan sendiri bahwa dalam kenyataan-nya, banyak dukun yang buka praktik hanya bermodal intrik. "Mereka itu tukang gedabrus (membual) dan goroh (dusta). Saya sudah sering mendatangi praktik dukun yang terkenal sakti di wilayah JawaTimur, tapi ternyata mereka tidak ada apa-apanya", tegas Gus Wachid kepada Ghoib Ruqyah Syar’iyyah.
Pada zaman dahulu, ada juga orang yang tidak bisa ilmu perdukunan lalu berpraktik dukun. la hanya menggunakan intrik sebagaimana kebanyakan dukun-dukun sekarang. Cerita itu tertulis dalam rentetan hadits yang telah dibukukan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya. Aisyah berkata, "Abu Bakar mempunyai seorang pembantu. Kalau ia datang dan membawa makanan untuknya, Abu Bakar ikut memakannya. Pada suatu hari ia membawa makanan, Abu Bakar pun memakannya.
Kemudian pembantu itu bertanya, 'Apakah kamu tahu, makanan apakah itu?" Abu Bakar balik bertanya, "Memangnya makanan apa?" Saya tadi melakukan praktik perdukunan pada seseorang seperti pada zaman Jahiliyyah, padahal sebenarnya saya bukanlah seorang dukun. Hanya saja saya melakukan intrik (membohonginya). Lalu orang tersebut menghampiriku dan memberiku makanan tadi, makanan yang sebagiannya telah kamu makan. Serta-merta Abu Bakar memasukkan jari tangannya ke (mulutnya), dan memuntahkan semua isi perutnya." (HR. Bukhari, hadits nomor 3554).
Kalau praktik mereka hanya intrik. Lalu darimana datangnya kesembuhan pasien-pasiennya? Inilah sebagai bukti nyata, bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah ig, bukan darj ruang dan bilik praktik para dukun. Mereka hanya berusaha, baik dengan praktik yang bau mistik atau hanya intrik.
Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk berusaha sebaik mungkin. Tidak melanggar syari'at. Dengan begitu, apabila dengan usaha itu sakit kita sembuh, maka kita akan mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan sembuh dan kebahagiaan karena usaha kita berpahala. Dan kalau belum sembuh, Allah if akan mengganti rasa sakit kita dengan dileburnya dosa-dosa kita dan dilipat gandakan pahala kita, karena kita sabar dalam menghadapi musibah yang diberikan-Nya.
Syetan tidak akan melepas-kan buruannya begitu saja. Ya, syetan tidak akan melepas orang-orang yang pernah bekerjasama atau terjerumus dalam perangkapnya begitu saja. Banyak pasien yang bercerita ke Ghoib Ruqyah Syar’iyyah seputar hambatan-hambatannya saat mau menjalankan terapi ruqyah syar'iyyah. Syetan berusaha untuk menghalangi dan menggagalkannya. Kasus yang dialami Ibu Nona misalnya. Sebetulnya sudah hampir setahun lamanya ia telah mengenal ruqyah, tapi selalu ada rintangan menghalanginya untuk berangkat dan menjalani terapi. Dan tembok penghalang taubat juga dibangun oleh kakeknya, karena dialah yang diproyeksikan untuk mewarisi 'ilmu' atau jinnya.
Rintangan sejenis juga dihadapi Mas Tito. Keluarga besarnya melarangnya untuk membuang ilmu mistik yang telah diwarisinya, mereka tidak ingin jin yang ada di tubuhnya diusir dengan ruqyah syar'iyyah. Dan sampai ketika ia menuturkan ceritanya pun, jin jahat itu sering hadir dalam mimpinya untuk mengajaknya kembali ke dunia semula. Semoga Allah SWT memberinya kekuatan untuk terus berada di jalan-Nya.
Gangguan saat menuju pertaubatan juga di alami Ipon. Saat ia mau berangkat ke Jakarta untuk diruqyah, ada bisikan-bisikan ghaib yang berusaha menggagalkannya. la ditakut-takuti syetan, bahwa murid dan pasiennya akan marah-marah. Tapi ia berhasil memenangkan pertarungan iman itu, alhamdulillah.
Yang lebih mistik lagi adalah bujukan syetan yang dialami KH. Ahmad Muhammad Suhaimiy. Saat ia mau meninggalkan praktik perdukunannya, jin jahat datang dan memberinya hadiah beberapa keping lempengan emas. Tidak hanya itu, ia juga disuap dengan cek yang nilainya US $ 1.000.000. Sungguh menggiurkan. Tapi itu hanya tipu daya jin saja. Dan cek itupun tidak bisa dicairkan.
Keimanan dan tawakkal kepada Allah it harus terus ditumbuhkan, agar kita tidak gamang dalam menapaki jalan yang benar, dan tidak silau oleh bujuk rayu syetan. Raja syetan (Iblis) telah bersumpah di hadapan Allah S, "Ya Tuhanku, karena Engkau telah menghu-kum saya sesat. Saya benar-benar akan (menghalang-ha-langi) mereka dari jalan Engkau yang lurus."(QS. al-A'raf: 16).
Faktor utama yang sering dijadikan syetan untuk menghalang-halangi para pelaku praktik berdukunan dari taubat adalah ekonomi atau materi. Syetan menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan dan kefakiran, apabila mereka menutup praktik perdukunan atau meninggalkannya. Seperti yang dialami Ipon dan Mona.
AI-Qur'an mengingatkan kita,"Syetan menjanjikan(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan. Sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadanya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah: 268)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar