Kamis, 01 Juli 2010

BAHAYA KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL


BANYAK perubahan yang terjadi saat hamil karena pengaruh hormon, seperti estrogen. Ibu hamil akan mengalami peningkatan pengeluaran cairan vagina lebih dari biasa. Orang awam biasa menyebutnya keputihan.

Keputihan atau dalam bahasa kedokterannya disebut fluor albus atau leukorre adalah cairan yang keluar dari vagina atau liang kemaluan secara berlebihan.

Nah, mengenai keputihan, dr Wulandari Eka Sari SpOG dari RSIA Budhi Jaya, Jakarta Selatan, memaparkan mitos dan faktanya.

- Mitos: Konsumsi makanan tertentu sering dituduh sebagai pemicu keputihan seperti ketimun dan nanas.

- Fakta: Keputihan bukan karena makanan tertentu, apalagi nanas kaya vitamin C. Tidak ada makanan tertentu yang dapat memicu terjadinya keputihan.

- Mitos: Pemakaian obat antiseptik bisa mencegah keputihan.

- Fakta: Penggunaan obat antiseptik sebagai pencuci kemaluan dapat menyebabkan perubahan flora normal yang ada dalam kemaluan (lactobacillus vagina). Padahal, flora normal ini dibutuhkan tubuh untuk menjaga vagina pada pH asam sehingga flora (kuman) abnormal tidak dapat tumbuh di vagina.

Sebaliknya, dengan memakai sabun antiseptik maka flora normal akan mati dan pH vagina menjadi basa, sehingga jamur dan bakteri abnormal dapat tumbuh yang menyebabkan timbulnya keputihan patologis (tidak normal). Hindari pula penggunaan panty liner karena bahan kapas yang lembab adalah tempat jamur tumbuh subur.

Menurut dr Wulandari, ada beberapa ciri keputihan yang normal dan tidak bagi bumil, untuk itu dia pun memaparkannya.

Keputihan pada ibu hamil dikatakan fisiologis (normal) bila cairan yang keluar bertekstur encer, berwarna bening atau putih susu, tidak menyebabkan gatal, dan tidak berbau. Cairan ini biasanya akan meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Kondisi ini akan hilang dengan sendirinya begitu si kecil lahir. Jadi, Anda tak perlu khawatir.

"Keputihan dikatakan tidak normal bila cairan keputihan berubah warna menjadi kuning kehijauan, putih bergumpal, berbau, menimbulkan rasa gatal. Penyebab dari keputihan yang terbanyak adalah infeksi jamur (kandidiasis) 52,8 persen, sisanya adalah infeksi bakterial vaginosis 38 persen, trikomoniasis 3,7 persen, dan gonorrhoe 1,2 persen," jelasnya.

Tak hanya mengungkapkan ciri-ciri keputihan, bahaya keputihan abnormal akibat infeksi selama kehamilan pun dijelaskan dr Wulandari.

"Infeksi Chlamydia dapat menyebabkan terjadinya keguguran, pecah selaput ketuban dini atau sebelum waktunya (persalinan prematur). Infeksi seperti ini bisa berakhir pada kematian pada ibu dan anak bila tak ditangani dengan segera," ucapnya.

- Infeksi virus Herpes Simpleks dapat menyebabkan radang pada otak bayi (ensefalitis).

- Infeksi jamur Candida dapat meningkatkan risiko terjadinya ayan (epilepsi).

- Infeksi virus HPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma laring pada bayi yang menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan bayi hingga kematian.

- Infeksi bakteri Neisserea Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi hingga terjadi kebutaan.

Tip atasi keputihan bagi ibu hamil:

- Selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan baik.

- Bersihkan dan keringkan selalu bagian kemaluan setiap habis buang air kecil dan besar.

- Arah basuh dilakukan dari arah depan ke belakang. Sebab hal ini efektif untuk menanggulangi infeksi dari mikroorganisme yang berasal dari dubur

- Bila celana menjadi lembab atau basah (karena wanita hamil menjadi lebih sering buang air kecil) maka gantilah dengan celana yang bersih dan kering.

- Pakailah celana dalam yang terbuat dari katun sehingga mudah menyerap keringat.

- Tidak disarankan menggunakan pembersih vagina yang bersifat antiseptik, bersihkan vagina dengan air mengalir yang bersih tanpa perlu memasukkan cairan pembersih vagina ke dalam liang vagina.

- Bila menemukan keputihan yang berbau, berubah warna, putih menggumpal, dan terasa gatal, maka segera konsultasikan ke dokter sehingga dokter dapat menilai adanya kemungkinan infeksi dan dapat ditangani sedini mungkin.

- Khusus untuk keputihan akibat infeksi, maka pasangan seksual penderita pun harus diperiksa dan diobati. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi fenomena pingpong yaitu penularan timbal balik suami istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar